Merenungi arti pernikahan


Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk menikah, membangun rumah tangga harmonis nan bahagia bersama kekasih tercinta. Apalagi jika Tuhan mentakdirkan mereka menua bersama hingga maut memisahkan. Sejatinya hal seperti itu merupakan impian semua orang. Namun, problema dalam rumah tangga yang ternyata tidak mudah membuat semua impian itu hancur.

Sejauh apa kita memahami betapa dalamnya arti sebuah pernikahan? Apakah menikah hanya tentang dua anak manusia yang saling mencintai, lalu memiliki keturunan dan mencari harta sebanyak mungkin untuk memiliki bahagia duniawi? Apakah setelah mengetahui arti pernikahan sesungguhnya, masih adakah yang mau main-main dengan tidak menjaga mahligai rumah tangga?


Baca Thread Wedding & Family Lainnya :



Jika ditelaah lebih jauh pernikahan adalah janji kita dihadapan Tuhan secara langsung, tentu siapapun yang beriman akan takut untuk melanggar janji pada TuhanNya. Tanggung jawab terhadap pilihan hidup yang diputuskan saat seseorang telah merasa cukup dewasa untuk melangkah menjalani kehidupan bersama orang lain yang baru ia kenal.

Menikah bukan sekadar membentuk tim kerja, menyamakan hobi dan kegemaran sehingga ada adagium "Jika apa yang kita sukai itu hal yang sama, bisa menjadi simbol kelanggengan jodoh." Kamu suka india saya suka india, berarti kita pasangan yang cocok, tidak sesederhana itu.

Menikah berbeda dengan perumpamaan sepasang sandal yang hanya memiliki aspek kiri dan kanan. Menikah adalah penyatuan dua manusia pria dan wanita, dari anatomi saja sudah tidak sebangun. Apalagi soal hati dan jiwanya, menyatukan dua pikiran, dua idea, dan dua impian menjadi sesuatu bermakna besar baik untuk pasangan, keluarga sendiri dan orang lain.

Menikah adalah memutuskan berlabuh di satu pantai ketika ratusan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil. Menikah adalah cara meraih sempurna bagi agama sehingga bisa dikatakan sempurna menjalani setengah dien.

Menikah adalah keberanian menerima segala kekurangan dan kelebihan pasangan. Memupuk toleransi tingkat tinggi, menerima pasangan dengan apa adanya yang membutuhkan kebesaran hati untuk meleburkan kata Aku dan Kamu menjadi Kita. Proses seseorang untuk lebih dewasa mengambil keputusan bahkan urusan terkecil sekalipun, bergerak dalam kerjasama hebat dan bersinergi mendapatkan tiket Surga-Nya.




Sumber kajian harian
Narasi @ummusaliha