Kaskus

News

Akong.JiuguiAvatar border
TS
Akong.Jiugui
Resesi Lagi! Ekonomi Amerika Terancam 'Doble-Dip Recession'
Resesi Lagi! Ekonomi Amerika Terancam 'Doble-Dip Recession'[

- Ekonomi Amerika Serikat (AS) terancam mengalami double-dip recession. Ini diartikan sebagai kumatnya resesi setelah sempat pulih dari kejatuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut sebelumnya.

Penurunan ganda ini mungkin terjadi akibat gangguan yang dibawa pandemi virus corona (Covid-19) di negara itu yang belum juga akan hilang. Selain itu, kerentanan yang masih tersisa dari resesi sebelumnya juga akan menguatkan kemungkinan terjadinya double-dip di ekonomi AS.

Dalam sejarahnya, resesi AS memang sudah kumat beberapa kali. Sebagaimana disampaikan seorang pengamat dari Universitas Yale Stephen Roach dalam artikel opininya di South China Morning Post (SCMP), double-dip telah terjadi di delapan dari 11 resesi yang melanda AS sejak akhir Perang Dunia II.

"Satu-satunya pengecualian adalah resesi tahun 1953-1954, kontraksi singkat tahun 1980, dan penurunan kecil tahun 1990-1991. Semua sisanya berisi double dip, dan dua fitur triple dips - dua false start diikuti dengan relaps," jelas penulis "Unbalanced: The Codependency of America and China" itu.

Double-dip juga lebih mungkin terjadi di saat penurunan ekonomi sebelumnya sangat parah karena kerusakan dan pemulihan suatu ekonomi sangat dipengaruhi tingkat keparahan jatuhnya. Contoh kejadian itu terjadi pada resesi tajam tahun 1957-1958, 1973-1975, dan 1981-1982, serta dalam kontraksi besar yang menyertai krisis keuangan global 2008-2009.

Di tahun ini, ekonomi AS sendiri menunjukkan tanda jelas akan kemungkinan mengalami double-dip setelah pada kuartal kedua mengalami pertumbuhan minus. Secara kuartalan ekonomi turun tertajam dalam sejarah.

Dalam pembacaan PDB final, AS mencatat PDB di kuartal II 2020 secara kuartalan (QtQ) adalah -31,7%. Sementara di kuartal I 2020, di basis yang sama, ekonomi -5%.

Namun secara tahunan (YoY), ekonomi AS masih beruntung. Meski kuartal II 2020 -9,1%, di kuartal pertama ekonomi masih positif. Di mana AS PDB nya tumbuh 0,3%.

Kekacauan ini disebabkan oleh langkah penguncian (lockdown) yang diterapkan Pemerintahan Presiden Donald Trump untuk membendung penyebaran wabah Covid-19 di saat ekonominya baru mengalami pemulihan.

Di kuartal III ini ekonomi AS memang mulai pulih, akibat pembukaan kembali sebagian dari bisnis yang sebelumnya ditutup. Belum lagi langkah The Federal Reserve (The Fed) yang terus melakukan pelonggaran moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menopang ekonomi dan menggelontorkan bantuan fiskal terhadap bisnis dan rumah tangga.

Namun, seberapa lama hal itu akan menahan resesi masih menjadi pertanyaan besar. Apa lagi virus corona masih terus menghantui AS dan memakan korban baru setiap harinya dan semua langkah-langkah penyelamatan sebelumnya diperkirakan tidak akan bisa membantu ekonomi untuk tetap tahan lebih lama lagi.

"Dengan AS yang tersisa dalam cengkeraman pandemi, kasus untuk pemulihan berkelanjutan tampak lemah. Sementara rebound dalam produksi dan ketenagakerjaan menggarisbawahi kemajuan yang signifikan di sisi penawaran ekonomi, keuntungan ini masih jauh dari selesai," jelasnya.

"Pemulihan bahkan lebih tentatif di sisi permintaan. Hal ini terutama terjadi pada komponen utama dari konsumsi diskresioner - terutama belanja eceran, serta pengeluaran untuk restoran, perjalanan, dan rekreasi. Partisipasi penuh dalam kegiatan ini - yang semuanya memerlukan kontak langsung dengan manusia - menyiratkan risiko kesehatan yang tidak mau diambil oleh sebagian besar penduduk."

Padahal, sektor transportasi, rekreasi, restoran, dan akomodasi (segmen permintaan konsumen yang paling sensitif terhadap virus corona) menyumbang 21% dari total pengeluaran rumah tangga untuk jasa pada kuartal pertama tahun 2020, sebelum pandemi melanda dengan kekuatan penuh.

"Pengeluaran gabungan pada kategori-kategori ini jatuh pada tingkat tahunan 86% secara riil (disesuaikan dengan inflasi) pada triwulan kedua," katanya lagi.

Dari data bulanan hingga Juni, juga terlihat bahwa sektor ini belum bebas dari dampak negatif pandemi. Di mana, meski pengeluaran konsumen gabungan untuk barang tahan lama dan barang tidak tahan lama bangkit kembali ke 4,6% di atas tingkat sebelum pandemi (secara riil), pengeluaran rumah tangga untuk jasa secara total (komponen terbesar dari total konsumsi sejauh ini) hanya rebound 43% dari level kejatuhan akibat penerapan lockdown.

"Secara seimbang, ini menunjukkan apa yang dapat disebut normalisasi asinkron - pemulihan parsial yang menarik dukungan lebih besar dari sisi penawaran daripada dari sisi permintaan. AS hampir tidak unik dalam hal ini," katanya.

Sebelumnya Fed telah memproyeksikan bahwa ekonom AS akan menyusut 6,5% pada 2020 dan pemulihan ke depannya akan sangat bergantung pada kemampuan negara untuk mengendalikan pandemi asal itu. Juga akan bergantung pada upaya AS mencegah lonjakan infeksi.

Sayangnya kasus corona AS masih yang tertinggi di dunia. Jumlah infeksi harian Covid-19 di AS mencapai hampir 48.000 pada minggu yang berakhir 20 Agustus.

Angka itu lebih dari dua kali lipat kecepatan yang tercatat pada bulan Mei dan Juni. Di sisi lain, tingkat kematian yang rata-rata juga tinggi, yaitu lebih dari 1.000 per hari sejak akhir Juli dan diproyeksikan akan tetap pada tingkat itu selama sisa tahun ini.

Secara nasional per Jumat ini, AS telah memiliki 6.046.634 kasus dengan 184.796 kematian dan 3.347.940 sembuh, menurut Worldometers. https://www.cnbcindonesia.com/news/2...-dip-recession
Diubah oleh Akong.Jiugui 28-08-2020 13:24
0
426
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan