- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Luhut Pede Tak Ada Gelombang Kedua Corona di RI
TS
mimin.gadungan.
Luhut Pede Tak Ada Gelombang Kedua Corona di RI
Quote:
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yakin tak akan ada gelombang kedua atau second wave virus Corona (COVID-19) di Indonesia.
Luhut mengatakan, ada dua periode di mana ia khawatir terjadi penambahan kasus Corona yang banyak, yakni ketika Idul Fitri 1441 Hijriah, dan pembukaan wisata Bali pada 2 pekan lalu. Namun, melihat perkembangan hingga saat ini, ternyata 2 periode yang ia khawatirkan itu tak menunjukkan penambahan kasus yang mengkhawatirkan.
"Kalau terjadi outbreak sebenarnya itu sudah harus terjadi waktu Lebaran kemarin. Itu saya takut terus terang saja. Jadi saya itu sebenarnya sangat takut waktu selesai Lebaran. Karena bagaimanapun kan suka tidak suka yang pulang kampung itu banyak dan itu kembali. Tapi kita Alhamdulillah saya pikir terkendali. Yang kedua adalah testing adalah kemarin waktu di Bali. Ternyata Bali juga tidak kejadian apa-apa," kata Luhut dalam rapat kerja virtual Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Kamis (13/8/2020).
Melihat kondisi itu, ia optimistis tak akan ada gelombang kedua. Jikalau ada, menurutnya fasilitas kesehatan yang sudah ada, masih mampu menangani pasien Corona.
"Jadi saya optimis kita tidak ada second wave. Kalau pun itu terjadi, saya selalu ada kontingensi. Saya pikir Wisma Atlet itu kita masih punya fasilitas sampai berapa ribu untuk penanganan," tegas Luhiut.
Selain itu, menurutnya obat-obatan yang ada di Indonesia saat ini sudah jauh berkembang dan memadai dibandingkan pada Maret-April lalu. Begitu juga dengan alat pelindung diri (APD) seperti hazmat suit dan masker untuk penanganan COVID-19.
" Obat-obat kita jauh lebih bagus dari waktu bulan Maret dan April. Kita APD-nya, maskernya, kemudian obatnya, sekarang herbal juga mulai berkembang banyak. Saya tidak terlalu khawatir di situ," tuturnya.
Namun, ia tak setuju jika pengendalian Corona di Indonesia terus dibandingkan dengan Singapura. Melihat perbedaan jumlah penduduk dan kondisi lingkungan yang signifikan dan, Luhut menilai Indonesia punya cara sendiri untuk menangani COVID-19 yang jauh berbeda dengan Singapura.
"Memang kalau orang membawa norma-norma seperti membandingkan dengan Singapura, ya tidak adil juga. Dia cuma 7 juta penduduk ya menanganinya. Dia tidak punya slum area (daerah kumuh di perkotaan),kita kan punya slum area. Alhamdulillah slum area kita belum ada lagi belum ada outbreak yang sampai tidak terkendali," jelas dia.
Selain itu, menurut Luhut banyak pemerintah daerah (Pemda) yang punya upaya khusus dan berbeda untuk mengendalikan COVID-19 di wilayahnya, seperti di Bali dan Kota Surabaya. Upaya yang dianggap sebagai kearifan lokal ini, menurut Luhut, terkadang tak dipahami oleh masyarakat di luar negeri.
"Gubernur Bali mengatakan ada herbal daerah, meminum arak dari mereka. Ya entah benar atau tidak itu kelihatan turun, saya dukung sajalah. Jadi itu kearifan sosial masing-masing. Sama dengan Ibu Risma di Surabaya, beliau membuat jus dari manggis dan sebagainya, dan ribuan yang sembuh. Ya ini yang seperti ini yang tidak dihitung orang-orang asing itu bahwa di Indonesia banyak hal-hal aneh. Malah kita disebut membohongi, ya itu kearifan lokal kan suka-suka dia," tutup Luhut.
SUMBER
Luhut mengatakan, ada dua periode di mana ia khawatir terjadi penambahan kasus Corona yang banyak, yakni ketika Idul Fitri 1441 Hijriah, dan pembukaan wisata Bali pada 2 pekan lalu. Namun, melihat perkembangan hingga saat ini, ternyata 2 periode yang ia khawatirkan itu tak menunjukkan penambahan kasus yang mengkhawatirkan.
"Kalau terjadi outbreak sebenarnya itu sudah harus terjadi waktu Lebaran kemarin. Itu saya takut terus terang saja. Jadi saya itu sebenarnya sangat takut waktu selesai Lebaran. Karena bagaimanapun kan suka tidak suka yang pulang kampung itu banyak dan itu kembali. Tapi kita Alhamdulillah saya pikir terkendali. Yang kedua adalah testing adalah kemarin waktu di Bali. Ternyata Bali juga tidak kejadian apa-apa," kata Luhut dalam rapat kerja virtual Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Kamis (13/8/2020).
Melihat kondisi itu, ia optimistis tak akan ada gelombang kedua. Jikalau ada, menurutnya fasilitas kesehatan yang sudah ada, masih mampu menangani pasien Corona.
"Jadi saya optimis kita tidak ada second wave. Kalau pun itu terjadi, saya selalu ada kontingensi. Saya pikir Wisma Atlet itu kita masih punya fasilitas sampai berapa ribu untuk penanganan," tegas Luhiut.
Selain itu, menurutnya obat-obatan yang ada di Indonesia saat ini sudah jauh berkembang dan memadai dibandingkan pada Maret-April lalu. Begitu juga dengan alat pelindung diri (APD) seperti hazmat suit dan masker untuk penanganan COVID-19.
" Obat-obat kita jauh lebih bagus dari waktu bulan Maret dan April. Kita APD-nya, maskernya, kemudian obatnya, sekarang herbal juga mulai berkembang banyak. Saya tidak terlalu khawatir di situ," tuturnya.
Namun, ia tak setuju jika pengendalian Corona di Indonesia terus dibandingkan dengan Singapura. Melihat perbedaan jumlah penduduk dan kondisi lingkungan yang signifikan dan, Luhut menilai Indonesia punya cara sendiri untuk menangani COVID-19 yang jauh berbeda dengan Singapura.
"Memang kalau orang membawa norma-norma seperti membandingkan dengan Singapura, ya tidak adil juga. Dia cuma 7 juta penduduk ya menanganinya. Dia tidak punya slum area (daerah kumuh di perkotaan),kita kan punya slum area. Alhamdulillah slum area kita belum ada lagi belum ada outbreak yang sampai tidak terkendali," jelas dia.
Selain itu, menurut Luhut banyak pemerintah daerah (Pemda) yang punya upaya khusus dan berbeda untuk mengendalikan COVID-19 di wilayahnya, seperti di Bali dan Kota Surabaya. Upaya yang dianggap sebagai kearifan lokal ini, menurut Luhut, terkadang tak dipahami oleh masyarakat di luar negeri.
"Gubernur Bali mengatakan ada herbal daerah, meminum arak dari mereka. Ya entah benar atau tidak itu kelihatan turun, saya dukung sajalah. Jadi itu kearifan sosial masing-masing. Sama dengan Ibu Risma di Surabaya, beliau membuat jus dari manggis dan sebagainya, dan ribuan yang sembuh. Ya ini yang seperti ini yang tidak dihitung orang-orang asing itu bahwa di Indonesia banyak hal-hal aneh. Malah kita disebut membohongi, ya itu kearifan lokal kan suka-suka dia," tutup Luhut.
SUMBER
EMANG GELOMBANG PERTAMA COVID-19 DI INDONESIA SUDAH SELESAI ??? KURVA COVID-19 GELOMBANG PERTAMA DI INDONESIA SUDAH MELANDAI KAH ???
0
607
Kutip
15
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan