Kaskus

Hobby

sumarnisajaAvatar border
TS
sumarnisaja
Meninggal Karena Sakit Gigi
Meninggal Karena Sakit Gigi
By Sumarni Saja

Sudah tiga hari ini, Mas Arman---suamiku mengeluh sakit gigi. Gusinya juga terlihat bengkak.

"Mas, apa nggak sebaiknya kamu ke dokter saja?"

"Nggak usah, Din, mas beli jamu ke tempat Mbah Marto saja. Biasanya 'kan mas juga ke sana."

"Ya, sudah kalau begitu," jawabku, memejamkan mata lalu terlelap.

Keesokan harinya ....

"Gimana, Mas, ketemu sama Mbah Martonya?" tanyaku pada lelaki yang telah menikah denganku selama empat belas tahun itu.

"Kata orang-orang Mbah Marto sudah lama tidak jualan." Dengan susah payah Mas Arman menjawab pertanyaanku. Kulihat gusinya kian membengkak.

"Terus gimana?"

"Mas mau ke warung depan dulu, mau beli T*l*k A*g*n, sepertinya mas masuk angin."

"Ya, sudah kalau begitu. Aku siapkan makan siang saja. Tadi, aku sudah masak bubur buat Mas."

Sudah satu minggu berlalu, tapi sakit gigi suamiku belum juga sembuh. Bahkan terlihat semakin parah, hari-harinya hanya ia habiskan di tempat tidur.

"Mas, sakitmu kian parah, kita ke rumah sakit saja, ya." Kubujuk kembali suamiku, tapi ia tak menjawab.

Aku berinisiatif memanggil Pak Naryo---tetangga yang rumahnya tepat di sebelah rumah kami untuk meminta bantuan.

Syukurlah berkat bujukan Pak Naryo, Mas Arman mau dibawa ke rumah sakit.

"Gimana keadaan suami saya, Dok?" tanyaku penasaran.

"Gusinya sudah bernanah mau tak mau kita harus cabut giginya dan bila perlu kita lakukan operasi. Kita tunggu sampai sakitnya reda baru kita cabut."

Aku mengangguk, meraih telepon genggam untuk memberitahu ibu di rumah. Sekaligus memastikan kelima anakku yang kutitipkan padanya baik-baik saja.

Tiga hari berlalu, dokter menanyakan apakah Mas Arman masih merasakan sakit di giginya atau tidak.

Mas Arman menggeleng. Setelah memastikan semuanya aman, dokter pun mencabut gigi bagian atas suamiku. Gigi yang selama ini sering membuatnya menangis karena menahan sakit.

Pencabutan gigi berjalan lancar, langkah selanjutnya yang dokter tempuh adalah menyedot nanah yang ada pada gusi Mas Arman. Namun, bukannya sembuh kondisi Mas Arman malah semakin buruk. Berbicara pun ia tak mampu, hanya erangan yang bisa kudengar.

Dengan telaten, aku merawatnya, tak henti-hentinya memanjatkan do'a agar suamiku sembuh. Namun, takdir berkata lain, sore itu Mas Arman meninggalkan kami semua. Sungguh, pukulan yang berat untukku.

Aku merasa dunia seakan runtuh. Akankah bisa membesarkan kelima anakku tanpa sosok seorang suami? Apalagi Mas Arman adalah tulang punggung keluarga kami.

Butuh waktu untuk bangkit, apalagi sebelumnya, aku hanya ibu rumah tangga biasa. Segala pekerjaan asalkan itu halal, aku lakoni. Aku harus bisa menjadi ibu sekaligus ayah bagi kelima anak kami.

Setiap malam, aku terus terkenang sosok Mas Arman. Segala kenangan seakan menari-nari di depan mata. Impian demi impian yang kami rencanakan kini hanya tinggal angan belaka. Aku hanya bisa menerima takdir yang Tuhan berikan. Melangkah ke depan dengan hati yang tertatih. Seorang diri!

Tamat.
honinboAvatar border
nanasmadu04Avatar border
nanasmadu04 dan honinbo memberi reputasi
0
1K
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan