sumber: google.

Banyak Anak Bukan Alasan Bagi Kita Untuk Membiarkan Rumah Jorok

Aku seorang istri dengan satu suami, dua anak. Anak pertama empat tahun, anak kedua satu tahun enam bulan.

Capek 'nggak, sih, ngurusin anak dan suami?

Ya, capeklah. Bayangkan saja, aku harus bisa multitasking. Harus serba bisa. Masak, nyuci, bersihin rumah, kudu bisa diselesaikan dengan baik. Membuatku terkadang harus berkorban banyak waktu.



Bayangkan saja, sedang asyik-asyiknya nyuci piring, eh, si kecil nangis minta mimik. Sedang mimik, eh si abangnya pengen pup. Astaga. Aku harus pontang-panting di rumah. Belum lagi kalau sedang nyuci baju, itu bocah berdua kudu ikut ke dalam kamar mandi. Parahnya lagi, mereka rebutan gayunglah, sabunlah, pokoknya berisik minta ampun. Moncongku sampai berbusa-busa agar mereka tidak meledakkan meriam di telingaku.



Bagaimana dengan suamiku? Tentu saja dia juga harus ikut bertanggung jawab dengan apa yang terjadi di rumah tangganya. Sampah-sampah yang berserakan, pampers si kecil yang teronggok di sudut rumah, itu tugas dia membawanya ke tempat sampah atau membakarnya di belakang rumah. Kalau letih banget rasa badan, maka tugas nyuci piring atau pun baju, dia harus mau bantuin.

Jahat, dong?

Mungkin kalau orang lain melihat aku dianggap tega, manja dan tidak mandiri. Lalu mencap suamiku bodoh mau saja disuruh nyuci piring dan baju. Di mana harga dirinya sebagai suami? Mungkin sebagian besar orang akan berprasangka demikian.

Lagi-lagi aku tidak mau pusing mikirin itu. Toh, aku selalu komunikasikan dulu dengan suami, apa dia mau nyuci baju dan piring. Alhamdulillah, dia mau dengan syarat, kalau nyuci baju dan piring, enggak boleh terlihat oleh orang lain. Maklum, kadang mulut tetangga tidak bisa direm.

Nah, mengenai kebersihan rumah pun, aku paling enggak suka melihat rumah berantakan. Apalagi mainan anak-anak itu banyak yang sudah copot, patah dan tidak layak pakai tapi sayang membuangnya karena kalau dibuang, si anak pasti akan minta belikan lagi yang baru.



Menjaga rumah tetap bersih dan rapi, itu adalah suatu hal yang paling susah kalau kita beranak kecil. Mereka hobi menyebarkan mainan, tapi enggan menyusunnya kembali. Kalau sekadar berantakan begitu, aku masih bisa toleransi.

Cuma yang paling aku jaga adalah piring-piring kotor itu wajib dicuci, misalnya kotornya pagi, siang atau malam itu sudah harus bersih. Tidak kutunda pula esok hari untuk mencucinya. Begitu juga dengan Pampers yang ada eeknya, itu benar-benar jorok dan gudang penyakit, tidak boleh dibiarkan lama-lama di dalam rumah. Kalau aku sempat membuangnya, maka aku yang membuangnya, tapi kalau tidak, itu suamiku yang membereskannya.

Karena aku tidak bisa mencium bau busuk di dalam rumah. Bagaimana bisa khusuk kita Salat kalau di dalam rumah masih banyak kotoran yang harus disingkirkan.

Banyak anak bukan alasan bagi kita untuk membiarkan rumah jorok. Tolong pahami makna jorok, ya? Jorok yang menjijikkan itu harus segera dilenyapkan dari dalam rumah. Hal-hal yang membawa penyakit, kudu disingkirkan secepat mungkin. Kalau kita benar sayang anak dan suami, maka kita harus bisa menciptakan surga di rumah kita sendiri.

Kesimpulannya, kebersihan itu mutlak bagi kita kaum Muslim. Komunikasi yang baik dengan sesama anggota keluarga, akan membuat rumah terasa nyaman dan aman bagi penghuninya.

Seperti kata artis zaman baheula yang aku lupa namanya, rumah yang sehat harus ada kakusnya. Jadi, biarkan lubang kakus saja yang jorok, jangan tempat istirahatmu.