- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Endless Love


TS
melisairnads
Endless Love

Tidak terhitung sudah berapa kali aku melihat jam tanganku. Rasanya, tidak sabar untuk mengakhiri Jumat yang mendadak penuh dengan kerjaan kantor.
"Ihh dasar nenek tua! Biasanya juga dilanjut Senin gapapa kok, Lah ini tumben-tumbenan harus beres hari ini. Ckck seneng banget liat bawahannya menderita." ucapku dengan suara pelan sambil menahan rasa kesal bercampur lapar karna melewatkan jam istirahat supaya kerjaanku cepat beres.
Tiba-tiba, seorang gadis yang tengah fokus mengerjakan laporan di laptopnya mengalihkan kepalanya ke arahku.
"Sabar yaaa Van, nanti kan abis ini bakal bersenang-senang dengan doi" ucap gadis tersebut dengan senyum genit yang biasa dilakukannya ketika menggodaku dengan pacarku.
Ya, Desi dan aku sudah lama bersahabat. Sejak kami menjadi partner di divisi yang sama di PT. Soirlanda, kami duduk bersebelahan di kantor. Rasanya, bahagia sekali mempunyai sahabat yang keberadaannya selalu dekat denganku.
Seketika aku bersemangat kembali untuk menyelesaikan kerjaanku, "Iya, iyaa, pokoknya sebelum Alfon jemput, aku harus udah beres. Hmm.. karna itu.. Des, bantuin aku dong π" dengan memasang wajah sok imutku, aku membujuk sahabatku ini untuk mau membantuku, walau aku pun tau dia pasti menolak.
"Enak ajaaa, ngga ah. Aku juga belum beres Vanπ".
Dengan cemberut, aku pun menundukkan kepala kemudian diam-diam mendorong kursi Desi hingga kursinya hampir menabrak karyawan di sebelahnya.
"Vaniaaa!!!" Ucapnya kesal karna aku membuatnya kaget. Alih-alih menjawabnya, aku menjulurkan lidah juga memasang mata juling kepadanya.
~~~
"Sayaang, udah lama nunggunya yaa?", tanyaku sambil merangkul lengan kiri Alfonso yang sedang duduk di lobby kantorku sembari menatap layar hp nya.
"Ngga kok, sayang. Baru juga 5 menitan" jawab Alfonso sambil tersenyum manis menatapku, "Yuk, berangkat sekarang, nanti keburu ujan nih." ucapnya sambil memasukkan hp ke saku celananya dan mengenggam jemariku di tangan kirinya.
Kami pun berjalan menuju parkiran mobil sambil berbincang ria tentang hari kami di kantor masing-masing.
Di perjalanan menuju villa yang akan kami survei, aku teringat kembali masa-masa kami pacaran selama 3 tahun. Bagaimana dia mendekatiku ketika aku baru putus dengan mantanku, betapa bersemangatnya dia membuatku melupakan mantanku untuk melihat perasaannya yang sudah lama dia pendam, dan bagaimana dia akhirnya menyatakan perasaannya yang pada saat itu berhasil membuatku menangis bahagia. Aku sangat bersyukur dicintai pria seperti Alfonso. Seorang pria yang bukan hanya mempunyai senyum yang manis, dia juga sangat perhatian kepadaku dan orang-orang di sekitarku, membuatku bahagia memilikinya.
Teringat bagaimana ia melihat anak kecil dengan tatapan penuh kasih sayang dan bagaimana ia sangat dewasa menghadapi aku yang terkadang membuatnya diam tanpa kata, karna tak ingin menyakiti hatiku ketika kami berantem.
'Ya Tuhan, kiranya benarlah dia jodohku. Amin..' ucapku dalam hati sembari menatap Alfonso di sebelahku. Kulihat dia yang tampak menawan memakai kemeja putih dengan lengan bajunya yang digulung sampai siku, tatapannya fokus ke jalanan yang kini sudah turun hujan. Melihatnya saja sudah cukup membuatku tersenyum seketika.
"Sayang, kok senyum-senyum sendiri. Ada yang lucu ya tadi di kantor?" Tanya Alfonso sambil sesekali melirik ke arahku.
"Ngga kok, kamu yang lucu, sayang" godaku karna aku suka sekali melihatnya tersipu malu.
"Hahaha, dasar yaa kamu. Laper yaa, Van? Mau makan dulu atau nanti pas pulangnya aja?"
"Kok tauu? Wkwkwk iyaa laper banget nih, tadi ngga makan siang soalnya" jawabku dengan cepat.
"Laah kenapa, Van?"
"Iyaa, tadi kerjaan numpuk banget ih kesel sama nenek tua itu. Udah ah jangan dibahas lagi." ucapku dengan cemberut ketika teringat perkataan bosku saat di kantor.
"Iya..iya" kata Alfonso sembari meraih tangan kananku dan menggenggamnya lembut.
~~~
Akhirnya, Aku dan Alfonso sepakat untuk menyewa sebuah villa untuk acara pertunangan kami bulan depan. Kami pun bergegas pulang dari villa menuju rumah kami, sekitar 3 jam kalau jalanan sepi.
Jam menunjukkan pukul 23.15 ketika kami melewati jalanan licin yang mana tidak ada lampu jalan di sekitarnya.
Aku pun mengantuk dan tertidur. Alfonso yang melihatku tertidur, menepikan mobilnya sebentar untuk mengambil jaketnya di jok belakang kemudian memakaikannya untukku. Lalu Alfonso kembali menjalankan mobilnya dan memutar musik kesukaannya supaya tidak mengantuk. Dilihatnya jalanan sekitar sangat sepi, kanan dan kiri sisi jalan hanya ada pepohonan yang tumbuh besar dan lebat daunnya, sehingga nampak seperti jalanan di tengah hutan.
Jam menunjukkan pukul 23.50 ketika Alfonso melihat sebuah truk besar yang melaju sangat cepat menuju arah mobil kami dan truk itu bergerak dengan oleng.
Dalam hitungan detik, mobil Alfonso menabrak pembatas jalan dan terguling masuk ke rimbunnya pepohonan yang permukaannya lebih rendah dari jalanan tersebut.
Aku tetap terjaga dalam tidurku seolah tidak merasakan serpihan kaca yang sudah menempel keras di lengan kiriku dan darah segar yang mengalir dari dahiku. Sedangkan Alfonso yang walaupun dalam posisi mobil yang terbalik, tidak memedulikan kepalanya yang terus mengalirkan darah segar juga kemeja putihnya yang sekarang penuh bercak darah terutama bagian dadanya, ia sekuat tenaga meraihku kemudian berbicara dengan suara yang lemah, "Van..Vania..,bangun sayang.."
Tidak ada respon dariku membuatnya menatapku nanar dan seketika air mata membasahi matanya, mengalir memenuhi wajahnya yang telah bercampur dengan darah.
Sembari memegang kepalanya yang terasa sangat sakit, Alfonso kemudian meraih handphone di saku celananya dengan tangan yang sudah gemetaran dan lemas di sekujur tubuhnya, ia menelepon panggilan darurat.
Lalu, ia meraih tanganku dan menggenggamnya sambil berucap dengan nafas yang terengah-engah, "hh..hh.. Vania.. bertahan ya sayang."
Tak lama kemudian, pandangan mata Alfonso pun menjadi gelap.
~~~
"NGGAAAAAA!!!" Aku terbangun dari tidurku dengan nafas yang sesak dan peluh keringat membasahi wajahku. Air mata yang entah sejak kapan sudah berlinang di pipiku. Aku menangis hingga sesenggukan. Masih terbayang mimpi itu..aku membuka hp ku hendak menceritakan mimpi tersebut pada Alfonso, pacarku. Kulihat jam di layar hp menunjukkan pukul 12.05 malam. Aku segera membuka WA dan mendapati keanehan di dalamnya.
'Loh, kok ini temen-temen pada ngucapin turut berduka cita' tanyaku heran dalam hati ketika melihat ada 4 baris unread message yang muncul di WA ku. Seketika itu, tanganku mulai bergetar, pikiranku sudah tak bisa dikendalikan ketika mulai terlintas pikiran yang buruk di benakku. Namun aku membantahnya dalam hati.
Aku segera membaca ke-4 message tersebut, seakan belum percaya dengan kenyataan yang ada, aku membuka ig pacarku diikuti degup jantungku yang sudah tak karuan. Aku melihat postingan terbarunya, aku dan Alfonso yang sedang bergandengan tangan di tepi pantai sembari saling menatap penuh kasih di tengah sunset yang sangat indah sore itu.
Tanpa sadar, aku tersenyum melihatnya.
Kemudian angka 86 comment di bawah foto tersebut menarik perhatianku, membuatku membuka dan membacanya..
"Vania, turut berdukacita ya sayang ....."
Aku tak sanggup membacanya sampai habis. Senyumku hilang seketika, aku menangis sekeras-kerasnya di balik bantal.
Ternyata..mimpi itu bukanlah sekedar mimpi, melainkan kenyataan pahit yang kualami 2 tahun yang lalu.
Seketika terbayang wajahnya yang tersenyum penuh kasih kepadaku membuat hatiku semakin sakit rasanya..
Sayang, i miss u :')
Quote:
-End-
Diubah oleh melisairnads 24-08-2020 14:03






awa01 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.8K
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan