- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Takdir Cinta Wanita Murahan


TS
tutorialhidup
Takdir Cinta Wanita Murahan

Quote:
Malam ini, aku kembali masuk ke dunia malam yang kejam. Baju yang tadinya terpasang lekat di tubuhku, sekarang hancur dengan beberapa robekan. Robekannya pun berserak antah berantah. Bahkan, hijab yang baru beberapa jam menutupi rambutku, sekarang hilang entah kemana. Tubuhku serasa remuk redam, apalagi menahan rasa sakit dan ngilu tepat di bagian bawahku.
Tadi, sebelum aku tak sadarkan diri, aku menangkap jelas sosok wanita paruh baya membekap hidung dan mulutku dengan sehelai kain. Dan aku tahu jelas siapa wanita itu. Dia, ibuku.
Dengan sengaja ia menaruh bubuk perangsang di sehelai kain itu. Hingga saat aku di gauli seorang lelaki, sama sekali aku dalam keadaan tak sadar. Aku hanya merasa tubuhku panas, dan ingin segera di jamah. Itu efek dari bubuk perangsang, sialan.
Kini, aku berbaring di atas ranjang laknat, yang kembali membuat aku menangis tersedu, dan tersiksa dengan rasa sakit yang berkali- kali menghujam tubuhku.
"Dasar, wanita brengsek. Bukannya, Ali telah memberikan uang lima ratus juta sebagai penebus diriku. Tapi, kenapa dia tetap memakai tubuh ini untuk melakukan aksi hina itu hanya karena uang?" Aku berteriak histeris, tak peduli dengan ketukan pintu yang sedari tadi semakin keras.
Sama sekali ketukan itu tak ku gubris. Dalam pemikiranku, mungkin itu lelaki yang lagi-lagi dikirim ibuku untuk menikmati tubuh ini.
"Ya tuhan, baru saja aku ingin memperbaiki diri. Dan sekarang, niat itu langsung musnah. Memang, benar kata ibuku. Sekali kotor akan tetap kotor. Tak usah berlagak suci." Batinku.
Fikiranku terus tertuju pada Ali. Apa katanya, jika saja ia mengetahui aku kembali menjadi wanita yang hina. Ah, ku mohon cabut saja nyawaku!.
Aku melihat Ali. Iya, muncul dari sebalik pintu kamar hotel tempatku saat ini. Bodoh, mana mungkin itu Ali. Mungkin halusinasi ku memuncak saat memikirkan ia lagi dan lagi.
"Titha, apa yang terjadi?"
Tidak, itu benar Ali. Ia datang dengan Annisa. Bagaimana mereka bisa tahu keberadaanku saat ini?. Untung saja, kedatangan mereka setelah aku selesai mengenakan baju, walaupun sudah dipenuhi beberapa robekan.
Pelukan erat itu, membuat diriku semakin tersedu-sedu. Annisa pasti tahu, apa yang kembali menimpaku malam ini.
"Kak, maaf. Nisa, nggak nyadar kakak, di bawa sama wanita itu." Aku lantas menggeleng. Ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya drngan Annisa. Ini, murni sebab keserakahan ibuku.
"Li, aku kotor lagi."
"Itu bukan salah, Kamu. Ayo, pulang. Ini sudah larut malam." Wajah lelaki itu tampak memerah. Mungkin, ia juga sangat geram dengan kejadian ini. Benar saja, apa guna lima ratus juta itu, jika akhirnya aku masih tetap dijadikannya budak seks. Ibuku, kejam.
Sesampainya dirumah, aku sesegera mungkin aku membersihkan seluruh tubuhku. Menghilangkan bekas perzinaan yang terjadi beberapa jam yang lalu.
Seusai itu, Annisa kembali memasangkan baju terusan serta hijab yang akan menutupi auratku. Salah besar, jika niatku untuk bertaubat musnah begitu saja. Memang, godaan untuk bisa menjadi baik sangat banyak. Dan, aku akan berusaha melewati itu semua setegar mungkin.
"Aku pastikan, nggak akan ada lagi yang bisa menyentuhmu." tukas, Ali dengan rahang yang menegas. Hati ini sempat terhuyung, terbawa perasaan. Semoga saja apa yang ia ucapkan barusan, benar adanya. Sedangkan, Annisa hanya bisa diam menahan senyum yang kapan saja bisa merekah mendengar ucapan abangnya, tadi.
Hari ini, aku merasa ingin menjadi pendiam. Bukan apa-apa, aku masih malu dengan kejadian malam yang menimpaku kembali. Annisa yang selepas makan pagi langsung berangkat kuliah, menyisakan aku dan Ali di rumah berdua. Namun, aku tahu. Ali pasti akan tahu batasan dalam setiap yang belum makhrom.
"Mengapa, tiba-tiba kau menjadi pendiam?"
"Aku, aku hanya malu memiliki ibu seperti dia. Juga, malu menjadi diri sendiri. Apa aku memang ditakdirkan menjadi wanita pendosa?"
"Manusia diciptakan hanya untuk menyembah yang menciptakan."
"Sesimple itu. Tapi, apa kau tahu, hidup yang selama ini ku jalani sangat rumit. Apa ini tanda, bahwa taubatku tak diterima?"
"Hust, jangan suudzon. Allah punya skenario yang kamu bahkan aku tak layak dan mustahil untuk mengetahuinya."
Aku terdiam, lagi-lagi aku takjub tanpa mata yang mengerjap di hadapannya. Namun, aku menyerna ucapannya. Bagaimana kira skenario yang telah, Allah siapkan untukku?.
"Sudahlah, jangan terlalu difikirkan. Sabar, aku sedang menunggu waktu yang tepat untuk membahagiakanmu."
Sontak, mataku membulat. Sedikitpun aku tak pernah menghiraukan perkataanya. Dan, lagi. Aku tak mau ambil pusing dengan pengharapan dan ekspektasi yang mungkin akan berakibat fatal kedepan hari untuk diriku sendiri.
Takdir Cinta Wanita Murahan Part II
Diubah oleh tutorialhidup 10-08-2020 23:10






pulaukapok dan 12 lainnya memberi reputasi
13
3K
Kutip
46
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan