- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
CINTA DALAM DIAM


TS
reikka
CINTA DALAM DIAM
Cinta ?!, apa sih cinta itu ?
ya kadang memang cinta itu tidak bisa dimengerti kapan datang dan kapan pergi, tapi apakah kalian pernah merasakan jatuh cinta tetapi tidak bisa mengungkapkannya sehingga kalian menyimpannya dalam diam ?!
nah silahkan simak kisah cerita cinta dibawah ini untuk lebih lengkapnya.



Continue Part 2....
Terima kasih bagi kalian yang sudah berkenan menyempatkan waktu untuk membaca.








Spoiler for Cerita:
Percikan air dari langit itu turun lagi menemani hari-hari yang bisa dibilang menyebalkan di desember ini. Kenapa tidak? Liburan telah tiba dan aku hanya berdiam diri di ruangan gelap yang hanya ada sedikit cahaya dari jendela yang tertutup kain biru disiang hari itu. Dan jika malam tiba hanya berteman dengan papan ketik dan layar desktop dengan tulisan-tulisan tak penting. Belum lagi jika hujan dimalam hari menghampiri susunan tanah liat beku itu. Bibir ini hanya dapat terucap dan teriak kata-kata.. "Mahh.. genteng kamarku masih bocorrrr! Huaaaa.."
Oke, liburan kali ini juga adalah liburan yang paling lama rasanya. Ya, satu tahun untuk bermalas ria tanpa kegiatan yang memberatkan. Apa? Gak percaya liburnya satu tahun? Wah, menyedihkan sekali. Jadi, kan mulai libur di Desember 2009 dan masuk lagi di Januari 2010. Satu tahun kan? Gak percaya sih. Lanjut ya.. Namun tetap saja membosankan dan menyebalkan. Saat-saat seperti ini kadang memancing ingatan tentang kenangan yang lalu-lalu. Lucu, konyol, menegangkan, bahkan yang menyedihkan pun datang.
Desember. Bulan ini adalah bulan kelahiranku. Kadang penuh kejutan dan bahkan bisa biasa saja. Namun setelah aku masuk ke sekolah itu, desemberku begitu indah, berkesan dan selalu ku rindukan. Entahlah, disatu sisi aku ingin selalu ada di desember ini. Namun disisi lain aku benci dengan kegiatan libur-libur ini.
Sejenak aku terdiam dari pikiran yang ku bilang tak penting tadi itu dan kini tiba-tiba ku teringat tentang sosok pria jangkung yang selalu dengan tatapan tajam dan senyuman tipis dibibirnya, begitu indah hingga membuatku terenyuh. Dan aku mulai mengingat awal mula cerita beribu kesan itu.
"Hey! Kak Nana? Kamu Kak Nana XII-IPA2 kan?" Dari sudut ruangan khusus kawasan anak IPA suara bass itu menyapaku didampingi terpaan angin yang membuat rambutnya terkibas sempurna
"Hey! Iya, aku Nana? Ada apa ya?" Dengan tatapan tak biasa, aku menjawab sapaan orang yang menurutku masih asing ini
"Oh, iya. Kata Bu Vika, kamu pintar fisikanya ya? Boleh gak aku belajar sama kamu?"
"S E N S O R Em boleh lah. Tapi aku gak sepintar apa yang kamu kira kok. Oya, kok manggilnya kakak sih?" Ini anak to the point banget deh bukannya basa-basi dulu kek. Gumamku
"Oiya, hampir lupa. Aku Radit anak XI-IPA1, kak"
"Pantesan aku jarang lihat kamu. Adek kelasku ternyata." Dengan senyuman tipis yang agak terpaksa
"Tetttt... Tettt.. Tettt" Bel menyebalkan itu sudah ber 'Tetttttt', sungguh menyebalkan memang.
"Nanti jam istirahat aku tunggu di kantin ya, kak." Teriaknya sambil berlari dan aku belum sempat meng-iya kan ajakannya itu, aku pun bergegas pergi kekelas yang penuh dengan cat putihnya dan baunya yang khas, kelas XII-IPA2.
Pelajaran pertama pun disambut dengan pelajaran Sejarah yang bikin pagi ini jadi ngantuk dan suntuk. Yaudahlah ya, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mengahrgai sejarah negerinya.
"Oke, jadi VOC itu didirikan pada tanggal berapa? coba siapa yang bisa jawab?"
'Dilihat-lihat dia cakep juga ya. Sayangnya adek kelas sih. Masa sama adek kelas sih aku...' lamunanku baru akan dimulai dan..
"Nana!"
"Eh.. eh iya, pak. Ciri gas ideal ya? yaitu ukuran partikelnya diabaikan terhadap ruang dan gerakannya random atau tidak beraturan" Seketika Pak Santo membuyarkan lamunanku
"Ini VOC, Nana! Bukan gas ideal! Ini SEJARAH! Bukan Fisika!" Teriakan itu hampir aja membuat telingaku berdarah dan gendang telingaku retak parah. huh
"HehS E N S O R VOC ya, pak? Maaf." Jurus wajah tanpa dosa itu pun ku keluarkan.
"Lain kali jangan melamun. Kepiye to kamu ini, sekarang perhatikan ya!" Ternyata sejarah serius juga ya, gaes
"Iya, pak. Maaf" Kali ini aku tak berkedip menatap papan tulis tua yang tentu disibelahnya ada makhluk itu, guru tua yang baru saja memarahiku dan itu sungguh.. ya, itulah. Huh! Maaf, pak guru.
"Tetttt... Tettt.. Tettt" Bel menyebalkan itu berbunyi lagi tanda istirahat telah datang. "Hyuhh.. akhirnya istirahat juga" Bisikku pada teman sebangkuku yang sekaligus sahabatku, Ineu. Ngomong-ngomong, setelah pelajaran Sejarah tadi dan 2 pelajaran lainnya aku merasa sangat lapar. Cacing-cacing diperutku sudah mulai dangdutan ternyata. 'kriyuk.. kriyukk'
Karena jam istirahat disekolahku sangat sempit, aku dan empat temanku segera bergegas kekantin yang ada disamping lapang basket. Setelah sampai, kami pun langsung memesan makanan. Aku dengan somay spesialku, Iyus dengan batagornya, dan Ineu, Nuri, juga Adel mereka memesan bakso super pedas ala Pak Aan yang cukup alay dalam melayani pelanggannya dengan sedikit banyolan khasnya. Haha. Belum lama kami makan ada seorang yang berpenampilan dengan sepatu basket warna biru gelap, baju pemain basket tentunya dan wajah itu. 'Wajah itu? Wajah yang tadi pagi itu mengahampiriku lagi. Cool!' gumamku dalam hati hingga aku tak sadar aku menatapnya dengan lama.
"Hey, kak!" Sapanya dengan suara yang membuat aku tak ingin berlama untuk menjawabnya
"Hey, Randi! Mau makan juga ya? Sini gabung." Ajakku, mencoba menghilangkan rasa canggung dengannya
"Oh. enggak, kak. Aku cuma mau minta nomor handphone kakak, biar gampang kontekannya. Hehe."
'Ni bocah gak malu apa minta dikeramean gini. huh'
"Oh, iya. Nih, Di." Kuberi nomornya agar dia cepat pergi dan teman-temanku mulai dengan tatapan menggodaku
"Makasih ya, kakak cantik. Hehe. Oya, namaku Radit bukan Randi. Sore ini aku belajar sama kakak di kafe Icira*u ya. Dadahh." Dengan senyum yang menggelikan itu dia pun enyah dari pandanganku sambil melambaikan tangan kanannya ke arahku
"ciS E N S O R cieS E N S O R gebetan baru ya? Kelas berapa tuh? Hihi" Dan acara goda-menggodaku pun dibuka oleh sibawel Ineu.
"CiS E N S O R ciS E N S O R" Sentak diwaktu yang bersamaan mereka berempat mengucapkannya dan itu sungguh memalukan. Semua mata kini menatapku dengan tatapan 'aneh'
"Aaaaa... Cie cie, udahlah dia bukan siapa-siapa kok cuma adek kelas doang. Kalok makannya udah, yuk cabut!" Sebelum lebih panjang cerita memalukannya aku pun segera mengakhirinya
Hari-hari berikutnya aku jadi kepikiran dia, Radit. Aku selalu meyakinkan jika aku hanya mengaguminya dari awal bertemu, itu saja. Tapi semenjak kami sering belajar bersama seperti ada rasa yang lain, kami semakin dekat disini. Jika timbul sejenak rasa bosan dari masing-masing kami tentang 'les' ini, kami pun tak segan saling bercanda gurau hingga tertawa terbahak-bahak, membahas apapun yang kami suka. Itu selalu kurindukan akhir-akhir ini. Rasa apa ini? Rasanya bukan seperti hanya sekedar adik dan kakak kelas tapi entah apa itu. Jadwal belajarnya bersama ku sungguh teratur setiap sabtu dan minggu, dan selalu dia hadiri kecuali hari itu. Dia anaknya disiplin, mungkin karena dia anak IPA dan aku suka itu.
"Kak Nina! Jangan ngelamun dong. Rumus yang ini gimana?"
"Oh. Maaf, hehe. Yang mana?"
"Yang ini nih."
Detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam menemani keasyikan kami. Hingga hari itu. Tak sadar waktu sudah sangat sore dan saat melihat kelangit. Itu begitu indah, matahari terbenam. Seolah melambaikan tangannya kearah kami yang saat itu berdiri bersampingan di teras lantai dua dirumah keluarga Ardiansyah.
Tiga bulan sudah kami selalu bersama dan aku merasa semakin menyayanginya dan nyaman disampingnya. Apa mungkin ini yang namanya cinta atau rasa sayang kakak kepada adiknya? Ah, entahlah. Kami bersahabat sejak awal bertemu, namun banyak orang mengira kami telah menjadi sepasang teman spesial atau disebut juga 'pacaran'. Mana mungkin pikirku, seorang Nina Ardiansyah berpacaran dimasa sekolah? Lagi pula itu tidak ada dalam kamusku.
Semester ganjil ini aku tak fokus karena selalu terpikir sosok bocah yang ceria itu. Teringat selera humornya yang bagus, berbeda sekali dengan kebanyakan anak IPA yang ku kenal. Waktu itu, aku berlalu disamping lapang basket dengan tatapan nanar. Dan itu lapang basket yang biasa ia pakai untuk berlatih dan..
"Dug.." Kepalaku terkena pukulan bola basketnya yang sungguh keras hinga aku terjatuh dan kepalaku berdarah karena saat ku terjatuh bagian kepalaku yang sebelah kanan mengenai batu krikil disamping lapangan. Mencoba bangun dan berjalan, aku malah terjatuh. Hingga akhirnya aku pun bisa berjalan meski sisimpuhan sambil memegang kepalaku yang sedang berdarah. Dia pun memapahku untuk duduk di kursi tembok terdekat dan mengusap darah yang keluar dikepalaku dengan handuk biru kecil miliknya "Maaf ya? Kamu gak kenapa-napa kan?".
Setelah dirasanya cukup..
Continue Part 2....
Terima kasih bagi kalian yang sudah berkenan menyempatkan waktu untuk membaca.



Diubah oleh reikka 01-10-2020 13:32






tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
700
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan