Peristiwa yang akan ane ceritakan ini terjadi kurang lebih 19-20 tahun lalu ketika ane masih jadi penghuni kampung halaman, atau semasa ane mengeruk ilmu di bangku SD. Waduuuuhhhh jadi ketauan umurnya nih heheheheh.

17 Agustus selalu menjadi momen yang meriah di kampung ane, kampung yang secara geografis berada di wilayah Jawa Barat, persisnya berada di wilayah Cianjur Selatan, kira-kira 4-5 jam waktu tempuh dari kota Cianjur. Mungkin kesannya nggak terlalu pelosok ya, karena nggak terlalu jauh dari ibukota. Kenapa di judul ane sebut pelosok, karena menurut versi ane itu memang masuk kategori pelosok. Untuk sampai ke sana, ane harus melewati hutan sekitar 1 jam lebih, dengan jalan bebatuan (batu kali) yang hanya bisa diakses oleh mobil gede atau tinggi, dengan keahlian nyetir khusus, karena medannya cukup menguji nyali, jalanan naik turun tanjakan curam, dengan pingir jalannya tebing. Kalau sopir yang terbiasa bawa mobil di kota, sering kali nggak sanggup dan meminta tolong sopir lokal untuk nyetirin mobilnya. Itulah sekelumit tentang posisi daerah ane.




Kembali lagi ke soal HUT RI, Perayaan HUT RI di kampung halaman ane nggak hanya dilakukan di hari H, namun dimulai dari awal bulan Agustus, diawali dengan penyambutan berupa bakti sosial membersihkan jalan, menghias pos kamling, membuat gapura-gapura di setiap jalan masuk perkampungan, ronda malam mendadak meriah, bahkan orang yang bukan jadwalnya ronda pun sering nimbrung di pos kamling, sekadar ikut bermain gaple (domino) atau mubuy singkong (memasukan singkong ke bawah abu yang apinya menyala supaya matang).



Hal seru lainnya dalam rangka menyambut kemerdekaan RI yaitu pertandingan sepakbola TARDUS (antar kedusunan) dan antar SD sederajat, setiap jam 2 siang, orang berbondong-bondong untuk menyaksikan klub dukungan masing-masing di lapangan desa. Lapangan seadanya, tiang gawang dari bambu, tanah yang berdebu ketika musim kemarau, tapi kondisi terbatas ini nggak merenggut kemeriahan merayakan acara 'Agustusan'. Keseruan-keseruan ini berlangsung hingga  puncak acara di tanggal 17 Agustus.



Singkat cerita tibalah hari yang ditunggu-tunggu, ane yang biasanya nggak sanggup mandi pagi karena dinginnya minta ampun, maklum kampung ane ada di pengunungan. Pagi-pagi ane memaksakan diri untuk mandi karena akan mengikuti upacara kemerdekaan, jalan berbaris bersama temen dari sekolah menuju lapangan desa yang jaraknya sekitar 2 kilo meter.

Pagi mulai jam 8-10 upacara kemerdekaan seperti pada umumnya, ada yang pingsan, tapi alhamdulillah ane gak pernah sampe pingsan ketika upacara mah. Setelah upacara selesai, dilanjutkan dengan berbagai perlombaan, ada panjat pinang, balap karung, tarik tambang dll. tapi perhatiaan biasanya lebih besar ke final sepakbola. dimulai dari final sepakbola antar SD, dilanjutkan ke final sepakbola TARDUS. Semua mata biasanya terpusat menyaksikan pertandingan tersebut, pertandingan cukup sengit sehingga tak jarang juga keributan antar suporter bahkan pemain terjadi (indonesia banget lah ya).




Perayaan hari kemerdekaan tak berhenti di situ, biasanya dilanjutkan di malam hari dengan dangdutan atau wayang golek, seringnya sih wayang golek ya, karena warga kampung ane banyak banget yang suka wayang golek, terlebih kalangan orang yang udah berumur. Wayang golek ini biasanya berlangsung cukup lama kalau menurut ane, dimulai dari jam 9 malem sampe jam 3 pagi, tapi warga biasanya pada setia menonton dan menyimak cerita yang ditutur oleh dalang.

Begitulah cerita 17-an versi ane, Kalau diinget-inget lagi, perayaan HUT Kemerdekaan di kampung itu cukup sederhana tapi meriah dan antusiasme masyarakatnya luar biasa. Kalau di tempat GanSis gimana?, silakan berbagi cerita di kolom reply ya. Makasih!