- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Ngeri! Gegara TikTok-Wechat, Trump 'Perang' Lagi ke China


TS
BPLN.god
Ngeri! Gegara TikTok-Wechat, Trump 'Perang' Lagi ke China

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dan China kembali berseteru. Kali ini soal TikTok dan Wechat.
Apalagi kalau bukan karena aturan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal larangan bagi perusahaan atau individu AS melakukan transaksi dengan ByteDance, perusahaan China yang menanungi TikTok dan Tencent, pemilik aplikasi WeChat.
Trump mengeluarkan perintah di bawah Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional. Aturan ini pun akan berlaku mulai 45 hari ke depan.
Padahal Microsoft Corp tengah berupaya menyelesaikan pembelian TikTok di AS agar perusahaan itu tetap eksis di negeri Paman Sam. Sebelumnya pada Minggu, Trump mengaku akan mendukung akuisisi jika pemerintah AS mendapat "porsi besar".
Ini menjadi rangkaian baru dari upaya Trump "membersihkan" aplikasi China yang ia sebut berbahaya bagi keamanan nasional jaringan digital AS
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyebutnya sebagai program 'jaringan bersih' dengan tujuan untuk mencegah berbagai aplikasi dan perusahaan telekomunikasi China mengakses informasi sensitif tentang warga dan bisnis AS.
Hal ini mengundang amarah China. Melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Wang Wenbin, menyebut perlakuan AS manipulatif.
"Penindasan politik secara sewenang-wenang," sebutnya seraya mengatakan bahwa langkah AS menggorbankan pengguna dan perusahaan AS sendiri, dikutip Reuters Jumat (7/8/2020).
Larangan ini makin memberi sinyal terpecahnya internet global dan hubungan industri teknologi AS dan China.
"Ini adalah perpecahan ... Tentu China akan membalas," kata pakar teknologi di Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington.
Sementara itu Tencent melalui juru bicaranya mengatakan akan meninjau kembali perintah eksekutif Trump itu. Tencent sendiri merupakan perusahaan terbesar kedua China setelah Alibab dengan kapitalisasi pasar US$ 686 miliar.
Belum ada komentar dari ByteDance
Sebenarnya di AS, WeChat misalnya hanya diunduh 19 juta kali. Relatif kecil. Namun, di luar AS dan luar China, ini menjadi aplikasi yang "umum" dipakai kini oleh individu dan bisnis.
Di lain sisi, di China, aplikasi seperti Facebook dan WhatsApp milik AS, justru diblokir. Di mana ada "firewall" yang mencegah warga China mengakses web tersebut, di mana semua komunikasi online dipantau secara rutin dan disensor pemerintah.
Sebelumnya AS sudah menyasar Huwaei Technologies Co Ltd. Karena hubungan memburuk AS telah memberi sanksi kepada banyak perusahaan teknologi China lainnya.
AS sebenarnya tidak sendirian soal kekhawatiran pada aplikasi China ini. TikTok dan WeChat sudah lebih dulu dilarang di India pada Juni karena mengancam kedaulatan dan integritas negara.
Aturan Baru Wall Street
"Perang" AS ke China belum selesai di situ. Bloomberg menulis, hari ini AS berencana untuk menerapkan penyesuaian aturan pada bursa AS, Wall Street.
Aturan itu diperkirakan akan mendepak perusahaan-perusahaan China dari bursa, kata sejumlah regulator. Menurut Kelompok Kerja untuk Pasar Keuangan di pemerintahan Presiden Donald Trump, salah satu syarat tambahan yang akan ada dalam aturan baru untuk berdagang di bursa AS, yaitu bahwa tiap perusahaan harus memberi regulator Amerika akses untuk meninjau berkas audit mereka.
Namun demikian, kelompok itu belum menentukan bagaimana cara yang akan diambil untuk menegakkan pedoman itu, kata seorang pejabat senior Departemen Keuangan, sebagaimana dilaporkan Bloomberg, Jumat (7/8/2020).
Ia hanya mengatakan bahwa satu konsekuensi yang jelas jika aturan tidak dijalankan adalah penghapusan saham perusahaan terkait dari bursa AS. Namun, Treasury dan Securities and Exchange Commission (SEC) akan ikut andil dalam menentukan seberapa mengikat mandat dalam menerapkan aturan itu.
Sebelumnya selama lebih dari satu dekade ini, perusahaan-perusahaan China telah kerap kali menolak inspektur dari Badan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik untuk meninjau laporan audit perusahaan. Beberapa yang menolak peninjauan termasuk Alibaba Group Holding Ltd., Baidu Inc., dan perusahaan lain yang berdagang di pasar Amerika.
https://www.cnbcindonesia.com/news/2...-lagi-ke-china
nampak jelas dalang provokator itu komunis cina.
komunis cina ingin kuasai dunia tapi itu hanyalah mimpi basah
asia sudah di obrak abrik lewat hutang dan virus.
sekarang amerika dan dunia yang diobrak abrik
keleng paok itu diadu domba oleh komunis paok cina
semoga saja komunis laknat biadab segara punah
banyak BSH komunis cina yang iri dengan kemajuan amerika
buktinya amerika berani boikot produk bajingan komunis cina
persetan sama bajingan anak asia radikal pemuja komunis di bpln


BPLN.Ahyan memberi reputasi
1
502
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan