Kaskus

News

aboy15Avatar border
TS
aboy15
Mata Uang Asia Rontok, Rupiah Jadi yang Terburuk
Nilai tukar dolar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya melemah pada perdagangan Selasa (8/9/2020), padahal di pembukaan perdagangan rupiah langsung masuk ke zona hijau. Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia rontok di hadapan dolar AS.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah menguat 0,2% ke Rp 14.700/US$. Sayangnya, hanya beberapa menit berselang Mata Uang Garuda langsung masuk zona merah. Depresiasi berlanjut hingga menyentuh level Rp 14.795/US$, melemah 0,44%.

Posisi rupiah membaik, di penutupan perdagangan berada di level Rp 14.760/US$, melemah 0,2% di pasar spot.

Namun, meski pelemehannya terpangkas, rupiah tetap menjadi yang terburuk di Asia. Hingga pukul 15:11 WIB, hanya dolar Taiwan dan peso Filipina yang menguat melawan dolar AS, sisanya rontok.

Dolar AS vs Mata Uang Utama Asia

Mata Uang Kurs Terakhir Perubahan

USD/CNY 6,8317 0,02%
USD/IDR 14.760 0,20%
USD/INR 73,538 0,13%
USD/JPY 106,26 0,01%
USD/KRW 1.187,48 0,02%
USD/MYR 4,162 0,17%
USD/PHP 48,570 -0,10%
USD/SGD 1,3670 0,08%
USD/THB 31,39 0,10%
USD/TWD 29,25 -0,21%

Rupiah sebenarnya sedang mendapat angin segar dari dalam negeri, yang membutnya langsung menguat di pembukaan perdagangan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menenangkan pasar terkait rencana revisi undang-udang Bank Indonesia (BI) serta kebijakan "burden sharing" membuat rupiah kembali bertenaga.

Selain itu cadangan devisa Indonesia kembali mencetak rekor tertinggi US$ 137 miliar.

Kabar baik lainnya datang dari hasil survei 2 mingguan Reuters yang menunjukkan investor kembali menyukai rupiah dengan mengambil posisi beli (long) setelah mengambil posisi jual (short) dalam 4 survei beruntun atau 2 bulan terakhir.

valasTetapi bangkitnya indeks dolar AS membuat rupiah terpukul. Hingga sore ini indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut menguat 0,48% ke 93,163.
Ketika indeks dolar AS menguat, maka mata uang emerging market di Asia cenderung tertekan. Bangkitnya dolar AS sebenarnya bukan karena fundamentalnya yang bagus, tetapi karena kurs euro yang merosot.

Memang data-data ekonomi AS yang dirilis pekan lalu menunjukkan tanda pemulihan ekonomi. Tetapi itu belum cukup bagi bos bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, untuk mengubah outlook-nya.

"Kami berpandangan bahwa situasi akan lebih sulit, terutama ada beberapa area di perekonomian yang masih sangat terdampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) seperti pariwisata dan hiburan. Ekonomi masih membutuhkan suku bunga rendah, yang mendukung perbaikan aktivitas ekonomi, sampai beberapa waktu. Mungkin dalam hitungan tahun. Selama apa pun itu, kami akan tetap ada," papar Powell dalam wawancara dengan National Public Radio, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Powell menambahkan, The Fed tidak akan menarik kebijakan ultra longgar. Tidak cuma suku bunga, juga berbagai fasilitas pemberian likuiditas ke pasar keuangan maupun sektor riil.

"Kami tidak akan menarik dukungan terhadap perekonomian secara prematur. Kami akan terus melakukan apa pun yang kami bisa," lanjutnya.

Alhasil, kinerja dolar AS pun tak bagus-bagus amat. Tetapi, euro yang melemah melawan dolar AS dalam 6 hari beruntun hingga saat ini menjadi salah satu pemicu penguatan indeks dolar AS.

Maklum saja, euro menjadi mata uang dengan kontribusi terbesar (57,6%) terhadap pembentukan indeks dolar AS. 5 mata uang lainnya yang membentuk dolar AS yakni poundsterling, yen, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.

Tekanan yang dialami euro terjadi akibat spekulasi ECB akan bertindak guna meredam penguatan mata uang 19 negara tersebut. Pada Selasa (1/9/2020) lalu, euro menyentuh level US$ 1,200 melawan dolar AS. Kali terakhir euro menyentuh US$ 1,2000 pada awal Mei 2018, artinya posisi tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 2 tahun terakhir.

Setelah mencapai level tersebut, euro mulai berbalik melemah melawan akibat "dicolek" oleh ekonom European Central Bank (ECB) Philip Lane. Selasa lalu, ketika kurs euro menyentuh level US$ 1,2000, Lane mengatakan nilai tukar euro-dolar AS "penting" dalam menentukan kebijakan moneter.

Pernyataan tersebut menjadi indikasi ECB kemungkinan akan bertindak untuk meredam penguatan euro.

Alhasil, euro terus melemah, indeks dolar AS bangkit, dan rupiah menjadi sulit untuk menguat.

scorpiolamaAvatar border
nomoreliesAvatar border
nomorelies dan scorpiolama memberi reputasi
2
763
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan