- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Peneliti: Harimau Jawa Dijumpai di Hutan Angker Jateng


TS
mimin.gadungan.
Peneliti: Harimau Jawa Dijumpai di Hutan Angker Jateng
Quote:

Meski harimau Jawa dinyatakan sudah punah, seorang peneliti mengaku mendapatkan foto harimau Jawa dari seorang pemburu di Jawa Tengah. Dia menyebutkan harimau itu dijumpai si pemburu di hutan angker.
"Lokasinya ada di hutan angker," kata peneliti yang mempublikasikan foto harimau Jawa itu, yakni Direktur Peduli Karnivor Jawa (PKJ) Didik Raharyono kepada detikcom, Kamis (13/8/2020).
Didik hanya mengatakan lokasi hutan habitat harimau Jawa di foto itu ada di Jawa Tengah. Dia menolak memberikan informasi lebih lanjut lantaran ada kekhawatiran publik akan berbondong-bondong mencari harimau itu bila informasi lokasi dibeberkan secara rinci. Yang jelas, hutan tersebut dianggap wingit oleh penduduk desa setempat.
"Memang warga mengatakan mereka jarang masuk ke situ. Saya saja meminta orang untuk mengantarkan masuk ke lokasi ditemukannya harimau itu, tapi warga banyak yang tidak mau," kata Didik.
Akhirnya Didik diantarkan oleh orang yang memotret harimau itu. Terlihat di foto itu, seekor harimau besar dengan motif lorong sedang berjalan dengan kepala menghadap ke bawah, ekornya juga mengarah ke bawah, meski ujung ekornya tidak kelihatan. Harimau Jawa itu berjalan di atas permukaan tanah dengan dedaunan di sekitarnya.
Foto itu diambil pada September 2018. Pada 3 Desember 2018, Didik menyambangi lokasi dijumpainya sang loreng. Hutan itu memang dianggap angker oleh masyarakat, Didik memakluminya sebagai kearifan lokal Jawa untuk mengkonservasi alam, supaya tidak banyak orang yang sembarangan masuk merusak hutan dan akhirnya membunuh harimau Jawa.
"Itu mungkin salah satu cara leluhur dulu untuk melindungi hutan," kata Didik, alumni Fakultas Biologi UGM.
Dia mendeskripsikan lokasi habitat Panthera tigris sondaica itu sebagai hutan jati, dengan sedikit titik-titik hutan alam. Hutan alam inilah yang dianggap warga sebagai hutan angker.
"Di situ masih ada ular piton, ada burung merak. Ada babi dan sedikit monyet," kata dia.

"Lokasinya ada di hutan angker," kata peneliti yang mempublikasikan foto harimau Jawa itu, yakni Direktur Peduli Karnivor Jawa (PKJ) Didik Raharyono kepada detikcom, Kamis (13/8/2020).
Didik hanya mengatakan lokasi hutan habitat harimau Jawa di foto itu ada di Jawa Tengah. Dia menolak memberikan informasi lebih lanjut lantaran ada kekhawatiran publik akan berbondong-bondong mencari harimau itu bila informasi lokasi dibeberkan secara rinci. Yang jelas, hutan tersebut dianggap wingit oleh penduduk desa setempat.
"Memang warga mengatakan mereka jarang masuk ke situ. Saya saja meminta orang untuk mengantarkan masuk ke lokasi ditemukannya harimau itu, tapi warga banyak yang tidak mau," kata Didik.
Akhirnya Didik diantarkan oleh orang yang memotret harimau itu. Terlihat di foto itu, seekor harimau besar dengan motif lorong sedang berjalan dengan kepala menghadap ke bawah, ekornya juga mengarah ke bawah, meski ujung ekornya tidak kelihatan. Harimau Jawa itu berjalan di atas permukaan tanah dengan dedaunan di sekitarnya.
Foto itu diambil pada September 2018. Pada 3 Desember 2018, Didik menyambangi lokasi dijumpainya sang loreng. Hutan itu memang dianggap angker oleh masyarakat, Didik memakluminya sebagai kearifan lokal Jawa untuk mengkonservasi alam, supaya tidak banyak orang yang sembarangan masuk merusak hutan dan akhirnya membunuh harimau Jawa.
"Itu mungkin salah satu cara leluhur dulu untuk melindungi hutan," kata Didik, alumni Fakultas Biologi UGM.
Dia mendeskripsikan lokasi habitat Panthera tigris sondaica itu sebagai hutan jati, dengan sedikit titik-titik hutan alam. Hutan alam inilah yang dianggap warga sebagai hutan angker.
"Di situ masih ada ular piton, ada burung merak. Ada babi dan sedikit monyet," kata dia.

Namun, di sisi-sisi lainnya, sudah ada lahan yang ditanami jagung dan palawija dengan sistem magersari kepada Perhutani, perusahaan badan usaha milik negara (BUMN). Maka ruang-ruang hidup manusia dan harimau bercampur. Babi sebagai mangsa utama harimau Jawa sering kali merusak tanaman jagung dan palawija.
"Sekarang babi juga diburu warga, apalagi dengan adanya sistem tanaman magersari, maka ketika ada babi, warga pasti memanggil tim pemburu. Padahal babi adalah makanan utama harimau Jawa," tutur Didik.
Dia menyebut hutan tempat harimau Jawa itu berdiam kini menghadapi ancaman ekspansi perusahaan pabrik tertentu. Warga setempat menolak bila hutannya dijadikan tambang. Setidaknya sampai sekarang, hutan angker itu masih bertahan.
Mistisisme harimau
Mistisisme Jawa mengandung ajaran yang esoteris. Dalam pandangan pelaku kebatinan Jawa yang dipahami Didik, harimau dihormati sebagai simbah atau kakek/nenek dalam bahasa Indonesia. Komunitas spiritual ini disebutnya turut menjaga harimau dalam kesunyian.
"Macan adalah simbah," kata Didik yang tengah mengembangkan kajian etnotigrologi ini.
Berdasarkan pengamatannya, komunitas spiritual juga mengembangkan budi daya in-situ, yakni budi daya dengan cara membiarkan satwa tetap hidup lestari di hutan, bukan dengan mengembangbiakkan di kandang atau penangkaran. Tentu saja, caranya misterius. Sekilas, ini terdengar tidak masuk akal.

"Sekarang babi juga diburu warga, apalagi dengan adanya sistem tanaman magersari, maka ketika ada babi, warga pasti memanggil tim pemburu. Padahal babi adalah makanan utama harimau Jawa," tutur Didik.
Dia menyebut hutan tempat harimau Jawa itu berdiam kini menghadapi ancaman ekspansi perusahaan pabrik tertentu. Warga setempat menolak bila hutannya dijadikan tambang. Setidaknya sampai sekarang, hutan angker itu masih bertahan.
Mistisisme harimau
Mistisisme Jawa mengandung ajaran yang esoteris. Dalam pandangan pelaku kebatinan Jawa yang dipahami Didik, harimau dihormati sebagai simbah atau kakek/nenek dalam bahasa Indonesia. Komunitas spiritual ini disebutnya turut menjaga harimau dalam kesunyian.
"Macan adalah simbah," kata Didik yang tengah mengembangkan kajian etnotigrologi ini.
Berdasarkan pengamatannya, komunitas spiritual juga mengembangkan budi daya in-situ, yakni budi daya dengan cara membiarkan satwa tetap hidup lestari di hutan, bukan dengan mengembangbiakkan di kandang atau penangkaran. Tentu saja, caranya misterius. Sekilas, ini terdengar tidak masuk akal.

"Mereka paham bahwa tidak ada satu pun spesies yang diciptakan tanpa ada gunanya. Mereka akan mati-matian menjaga, karena ini berkaitan dengan ritualnya, dengan kepercayaannya," kata Didik.
"Teman-teman pegiat spiritualitas mengatakan, ketika harimau Jawa punah, peradaban Jawa hilang," ujarnya.
SUMBER
"Teman-teman pegiat spiritualitas mengatakan, ketika harimau Jawa punah, peradaban Jawa hilang," ujarnya.
SUMBER
MANTAB BETUL





tien212700 memberi reputasi
1
1.3K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan