Surabaya - Pendeta Hanny Layantara (HL) dipecat dalam Sidang Raya Sinode Gereja Happy Family Center (HFC) 2020. Pendeta 50 tahun tersebut telah ditahan dan menjadi terdakwa perbuatan cabul terhadap serorang jemaat selama 17 tahun, sejak korban berusia 9 tahun.

Sekretaris Umum Sinode Gereja HFC Sutresno Kusmana mengatakan, HL yang menjabat Ketua Umum Sinode otomatis telah dipecat sebagai pengurus. "AD-ART jelas disebut bahwa seorang pengurus atau pejabat Sinode harus kudus," kata Sutresno di sela sidang raya, Rabu (12/8).



Dengan danya kepengurusan baru, ia menambahkan, maka otomatis pengurus lama berhenti termasuk pendeta Hanny. Sidang raya tersebut sudah mendapat rekomendasi dari Dirjen Binmas Kristen dan juga Ketua Binmas Kristen Jawa Timur.

Namun, hasil sidang raya tersebut ditolak oleh Ketua Umum Majelis Sinode Pekerja Gereja HFC Surabaya, Pendeta Erika Damayanti. Ia menuding agenda sidang menyalahi Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD-ART).



Erika menegaskan, sinode pekerja sudah menggelar sidang raya pada 9 Agustus 2020. Saat itu, ia dipilih sebagai ketua umum periode 2020-2025.

Kasus dugaan perbuatan cabul pendeta Hanny masih dalam proses persidangan di Pengadilan Negeri Surabaya. Hanny dilaporkan oleh perempuan aktivis Jeanie Latumahina ke Polda Jatim pada 20 Februari 2020 dengan nomor LPB/ 155/ II/ 2020/ UM/ SPKT.

Perkara ini terbongkar saat korban IW (26) hendak menikah. Ia menolak pemberkatan pernikahannya dilakukan pendeta Hanny. Keluarga kemudian mengetahui bahwa pendeta tersebut telah mencabul IW sejak usia 9 tahun.

HL didakwa melanggar Pasal 82 UU Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara dan atau Pasal 264 KUHP dengan ancaman hukuman hingga 9 tahun penjara.




SUMBER