Pandemi coronavirus telah mengubah tatanan hidup dan cara berperilaku menghadapinya. Dalam masa adaptasi baru muncul protokol kesehatan: jaga jarak, menggunakan masker, cuci tangan dengan sabun, etika batuk-bersin.

Bagi mereka yang produktif dan hendak terus berkegiatan, protokol kesehatan menjadi sebuah keniscayaan. Sementara bagi sebagian orang protokol kesehatan tersebut menjadi dalih untuk tidak berkegiatan. Pandemi, dan kemudian protokol kesehatan, bagi mereka adalah hambatan dalam berkegiatan produktif. Muncul kaum rebahan.

Mereka menghabiskan waktu dengan berleha-leha, melakukan hal-hal tidak jelas, mengonsumsi junk food, dan hal lain yang memboroskan waktu daripada melakukan kegiatan positif dan menghasilkan.

Keterbatasan berproduksi dalam situasi saat ini tidak berarti menghalangi kita melakukan hal positif. Misalnya, dengan membaca, membangun tatanan kemampuan atau keahlian baru, merakit kebiasaan menyehatkan, serta kegiatan lain yang positif di era adaptasi kebiasaan baru.

Namun adaptasi kebiasaan baru diinterpretasikan oleh sebagian orang untuk bermalas-malasan. Rasa ini merupakan embrio dari perilaku menyia-nyiakan kehidupan kita yang berharga. Rasa ini juga mungkin terjadi begitu saja tanpa disadari.


Sebetulnya apa saja ihwal yang menjadi pertanda bahwa kamu menyia-nyiakan hidup kamu? Cekidot...!















Empat ihwal di atas merupakan penanda, bahwa kamu mulai menyia-nyiakan hidupmu. Masih bisa ditambahkan lagi sih. Apabila salah satu atau semua tanda tersebut muncul, segera bangkit dan perbaiki agar tidak terlambat. 


Maka, bangkitlah!

Perjalanan hidup singkat dan hanya sekali. Jangan sampai penyesalan timbul pada detik- detik menjelang berakhirnya hidup.

Semoga bermanfaat.


Catatan pagi pribadi