- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Corona, Ekonom Minta Masyarakat Maklumi Lonjakan Utang RI
TS
juraganind0
Corona, Ekonom Minta Masyarakat Maklumi Lonjakan Utang RI
Quote:
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengkritik pandangan sejumlah kalangan terhadap lonjakan utang pemerintah di tengah pandemi virus corona.
Ia mengatakan peningkatan utang merupakan hal logis. Pasalnya, pemerintah memang membutuhkan uang banyak untuk menangani virus corona.
Ia mengatakan kritik terhadap peningkatan utang di masa pandemi hanya terjadi di Indonesia.
"Saya selalu katakan, hanya Indonesia yang terlalu banyak kritik terhadap terjadinya pelebaran defisit dan lonjakan utang, karena ini memang dua hal yang tidak bisa kita elakkan," ujarnya dalam Forum Diskusi Salemba, Rabu (16/9).
Ia mengatakan di tengah kondisi seperti ini sejumlah pihak seharusnya tidak mempermasalahkan pelebaran defisit dan penambahan utang lantaran hal itu dilakukan pemerintah untuk untuk membantu masyarakat menghadapi tekanan covid-19.
"Hanya di Indonesia yang kritik begitu tajam terkait pelebaran defisit. Di sisi lain, harapan pemerintah mengucurkan banyak bantuan juga tetap tinggi. Jadi, ini sangat kontradiktif kalau kita harapkan pemerintah mengeluarkan banyak bantuan ya pasti akan terjadi pelebaran defisit kalau terjadi pelebaran defisit ya terjadi lonjakan utang, itu konsekuensi yang sangat logis," imbuhnya.
Pemerintah memprediksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sebesar 6,34 persen dari PDB, setara dengan Rp 1.039,2 triliun. Pelebaran defisit ini untuk memenuhi kebutuhan pendanaan Program Pemulihan Ekonomi (PEN) sesuai dengan Perpres 72 Tahun 2020.
Sementara itu, secara total defisit APBN semester I 2020 telah mencapai Rp257,8 triliun, atau setara 1,57 persen terhadap PDB.
Pelebaran defisit ini berdampak pada tambahan pembiayaan utang. Sepanjang semester I 2020, pembiayaan utang mencapai Rp421,5 triliun yang terdiri dari penerbitan SBN (netto) Rp430,4 triliun dan pinjaman (netto) negatif Rp8,9 triliun.
Sementara itu, kritik terkait penerbitan utang terus berdatangan. Salah satunya datang dari Ekonom Senior Indef Didik J. Rachbini yang mengatakan Indonesia sudah masuk dalam perangkap utang.
Pasalnya, pemerintah menambah utang untuk membayar utang maupun bunga utang.
"Sekarang kita ini sudah masuk dalam perangkap utang, harus utang untuk bayar utang, ini sudah relatif berat," ujarnya dalam sebuah diskusi virtual belum lama ini.
Ia mengatakan peningkatan utang merupakan hal logis. Pasalnya, pemerintah memang membutuhkan uang banyak untuk menangani virus corona.
Ia mengatakan kritik terhadap peningkatan utang di masa pandemi hanya terjadi di Indonesia.
"Saya selalu katakan, hanya Indonesia yang terlalu banyak kritik terhadap terjadinya pelebaran defisit dan lonjakan utang, karena ini memang dua hal yang tidak bisa kita elakkan," ujarnya dalam Forum Diskusi Salemba, Rabu (16/9).
Ia mengatakan di tengah kondisi seperti ini sejumlah pihak seharusnya tidak mempermasalahkan pelebaran defisit dan penambahan utang lantaran hal itu dilakukan pemerintah untuk untuk membantu masyarakat menghadapi tekanan covid-19.
"Hanya di Indonesia yang kritik begitu tajam terkait pelebaran defisit. Di sisi lain, harapan pemerintah mengucurkan banyak bantuan juga tetap tinggi. Jadi, ini sangat kontradiktif kalau kita harapkan pemerintah mengeluarkan banyak bantuan ya pasti akan terjadi pelebaran defisit kalau terjadi pelebaran defisit ya terjadi lonjakan utang, itu konsekuensi yang sangat logis," imbuhnya.
Pemerintah memprediksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sebesar 6,34 persen dari PDB, setara dengan Rp 1.039,2 triliun. Pelebaran defisit ini untuk memenuhi kebutuhan pendanaan Program Pemulihan Ekonomi (PEN) sesuai dengan Perpres 72 Tahun 2020.
Sementara itu, secara total defisit APBN semester I 2020 telah mencapai Rp257,8 triliun, atau setara 1,57 persen terhadap PDB.
Pelebaran defisit ini berdampak pada tambahan pembiayaan utang. Sepanjang semester I 2020, pembiayaan utang mencapai Rp421,5 triliun yang terdiri dari penerbitan SBN (netto) Rp430,4 triliun dan pinjaman (netto) negatif Rp8,9 triliun.
Sementara itu, kritik terkait penerbitan utang terus berdatangan. Salah satunya datang dari Ekonom Senior Indef Didik J. Rachbini yang mengatakan Indonesia sudah masuk dalam perangkap utang.
Pasalnya, pemerintah menambah utang untuk membayar utang maupun bunga utang.
"Sekarang kita ini sudah masuk dalam perangkap utang, harus utang untuk bayar utang, ini sudah relatif berat," ujarnya dalam sebuah diskusi virtual belum lama ini.
Sumber
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi...jakan-utang-ri
Maklum
nomorelies dan 2 lainnya memberi reputasi
1
342
Kutip
6
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan