- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cerita Sang Perawat (Horror Story)


TS
horror.thriller
Cerita Sang Perawat (Horror Story)
Hai, ini cerita horror pertama yang gue post di sini.
Semoga suka dengan cerita ini ya, Gan!
(Kisah nyata tante gue)
_____________________
CERITA SANG PERAWAT
Tring!
Satu pesan masuk ke ponsel Rina yang tergeletak di atas nakas kamar. Wanita berumur 30-an itu dengan segera meraih benda pipih tersebut.
Dibukanya pesan yang muncul dari salah satu aplikasi chattingannya.
[Mbak Rina, hari ini tolong shift malam ya? Gantiin mbak Sinta, dia ijin nggak masuk malam ini, maturnuwun.]
Dengan menghela nafas Rina memainkan jari-jari tangannya di atas keyboard lalu mengirimkan balasan.
Selesai mengirimkan pesan Rina segera berjalan menuju ke suaminya yang tengah bermain dengan kedua anaknya di ruang tengah.
“Mas, adek hari ini dapet sihft malam.”
Nadim–suami Rina menatapnya dengan wajah bingung.
“Bukannya kamu kemarin udah shift malam ya?” tanya Nadim. Rina langsung duduk di samping sang suami.
“Mbak Sinta yang hari ini shift malam nggak berangkat, jadinya aku deh yang gantiin,” ucap Rina sambil menyenderkan kepalanya di bahu Nadim.
Kedua anak laki-lakinya nampak sibuk bermain mobil-mobilan.
“Emang kamu berani? Ini malam Jum'at Kliwon lho, kamu kan nggak pernah kebagian shift malam Jum'at kliwon.”
Ucapan Nadim sontak membuat Rina cemberut dan memukul pelan lengan sang suami.
“Berani lah! Udah biasa aku tuh diganggu,” jawab Rina yang malah membuat Nadim terkekeh.
***
Di tengah malam yang sunyi terlihat dua orang perawat yang masih sibuk membuat susu untuk bayi-bayi yang mereka jaga malam ini. Rina dan Septi sama-sama sibuk dengan aktivitasnya hingga tangis seorang bayi memecahkan suasana hening.
“Oekkk ... oekkkk ... oeeekkk!” Bayi itu menangis dengan suara yang terdengar keras.
Dengan cepat Rina memberikan susu yang baru saja ia buat untuk sang bayi.
“Dedek yang sehat ya, mamahmu sedang berjuang di ICU sana,” ujar Rina seraya menatap bayi mungil yang kini terlihat tenang meminum susu.
Terkadang Rina merasa iba dengan keadaan bayi-bayi yang ia tangani, sudah resiko bagi Rina yang bekerja di bagian bayi-bayi yang 'kurang normal' setelah lahir dari rahim ibunya.
“Ibunya dedek ini yang di ICU itu ya, Mbak Rin?” tanya Septi seraya mendekat ke arah Rina.
“Iya, Sep. Ibunya kelihatan masih muda banget.”
Septi mengangguk setuju dengan ucapan Rina.
“Kayak masih anak sekolah gitu ya, Mbak?” ucap Septi yang berganti diangguki Rina.
“Oh iya, Mbak Rina udah absen belum?”
“Belum, nanti aja lah. Bareng-bareng aja, takut. HehehS E N S O R..” Rina terkekeh sendiri membuat Septi tertawa.
“Yang lain kemana sih, kok belum ke sini. Mentang-mentangmalam Jum'at Kliwon mau ke belakang aja diantar,” cibir Septi kesal dengan kedua temannya yang belum kembali juga.
“Assalamu'alaikum....” Suara salam terdengar dengan dibarengi pintu ruangan yang terbuka.
Nampaklah Arsya dan Sani, mereka dua perawat yang sama-sama shift malam ini.
“Wa'alaikumussalam. Nah dateng juga akhirnya, absen yuk,” ajak Septi yang diangguki oleh ketiganya.
Mereka pun segera berjalan menuju ruang khusus untuk absen bagi perawat dan dokter.
“Aku duluan ya,” ucap Arsya sambil menempelkan jempolnya ke tempat sidik jari.
“Habis ini aku,” tambah Septi.
“Aku setelah kamu, Sep.”
Mendengar ucapan mereka Rina hanya berdecak kesal.
“Yo wes, terserah kalian saja. Aku terakhiran,” gumam Rina yang malah membuat ketiganya terkekeh.
“Uluh-uluh jangan marah dong, nih udah kok. Giliran Mbak Rina,” ucap Sani mempersilahkan.
Rina pun mulai menempelkan jempolnya ke tempat scan sidik jari. Namun, ia menjadi bingung kala melihat bukan namanya yang muncul, melainkan 'Nina'. Siapa Nina? Setahu Rina tidak ada perawat yang bernama Nina.
“Loh, Mbak Rin. Kok yang muncul Nina, bukan Rina.” Ketiga temannya nampak kaget melihat hal tersebut.
“Duh, aku juga nggak tahu. Kok bisa Nina yang muncul sih?” Rina mulai panik.
“Dicoba lagi, Mbak,” ucap Arsya yang diangguki Rina.
Namun sayang, bukan nama Rina yang keluar. Lagi-lagi nama Nina yang muncul.
“Eh, dulu bukannya ada ya perawat yang namanya Nina, tapi udah meninggal,” ucap Septi tiba-tiba membuat ketiga temannya saling menatap.
“Ih, mbuh lah! Aku wedi (Ih, nggak tahu lah! Aku takut)” ucap Rina yang dengan kompak membuat mereka berjalan cepat meninggalkan tempat tersebut.
Hingga akhirnya mereka sampai di depan ruangan Mawar, tempat mereka berjaga malam ini. Namun, baru saja sampai di depan pintu mereka mendengar suara wanita menyanyi yang berasal dari ruangan mereka bertugas. Suaranya samar-samar, tidak jelas, namun yang pasti sukses membuat keempat perawat itu ketakutan.
“Shut, pada denger ya?” tanya Rina dengan suara pelan. Ketiga temannya sudah bersembunyi di balik badannya.
Mereka bertiga mengangguk berbarengan.
“Duh, siapa lagi yang nyanyi malem-malem gini. Perasaan nggak ada orang lagi kan di dalam?”
“Ya nggak ada lah, Mbak. Wong ini aja udah tengah malem, siapa juga yang nengok ke sini?” ujar Arsya dengan tangan gemetar.
Tak lama kemudian suara wanita tersebut lenyap, suasana kembali hening. Dengan gerakan pelan tangan Rina membuka knop pintu ruangan.
Ia mengintip ke dalam, tidak ada siapa-siapa di dalam!
“Udah, pada masuk. Nggak ada siapa-siapa,” ucap Rina membuat ketiga temannya berjalan masuk dengan rasa takut yang masih menghinggapi mereka.
Benar! Di dalam tidak ada siapa-siapa. Lalu, siapa yang menyanyi tadi?
Tring!!
Ponsel Rina tiba-tiba berbunyi, ada sebuah panggilan masuk dari dokter yang bertugas di ICU.
“Ya, hallo Dok?”
“....”
“Innalillahi wainnailaihi roji'un. Ini beneran, Dok?”
“....”
“Oh iya, Dok. Terima kasih.”
Rina mematikan ponselnya, ketiga temannya sudah menunggu akan bertiga yang disampaikan oleh Rina.
“Ada yang meninggal, Mbak?” tanya Septi.
Rina mengangguk pelan.
“Ibu dari bayi yang tadi kita buatin susu meninggal. Yang ada di ICU.”
Ketiga perawat itu terkejut. Apakah suara wanita menyanyi tadi adalah ibu dari bayi mungil itu? Kejadian tadi seperti menggambarkan perpisahan bagi bayinya dengan sang ibu.
_Tamat_
Sebenernya sih masih banyak kejadian-kejadian menakutkan yang tante gue alami selama beliau shift malam. Tapi, menurut gue dua kejadian inilah yang paling berkesan dan menakutkan.
Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk membaca cerita ini😉.
Semoga suka dengan cerita ini ya, Gan!
(Kisah nyata tante gue)
_____________________
CERITA SANG PERAWAT
Tring!
Satu pesan masuk ke ponsel Rina yang tergeletak di atas nakas kamar. Wanita berumur 30-an itu dengan segera meraih benda pipih tersebut.
Dibukanya pesan yang muncul dari salah satu aplikasi chattingannya.
[Mbak Rina, hari ini tolong shift malam ya? Gantiin mbak Sinta, dia ijin nggak masuk malam ini, maturnuwun.]
Dengan menghela nafas Rina memainkan jari-jari tangannya di atas keyboard lalu mengirimkan balasan.
Selesai mengirimkan pesan Rina segera berjalan menuju ke suaminya yang tengah bermain dengan kedua anaknya di ruang tengah.
“Mas, adek hari ini dapet sihft malam.”
Nadim–suami Rina menatapnya dengan wajah bingung.
“Bukannya kamu kemarin udah shift malam ya?” tanya Nadim. Rina langsung duduk di samping sang suami.
“Mbak Sinta yang hari ini shift malam nggak berangkat, jadinya aku deh yang gantiin,” ucap Rina sambil menyenderkan kepalanya di bahu Nadim.
Kedua anak laki-lakinya nampak sibuk bermain mobil-mobilan.
“Emang kamu berani? Ini malam Jum'at Kliwon lho, kamu kan nggak pernah kebagian shift malam Jum'at kliwon.”
Ucapan Nadim sontak membuat Rina cemberut dan memukul pelan lengan sang suami.
“Berani lah! Udah biasa aku tuh diganggu,” jawab Rina yang malah membuat Nadim terkekeh.
***
Di tengah malam yang sunyi terlihat dua orang perawat yang masih sibuk membuat susu untuk bayi-bayi yang mereka jaga malam ini. Rina dan Septi sama-sama sibuk dengan aktivitasnya hingga tangis seorang bayi memecahkan suasana hening.
“Oekkk ... oekkkk ... oeeekkk!” Bayi itu menangis dengan suara yang terdengar keras.
Dengan cepat Rina memberikan susu yang baru saja ia buat untuk sang bayi.
“Dedek yang sehat ya, mamahmu sedang berjuang di ICU sana,” ujar Rina seraya menatap bayi mungil yang kini terlihat tenang meminum susu.
Terkadang Rina merasa iba dengan keadaan bayi-bayi yang ia tangani, sudah resiko bagi Rina yang bekerja di bagian bayi-bayi yang 'kurang normal' setelah lahir dari rahim ibunya.
“Ibunya dedek ini yang di ICU itu ya, Mbak Rin?” tanya Septi seraya mendekat ke arah Rina.
“Iya, Sep. Ibunya kelihatan masih muda banget.”
Septi mengangguk setuju dengan ucapan Rina.
“Kayak masih anak sekolah gitu ya, Mbak?” ucap Septi yang berganti diangguki Rina.
“Oh iya, Mbak Rina udah absen belum?”
“Belum, nanti aja lah. Bareng-bareng aja, takut. HehehS E N S O R..” Rina terkekeh sendiri membuat Septi tertawa.
“Yang lain kemana sih, kok belum ke sini. Mentang-mentangmalam Jum'at Kliwon mau ke belakang aja diantar,” cibir Septi kesal dengan kedua temannya yang belum kembali juga.
“Assalamu'alaikum....” Suara salam terdengar dengan dibarengi pintu ruangan yang terbuka.
Nampaklah Arsya dan Sani, mereka dua perawat yang sama-sama shift malam ini.
“Wa'alaikumussalam. Nah dateng juga akhirnya, absen yuk,” ajak Septi yang diangguki oleh ketiganya.
Mereka pun segera berjalan menuju ruang khusus untuk absen bagi perawat dan dokter.
“Aku duluan ya,” ucap Arsya sambil menempelkan jempolnya ke tempat sidik jari.
“Habis ini aku,” tambah Septi.
“Aku setelah kamu, Sep.”
Mendengar ucapan mereka Rina hanya berdecak kesal.
“Yo wes, terserah kalian saja. Aku terakhiran,” gumam Rina yang malah membuat ketiganya terkekeh.
“Uluh-uluh jangan marah dong, nih udah kok. Giliran Mbak Rina,” ucap Sani mempersilahkan.
Rina pun mulai menempelkan jempolnya ke tempat scan sidik jari. Namun, ia menjadi bingung kala melihat bukan namanya yang muncul, melainkan 'Nina'. Siapa Nina? Setahu Rina tidak ada perawat yang bernama Nina.
“Loh, Mbak Rin. Kok yang muncul Nina, bukan Rina.” Ketiga temannya nampak kaget melihat hal tersebut.
“Duh, aku juga nggak tahu. Kok bisa Nina yang muncul sih?” Rina mulai panik.
“Dicoba lagi, Mbak,” ucap Arsya yang diangguki Rina.
Namun sayang, bukan nama Rina yang keluar. Lagi-lagi nama Nina yang muncul.
“Eh, dulu bukannya ada ya perawat yang namanya Nina, tapi udah meninggal,” ucap Septi tiba-tiba membuat ketiga temannya saling menatap.
“Ih, mbuh lah! Aku wedi (Ih, nggak tahu lah! Aku takut)” ucap Rina yang dengan kompak membuat mereka berjalan cepat meninggalkan tempat tersebut.
Hingga akhirnya mereka sampai di depan ruangan Mawar, tempat mereka berjaga malam ini. Namun, baru saja sampai di depan pintu mereka mendengar suara wanita menyanyi yang berasal dari ruangan mereka bertugas. Suaranya samar-samar, tidak jelas, namun yang pasti sukses membuat keempat perawat itu ketakutan.
“Shut, pada denger ya?” tanya Rina dengan suara pelan. Ketiga temannya sudah bersembunyi di balik badannya.
Mereka bertiga mengangguk berbarengan.
“Duh, siapa lagi yang nyanyi malem-malem gini. Perasaan nggak ada orang lagi kan di dalam?”
“Ya nggak ada lah, Mbak. Wong ini aja udah tengah malem, siapa juga yang nengok ke sini?” ujar Arsya dengan tangan gemetar.
Tak lama kemudian suara wanita tersebut lenyap, suasana kembali hening. Dengan gerakan pelan tangan Rina membuka knop pintu ruangan.
Ia mengintip ke dalam, tidak ada siapa-siapa di dalam!
“Udah, pada masuk. Nggak ada siapa-siapa,” ucap Rina membuat ketiga temannya berjalan masuk dengan rasa takut yang masih menghinggapi mereka.
Benar! Di dalam tidak ada siapa-siapa. Lalu, siapa yang menyanyi tadi?
Tring!!
Ponsel Rina tiba-tiba berbunyi, ada sebuah panggilan masuk dari dokter yang bertugas di ICU.
“Ya, hallo Dok?”
“....”
“Innalillahi wainnailaihi roji'un. Ini beneran, Dok?”
“....”
“Oh iya, Dok. Terima kasih.”
Rina mematikan ponselnya, ketiga temannya sudah menunggu akan bertiga yang disampaikan oleh Rina.
“Ada yang meninggal, Mbak?” tanya Septi.
Rina mengangguk pelan.
“Ibu dari bayi yang tadi kita buatin susu meninggal. Yang ada di ICU.”
Ketiga perawat itu terkejut. Apakah suara wanita menyanyi tadi adalah ibu dari bayi mungil itu? Kejadian tadi seperti menggambarkan perpisahan bagi bayinya dengan sang ibu.
_Tamat_
Sebenernya sih masih banyak kejadian-kejadian menakutkan yang tante gue alami selama beliau shift malam. Tapi, menurut gue dua kejadian inilah yang paling berkesan dan menakutkan.
Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk membaca cerita ini😉.






sampeuk dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan