- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jakarta Haruskah 'Kembali' Menelan Pil Pahit?


TS
iskrim
Jakarta Haruskah 'Kembali' Menelan Pil Pahit?
Penetapan PSSB tahap ke 2 yang akan di tetapkan oleh Gubernur DKI, Anies Baswedan dalam waktu dekat sepertinya membuat masyarakat cukup terhenyak dan terusik terutama kalangan pelaku ekonomi yang baru saja akan memulai bangkit.

Penetapan PSBB ke dua berkemungkinan lebih ketat di banding sebelumnya, itu setidaknya kabar yang saya baca di beberapa media. Ketatnya peraturan baru ini tentu cukup beralasan para pelaku ekonomi terusik, bukan hanya pelaku ekomoni saja, saya rasa hampir semua lapisan masyarakat ikut merasakan dampaknya.
Pengamatan saya selama ini (mohon di koreksi jika salah) dualisme kebijakan dan pesan pemerintah yang selalu ambigu jauh dari ketegasan membuat masyarakat kebingungan mencerna dan menerapkan di kehidupannya sehari-hari.
Sebagai contoh istilah kebarat-baratan yang terlihat keren 'New Normal' di masa transisi PSBB malah banyak disalah artikan oleh masyarakat yang akhirnya pemerintah sadar kemudian mengganti dengan istilah Adaptasi Kebiasaan Baru, ini pun masyarakat masih kebingungan, ambigu bagi orang awam. Tagline atau istilah yang di dengungkan begitu nanggung tidak pada inti masalah!
Kalau memang sifatnya sudah sangat urgentkenapa sih pemerintah tidak secara tegas membuat istilah yang lebih baik 'menohok atau to the point' saja? Istilah multi tafsir atau ambigu ini terbukti tidak berhasil. Korban dan wilayah sebaran virus Corona di Jakarta 'katanya' malah meningkat, apakah ini karena kegagalan sebuah istilah tadi?

Tapi satu hal yang paling penting dari kegaduhan istilah, dampak dan kepentingan yang terjadi saat ini, khususnya di Jakarta adalah diperlukannya kesadaran, kesukarelaan, kesabaran, dan kedewasaan masyarakatnya untuk menerapkan; jaga jarak, hidup sehat, mengenakan masker dan pelindung lain (jika di perlukan) di kehidupan sehari-harinya. Titik.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan bahayanya virus Corona ini membuat wabah Corona sulit untuk di berantas. Yang anehnya dengan alasan pola hidup sehat orang sekarang berbondong-bondong memborong sepeda untuk olah raga, tidak peduli seberapa mahal harga sepedanya, belum lagi orang yang merasa kebal hukum yang tidak memberi contoh perihal PSBB ini, namanya juga Adaptasi Kebiasaan Baru dan trend baru, kan?
Tidak ada yang salah sih sebenarnya, tapi masyarakat begitu kebingungan dengan istilah baru tadi, akibatnya tingkat kerumunan di beberapa titik jadi meningkat, beberapa titik seperti nongkrong di tepi jalan, dan anak-anak malam hari justeru bebas berkeliaran di jalan-jalan gang sepertinya meningkat di banding sebelum pandemi ada.
Yang tersulit adalah memantau masyarakat di lapisan bawah yang tak termonitor dan tertangani dengan baik oleh pejabat setempat. Apakah tidak ada dana dan komunikasi pemerintah dengan pejabat setingkat RT saya kurang paham, buktinya di beberapa wilayah yang saya amati semua seperti tak peduli.
Jadi apapun itu, jika upaya pemerintah sudah mandul di mata masyarakat memang sebaiknya kita sendirilah yang berangkat dan harus memulai mengawali hidup sehat, menjaga jarak, kemudian keluarga barulah lingkungan. Kalau ini berhasil pemerintah harusnya berfikir ulang, layakkah saya memimpin kota atau negeri ini.
Banggalah jadi warga Ibu Kota Jakarta yang katanya banyak di huni oleh orang berpendidikan dan orang penting, seharusnya kota ini menjadi tolak ukur dan contoh terbaik dalam peran membinasakan virus Corona ini. Tentu kita tidak ingin semua berlarut-larut hidup dalam ketidak pastian dan krisis ekonomi, semoga saja azab kecil ini segera di angkat oleh ALLAH SWT, AAMIIN.
Sebuah opini
Img.header. detik, google


Copyright © 2016 - 2020 iskrim™
All Rights Reserved | Member of Thread Creator Gen. 1 - KASKUS

Penetapan PSBB ke dua berkemungkinan lebih ketat di banding sebelumnya, itu setidaknya kabar yang saya baca di beberapa media. Ketatnya peraturan baru ini tentu cukup beralasan para pelaku ekonomi terusik, bukan hanya pelaku ekomoni saja, saya rasa hampir semua lapisan masyarakat ikut merasakan dampaknya.
Pengamatan saya selama ini (mohon di koreksi jika salah) dualisme kebijakan dan pesan pemerintah yang selalu ambigu jauh dari ketegasan membuat masyarakat kebingungan mencerna dan menerapkan di kehidupannya sehari-hari.
Sebagai contoh istilah kebarat-baratan yang terlihat keren 'New Normal' di masa transisi PSBB malah banyak disalah artikan oleh masyarakat yang akhirnya pemerintah sadar kemudian mengganti dengan istilah Adaptasi Kebiasaan Baru, ini pun masyarakat masih kebingungan, ambigu bagi orang awam. Tagline atau istilah yang di dengungkan begitu nanggung tidak pada inti masalah!
Kalau memang sifatnya sudah sangat urgentkenapa sih pemerintah tidak secara tegas membuat istilah yang lebih baik 'menohok atau to the point' saja? Istilah multi tafsir atau ambigu ini terbukti tidak berhasil. Korban dan wilayah sebaran virus Corona di Jakarta 'katanya' malah meningkat, apakah ini karena kegagalan sebuah istilah tadi?

Tapi satu hal yang paling penting dari kegaduhan istilah, dampak dan kepentingan yang terjadi saat ini, khususnya di Jakarta adalah diperlukannya kesadaran, kesukarelaan, kesabaran, dan kedewasaan masyarakatnya untuk menerapkan; jaga jarak, hidup sehat, mengenakan masker dan pelindung lain (jika di perlukan) di kehidupan sehari-harinya. Titik.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan bahayanya virus Corona ini membuat wabah Corona sulit untuk di berantas. Yang anehnya dengan alasan pola hidup sehat orang sekarang berbondong-bondong memborong sepeda untuk olah raga, tidak peduli seberapa mahal harga sepedanya, belum lagi orang yang merasa kebal hukum yang tidak memberi contoh perihal PSBB ini, namanya juga Adaptasi Kebiasaan Baru dan trend baru, kan?
Tidak ada yang salah sih sebenarnya, tapi masyarakat begitu kebingungan dengan istilah baru tadi, akibatnya tingkat kerumunan di beberapa titik jadi meningkat, beberapa titik seperti nongkrong di tepi jalan, dan anak-anak malam hari justeru bebas berkeliaran di jalan-jalan gang sepertinya meningkat di banding sebelum pandemi ada.
Yang tersulit adalah memantau masyarakat di lapisan bawah yang tak termonitor dan tertangani dengan baik oleh pejabat setempat. Apakah tidak ada dana dan komunikasi pemerintah dengan pejabat setingkat RT saya kurang paham, buktinya di beberapa wilayah yang saya amati semua seperti tak peduli.
Jadi apapun itu, jika upaya pemerintah sudah mandul di mata masyarakat memang sebaiknya kita sendirilah yang berangkat dan harus memulai mengawali hidup sehat, menjaga jarak, kemudian keluarga barulah lingkungan. Kalau ini berhasil pemerintah harusnya berfikir ulang, layakkah saya memimpin kota atau negeri ini.
Banggalah jadi warga Ibu Kota Jakarta yang katanya banyak di huni oleh orang berpendidikan dan orang penting, seharusnya kota ini menjadi tolak ukur dan contoh terbaik dalam peran membinasakan virus Corona ini. Tentu kita tidak ingin semua berlarut-larut hidup dalam ketidak pastian dan krisis ekonomi, semoga saja azab kecil ini segera di angkat oleh ALLAH SWT, AAMIIN.
Sebuah opini
Img.header. detik, google


Copyright © 2016 - 2020 iskrim™
All Rights Reserved | Member of Thread Creator Gen. 1 - KASKUS
Diubah oleh iskrim 11-09-2020 18:25




comrade.frias dan zeze6986 memberi reputasi
2
1.1K
25


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan