Masa paling indah yang tak terlupakan soal merayakan HUT RI adalah ketika masih SMP. Waktu itu kami murid kelas dua, ditunjuk beberapa anak untuk bergabung di team penari massal Jathilan. Atau lebih merakyatnya disebut kuda lumping.

Nantinya kami akan dilatih seorang pelatih tari yang juga melatih beberapa SMP lain. Wuih berat juga tugasnya. Apalagi waktu juga cuma sekitar dua mingguan.

Maka setiap habis pelajaran siang, kami yang terpilih kalau tidak salah sekitar 100 anak, lelaki dan perempuan akan dikumpulkan di halaman belakang sekolah dan berlatih sekitar 1-2 jam sehari, baru pulang.


Ilustrasi kelompok massal tari jathilan

Hal yang lucu karena kami sebagian besar bukan penari dan tidak berbakat dalam kesenian yang membutuhkan kelenturan gerakan itu. Tetapi demi kesuksesan acara kami berlatih giat. Masih kuingat sahabatku namanya Rina Ester yang berbakat menari sedari kecil, luwes sekali menggerakan tubuh dan tanggannya. Maka dia selalu ditempatkan di depan agar bisa dicontoh teman-teman.

Setelah berlatih setiap hari, kami juga diwajibkan membuat 'kendaraan' alias jaranan kami sendiri dari karton dan diikat tali rafia. Penari dadakan ini wajib Juga bermake-up dari rumah lengkap dengan kaos putih lengan panjang, jarit untuk kostum, tak lupa selendang, semua mencari sendiri. Maka masing-masing anak mengerahkan keluarga untuk membantu. Ane bahkan meminjam selendang panjang dari tetangga.


pinterest : kuda lumping diayunkan seirama serentak

Namanya masih abg dan tidak berpengalaman dalam hal tersebut paniklah sebagian besar dari kami. Untung ane punya kakak cowok yang mau membantu membuat jaran atau kuda bohongan tadi.

Satu masalah selesai, tinggal make up bingung. Untungnya ada bantuan team ibu guru sekolah yang merias kami. Alhamdulillah. Meskipun ane menangis gara-gara tidak pernah memakai celak mata yang membikin gatal mata dan sukses membuat rembesan air mata keluar . Culunnya ane yak.

Saat pentas tiba, kami semua yang dikumpulkan di lapangan besar berumput sempat melakukan gladi resik sejenak. Sebanyak 500 anak SMP dan SD berkolaborasi menyajikan tarian Jathilan yang sudah kami hapalkan gerakannya. Seru sekali karena saking nervousnya jadi lupa gerakan. Kami jadi tertawa sekaligus malu.

Waktu itu yang hadir di perayaan banyak tamu penting. Seperti bapak bupati dan camat yang menjabat saat itu. Juga bapak kapolda, kepala sekolah, guru-guru dan sebagainya.


pinterest : ilustrasi pertunjukan tari jathilan massal

Walaupun kepanasan bukan main dan silau karena matahari pas naik-naiknya, sedang penari tidak memakai topi hanya ikat kepala kami tetap bangga dan bersemangat menari sebisa kami.

Semoga pandemi covid 19 cepat berlalu, sehingga perayaan HUT RI akbar seperti menari massal ini dapat diadakan lagi sambil juga menjaga kebudayaan asli Indonesia. Kalau bukan kami anak muda yang menjaga, siapa lagi?