

TS
betiatina
Luruh dalam Rindu (kumpulan Puisi dan Prosa)
Kumpulan puisi betiatina

š š š š š š
Kasih Bunda Sepanjang Masa
Magelang, 10 Januari 2020

Beribu peluh yang kini membasahi tubuh
Telah menyadarkanku jika kini aku rapuh
Raga yang pernah kuharap menjadi tempat bersandar
Telah jauh meninggalkanku di negeri sebrang
Sungguh hadirmu yang kini selalu kutunggu
Dengan segenggam cinta yang mungkin tersisa
Agar aku tak lagi sendiri dalam sunyi
Menahan pedih disudut rindu tak bertepi
Seketika bulir keresahan terus mengalir
Menghias wajah renta yang tak berdaya
Desir angin menambah dingin
Sudut hati yang mendambamu kembali
Disini
Merenkuh ragaku dalam pelukmu
Telah menyadarkanku jika kini aku rapuh
Raga yang pernah kuharap menjadi tempat bersandar
Telah jauh meninggalkanku di negeri sebrang
Sungguh hadirmu yang kini selalu kutunggu
Dengan segenggam cinta yang mungkin tersisa
Agar aku tak lagi sendiri dalam sunyi
Menahan pedih disudut rindu tak bertepi
Seketika bulir keresahan terus mengalir
Menghias wajah renta yang tak berdaya
Desir angin menambah dingin
Sudut hati yang mendambamu kembali
Disini
Merenkuh ragaku dalam pelukmu
š š š š š š
Kasih Bunda Sepanjang Masa
Nak
Malam ini begitu sunyi
Tanpa sinar rembulan yang menawan hati
Ijinkan bunda bercerita
Tentang masa yang mungkin telah kau lupa
Kita pernah memulai drama bersama
Dalam rasa mual yang tiada tara
Namun bunda sangat bahagia
Karena hadirmu menjadikanku wanita sempurna
Sembilan bulan kita menyatu
Kau mulai ingin melihat gemerlapnya dunia
Tangis pertamamu adalah alunan terindah bagiku
Senyumanmu penghilang rasa lelah setiap waktu
Kini hari telah pagi
Semburat sinar mentari mulai meninggi
Langkahkan kakimu sejauh mata memandang
Jadilah pedang yang tangguh dalam perang
Dalam menegakkan setiap kebenaran
Berjanjilah agar jangan merasa lelah
Dalam menapak setiap jengkal kehidupan
Kelak saat aku telah meninggalkanmu
Tetaplah lanjutkan mimpi indah kita
Menjadikan dunia tergenggam dalam tanganmu
Meletakkan syariat dalam hatimu
Kini aku mulai rapuh
Ragaku kian lemah dalam melangkah
Namun doa dan cintaku padamu
Tak kan lekang tertelan waktu
Tergolek lemah dalam alunan senja
Menanti mentari yang mungkin tak akan berjumpa lagi
Duhai anakku
Dulu kau kutimang dalam dekapan sayang
Kubelai dengan sekuntum cinta
Kujaga siang malam tanpa pernah merasa lelah
Agar kelak kau rela terus menjagaku
Kini
Saat ku tersungkur dalam keheningan
Kau enggan memberi warna indah
Tak sudi memberi cahaya kasih
Seperti dulu ku pernah mengajarkanmu
Kau telah meninggalkanku tanpa ada batasan waktu
Hingga ku harus rela berbagi resah bersama angan
Agar kau rela mengulang masa indah itu
Mungkin takdir yang enggan menyapa
Membiarkanku menahan kenyataan sepahit ini
Satu pintaku
Pulanglah dalam pangkuanku
Tanpa perlu kau bawa emas permata
Namun senyum tulus darimu itu
Tetaplah penyejuk dalam kalbu
Duhai engkau yang dulu kutimang
Segeralah engkau bertandang
Mendekapku dalam sayang
Mungkin rinduku yang terlalu dalam
Padamu putraku kebanggaan
Malam ini begitu sunyi
Tanpa sinar rembulan yang menawan hati
Ijinkan bunda bercerita
Tentang masa yang mungkin telah kau lupa
Kita pernah memulai drama bersama
Dalam rasa mual yang tiada tara
Namun bunda sangat bahagia
Karena hadirmu menjadikanku wanita sempurna
Sembilan bulan kita menyatu
Kau mulai ingin melihat gemerlapnya dunia
Tangis pertamamu adalah alunan terindah bagiku
Senyumanmu penghilang rasa lelah setiap waktu
Kini hari telah pagi
Semburat sinar mentari mulai meninggi
Langkahkan kakimu sejauh mata memandang
Jadilah pedang yang tangguh dalam perang
Dalam menegakkan setiap kebenaran
Berjanjilah agar jangan merasa lelah
Dalam menapak setiap jengkal kehidupan
Kelak saat aku telah meninggalkanmu
Tetaplah lanjutkan mimpi indah kita
Menjadikan dunia tergenggam dalam tanganmu
Meletakkan syariat dalam hatimu
Kini aku mulai rapuh
Ragaku kian lemah dalam melangkah
Namun doa dan cintaku padamu
Tak kan lekang tertelan waktu
Tergolek lemah dalam alunan senja
Menanti mentari yang mungkin tak akan berjumpa lagi
Duhai anakku
Dulu kau kutimang dalam dekapan sayang
Kubelai dengan sekuntum cinta
Kujaga siang malam tanpa pernah merasa lelah
Agar kelak kau rela terus menjagaku
Kini
Saat ku tersungkur dalam keheningan
Kau enggan memberi warna indah
Tak sudi memberi cahaya kasih
Seperti dulu ku pernah mengajarkanmu
Kau telah meninggalkanku tanpa ada batasan waktu
Hingga ku harus rela berbagi resah bersama angan
Agar kau rela mengulang masa indah itu
Mungkin takdir yang enggan menyapa
Membiarkanku menahan kenyataan sepahit ini
Satu pintaku
Pulanglah dalam pangkuanku
Tanpa perlu kau bawa emas permata
Namun senyum tulus darimu itu
Tetaplah penyejuk dalam kalbu
Duhai engkau yang dulu kutimang
Segeralah engkau bertandang
Mendekapku dalam sayang
Mungkin rinduku yang terlalu dalam
Padamu putraku kebanggaan
Magelang, 10 Januari 2020
Diubah oleh betiatina 01-09-2020 14:57






milleniaptr dan 25 lainnya memberi reputasi
26
4.8K
59


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan