- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Konspirasi Covid-19 di Indonesia


TS
Fitriafnisah
Konspirasi Covid-19 di Indonesia
Fenomena pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) menjadi gejala umum yang menggobal, sehingga kasus yang terjadi hampir di seluruh belahan dunia ini belum bisa diatasi secara baik. Memasuki tahun 2020 disambut dengan wabah virus corona yang berasal dari Wuhan, China. Dari pergantian tahun sampai dengan Kamis (13/8/20) ada 130.718 kasus. Ada 85.798 kasus yang sembuh dari jumlah keseluruhan tersebut. Hingga saat ini juga ada 5.903 kasus meninggal dunia.
Hal tersebut menjadi problem baru yang mengguncang segala aspek kehidupan masyarakat dari berbagai sisi terutama dari sisi ekonomi yang sangat berpengaruh di semua kalangan. "Adakah konspirasi dibalik Covid-19? "
Sejumlah media mainstream telah mengingatkan akan bahaya Covid-19, melalui pemberitaannya dari sejumlah negara yang sudah terjangkit virus ini. Media bahkan turut andil besar dalam menciptakan kondisi psikologis publik menjadi larut dalam ketakutan akan penyebaran virus. Dampaknya, beberapa pasien rumah sakit yang dinyatakan tewas akibat Covid-19, tetapi ketika akan dimakamkan mendapat penolakan sebagian warga. Ketakutan warga yang terus menerus tersebut menimbulkan ketakuan yang begitu mencemaskan ke tingkat paranoid atau suatu kondisi kejiwaan, yang diyakini bahwa orang lain, dapat membahayakan dirinya akhirnya terbukti dan terjadi di beberapa wilayah kita.
Sejumlah media mainstream telah mengingatkan akan bahaya Covid-19, melalui pemberitaannya dari sejumlah negara yang sudah terjangkit virus ini. Media bahkan turut andil besar dalam menciptakan kondisi psikologis publik menjadi larut dalam ketakutan akan penyebaran virus. Dampaknya, beberapa pasien rumah sakit yang dinyatakan tewas akibat Covid-19, tetapi ketika akan dimakamkan mendapat penolakan sebagian warga. Ketakutan warga yang terus menerus tersebut menimbulkan ketakuan yang begitu mencemaskan ke tingkat paranoid atau suatu kondisi kejiwaan, yang diyakini bahwa orang lain, dapat membahayakan dirinya akhirnya terbukti dan terjadi di beberapa wilayah kita.
Media dan pandemi covid-19 menjadi dua tema sentral yang menarik perhatian, karena memiliki benang merah pada beberapa aspek. Disini saya melihatt bahwa media massa dan Covid-19 ini mennjadikan lahan bagi orang yang memiliki tujuan tertentu untuk kepentingan suatu kelompok seperti kampanye.
Media massa dalam dunia politik selalu berkaitan erat dengan upaya hegemoni penguasa. Sedangkan fungsi media massa sebagai alat pengontrol untuk mengawasi penguasa (pengritik) di masa sebelumnya, kini bergeser menjadi alat menyebarluaskan kekuasaan yang kemudian dapat diterima secara luas oleh masyarakat. Media massa memengaruhi cara kita bertindak dan menciptakan model terbaik atau ideal di tengah masyarakat.
Namun demikian untuk memberikan informasi secara lengkap kepada masyarakat, dimulai dengan proses-proses untuk mengembangkan pemahaman dan pendapat tentang masalah publik di kalangan warga masyarakat. Dari sinilah warga masyarakat perlu mendapat informasi yang bebas dan benar mengenai masalah wabah virus ini. Meski publik dapat diartikan secara sederhana sebagai fakta/kejadian dalam kehidupan masyarakat yang bersentuhan dengan institusi di ruang publik, baik secara politik, ekonomi maupun kultural.
Debat kusir di media sosial lebih fokus membahas naiknya harga masker, langka nya APD ketimbang membahasa pencegahan virus tersebut. Akibat media inilah yang membuat banyak orang cemas dan berbagai kasus seperti korupsi, kasus RUU yang seharusnya menjadi sorotan utama seketika hilang begitu saja dari ruang dialetika.
Dari media massa ini, maka akan terbentuk suatu kesadaran publik. Kesadaran adalah perbuatan yang dilandasi pemahaman, ingatan, dan mengerti kondisi dirinya.
Publik saat ini secara konsensus melalui para penguasanya menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), di tengah status darurat kesehatan secara nasional. Informasi yang didominasi media kini mengisi ruang publik dengan terus menggemakan langkah kebijakan pemerintah akan bahaya Covid-19. Ruang publik dihegemoni oleh paranoid Covid-19 yang dapat merenggut jiwa-jiwa manusia menuju kematian.
Disinilah media jurnalisme mengambil tempat sebagai zona netral dalam proses interaksi sosial sehingga tercapai konsensus sosial. Konsensus sosial pada dasarnya penerimaan atas dasar akal sehat (common sense) dan rasionalitas atas posisi suatu isu publik. Inilah kemudian yang menjadi dasar bagi kebijakan publik / negara, baik berupa keputusan maupun tindakan-tindakan pejabat publik dalam melayani warga masyarakat, yang diterima atas basis akal sehat dan rasionalitas. Namun langkah aktif sebagai warga negara yang baik (good citizenship) adalah ketika seseorang dengan benar memenuhi peran mereka sebagai warga negara.
Kini, dengan penerapan PSBB di tengah status darurat kesehatan, masyarakat bersama media dan penguasa diajak untuk secara sadar menjaga dirinya dari bahaya Covid-19 yang dapat merenggut kehidupan sejati dalam lingkungan bermasyarakat. Meskipun merelakan terjadinya kematian akibat pandemi Covid-19, termasuk matinya aktivitas sosial keagamaan, aktivitas ekonomi dan matinya ruang interaksi sosial secara fisik, hingga lingkup pranata sosial terkecil yakni keluarga.
Masyarakat untuk berfokus menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta mengurangi mobilitas kerumunan dalam masyarakat untuk terhindar dari virus tersebut. Mari kita terapkan protokol kesehatan yang sesuai dengan anjuran pemerintah agar terhindar dari wabah ini. Semoga kita dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindungan-Nya.






gembalaonta212 dan 5 lainnya memberi reputasi
-2
400
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan