kumaniaksAvatar border
TS
kumaniaks
[COC REG.SUKABUMI] Menelusuri Jejak Sejarah Sukabumi
SAMPURASUN!




Quote:


Spoiler for JEJAK SEJARAH SUKABUMI:


Sejarah kehadiran wilayah Sukabumi di tanah air belum lah lama. Namun, nama kampung Sukabumi sudah sejak lama ada di kota Batavia, bahkan sudah ada sejak era Vereenigde Oostindische Compagnie(VOC).

Tidak ada nama kampung Sukabumi di Sukabumi. Yang ada adalah nama-nama kampung Karang Tengah, Kabandungan, Cibatu, Benteng, Cikole, Warudoyong dan Gunung Parang.

Pada era VOC/Belanda sudah terbentuk sejumlah tanah partikelir (land) di Residentie Batavia. Salah satu land di dekat kota Batavia adalah land Sukabumi. Nama land Sukabumi sudah terbentuk sebelum nama land Buitenzorg (sekarang disebut Bogor) muncul pada tahun 1745.

Pada tahun 1799 VOC dibubarkan dan kemudian diakuisisi Kerajaan Belanda dengan membentuk Pemerintah Hindia Belanda.

Pada era Gubernur Jenderal Daendels (1808-1911) sejumlah land dibeli pemerintah tetapi di sisi lain Daendels menjual lahan dan membentuk land baru.

Kemudian, pada era pendudukan Inggris (1811-1816) Letnan Gubernur Jenderal Raffles menjual lahan di selatan Buitenzorg yang termasuk wilayah Residentie Preanger/Residen Priangan.

Spoiler for Jendral Daendels:


Pembelinya adalah Engelhardt. Namun kemudian landtersebut dibeli oleh Andries de Wilde. Pada tahun 1819 de Wilde kembali ke Belanda. Pada tahun 1823 Gubernur Jenderal van der Capellen mengakuisisi land tersebut menjadi milik pemerintah kembali. Eks tanah partikelir di Residentie Preanger tersebut kemudian dikenal dengan nama Sukabumi. Ibu kota Preanger sendiri saat itu masih berada di Cianjur.


Spoiler for Andries de Wilde:


Lantas apakah nama Sukabumi berasal dari nama kampung Sukabumi di Batavia?

Pertanyaan pentingnya adalah, mengapa landSukabumi (Gunung Parang) harus dibebaskan dan kemudian diakuisisi Pemerintah Hindia Belanda?

Pertanyaan yang lebih penting lagi, bagaimana sejarah awal terbentuknya Sukabumi hingga menjadi sebuah Kota (Gemeente)?

Pertanyaan-pertanyaan ini tampaknya kurang mendapat perhatian selama ini. Untuk menambah pengetahuan, mari kita mengulik memori dari masa lalu.

Tanah-Tanah Partikelir di Era VOC

Spoiler for Partikelir adalah:


Wilayah Sukabumi, meski masih tergolong baru, tetapi keberadaannya sudah sejak lama diketahui (oleh VOC). Ini diketahui ketika VOC/Belanda mulai melakukan survei wilayah dengan mengirim satu tim ekspedisi pada tahun 1687 ke hulu sungai Ciliwung dengan mengabil rute awal dari selatan (pulau) Jawa. Tentu saja sejak 1619 hingga 1687 belum satupun nama tempat yang pernah diidentifikasi di wilayah hulu sungai Ciliwung.

Spoiler for Peta 1619:


Saat itu tim ekspedisi dipimpin oleh Sersan Scipio mengambil rute dari selatan (pulau) Jawa di muara sungai Cimandiri (kini Pelabuhan Ratu). Lalu menyusuri sungai hingga ke dekat Kota Sukabumi yang sekarang, dan kemudian berbelok ke utara mengikuti jalur sungai Cicatih (Karang Tengah) dan sungai Ciheuleut di wilayah Cicurug (yang sekarang). Ekspedisi kemudian menyusuri sungai Cisadane hingga ke suatu tempat di timur gunung Salak (kini Tajur, Kota Bogor).

Pada titik singgung terdekat diantara sungai Cisadane dan sungai Ciliwung oleh tim ekspedisi dibangun sebuah benteng dengan nama benteng (Fort) Padjadjaran. Posisi GPS benteng ini pada masa ini berada tepat di halaman belakang Istana Bogor. Dari benteng kemudian tim ekspedisi menyusuri jalan sisi barat sungai Ciliwung hingga (kembali) ke Batavia.

Spoiler for Rute Ekspedisi Scopio 1687; Pelabuhan Ratu, Karang Tengah, Cicurug:


Rute ekspedisi yang dilakukan tahun 1687 ini disalin kembali dan dipublikasikan pada tahun 1695. Peta ini terbilang peta tertua tentang wilayah pedalaman (pulau) Jawa hingga gunung Guruh di Karang Tengah (dekat gunung Walat). Ekspedisi ke pedalaman dilakukan setelah tahun 1666 kebijakan VOC/Belanda diubah dari kontak perdagangan yang longgar di kota-kota pantai menjadi kebijakan baru yang mana penduduk dijadikan sebagai subjek.

Sebagai tindak lanjutnya VOC/Belanda melakukan ekspedisi awal ke daerah aliran sungai Tangerang (Cisadane), sungai Jacatra (Ciliwung), sungai Bekasi (Cileungsi) dan sungai Krawang (Citarum). Ekspedisi di sungai Jacatra hingga Tanjung (kini Pasar Rebo) pada tahun 1660an dan ekspedisi sungai Tangerang dimulai pada tahun 1679 (hingga Serpong). Ekspedisi ke pedalaman Jawa melalui sungai Cimandiri tahun 1687 sebagai kelanjutan ekspedisi sungai Jacatra/sungai Ciliwung.

Dari peta ekspedisi ini mengindikasikan wilayah Sukabumi yang sekarang paling tidak telah diselidiki oleh tim ekspedisi VOC/Belanda pada tahun 1687. Seperti biasanya, tim ekspedisi yang dipimpin militer ini juga menyertakan para ahli seperti ahli geologi, ahli botani, ahli geografi sosial, dan bahkan ahli linguistik (sosial budaya). Dengan kata lain sejak 1687 wilayah Sukabumi yang sekarang sudah dikenal oleh orang Eropa/Belanda.

Spoiler for Ekspedisi menuju Priangan, 1701:


Ekspedisi terjauh ke pedalaman berikutnya baru dilakukan pada tahun 1695 yang dipimpin oleh Mayor Jacob Cooper dari sungai Tegal ke pedalaman hingga Mataram (kini Yogyakarta). Ekspedisi terjauh sebelumnya belum sampai ke Mataram (hanya sampai batas-batas Mataram). Ekspedisi pertama ini dilakukan pada tahun 1678 yang dipimpin oleh van Hurdt dari Semarang ke Kediri melalui arah timur (di utara wilayah Soeracarta) kemudian ke arah selatan di Kediri.

Ekspedisi kedua ke hulu sungai Ciliwung dilakukan pada tahun 1701. Ekspedisi ini dipimpin oleh Abraham van Riebeeck dari sisi barat sungai Ciliwung melalui Cililitan, Depok, Pondok Terong, Bojong Gede dan Parung Angsana (Tanah Baru, Bogor Baru yang sekarang). Ekspedisi ini juga melakukan peninjauan hingga memasuki wilayah Priangan (Preanger) dengan mengitari gunung Pangrango/gunung Gede via Cisarua (kini Puncak), Cianjur dan kembali melalui Gunung Parang dan Cicurug (kini wilayah Sukabumi) dan tiba kembali di FortPajajaran (kini Bogor). Ekspedisi ini dilakukan setelah dua tahun gunung Salak meletus pada tahun 1699.

Spoiler for Abraham van Riebeeck:


Pada tahun 1701 Abraham van Riebeeck diberi izin oleh pemerintah VOC untuk memiliki/mengusahakan lahan di Bojong Gede. Beberapa tahun sebelumnya tahun 1695 Cornelis Chastelein telah diberi izin membuka lahan di Sering Sing (kini Srengseng Sawah, Lenteng Agung). Sebelum Cornelis Chastelein, yang pertama membuka lahan di hulu sungai Ciliwung adalah Mayor Saint Martin pada tahun 1684 di Cinere dan di Pondok Terong (Citayam).

Lahan yang dimiliki oleh Saint Martin sebagai pemberian hadiah dari pemerintah setelah sukses meredakan kerusuhan di (kesultanan) Banten. Besar dugaan ekspedisi yang dilakukan Sersan Scipio ke pedalaman dari selatan Jawa di Pelabuhan Ratu yang sekarang terkait dengan pengembangan lahan pertanian setelah Saint Martin merintis di Cinere dan Pondok Terong (dua lahan tersubur).

Dalam perkembangannya, tidak lama setelah Abraham van Riebeeck membuka lahan di Bojong Gede menyusul Cornelis Chastelein memperluas lahannya dengan membeli lahan di Depok. Mereka ini adalah tiga pionir VOC/Belanda yang mengembangkan pertanian di hulu sungai Ciliwung.

Pada tahun 1709 sepulang dari Malabar (India selatan), Abraham van Riebeeck diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC. Pada tahun 1710 Abraham van Riebeeck mempelopori penanaman kopi di Kedaung, Tangerang lalu pada tahun 1711 diperluas hingga ke hulu sungai Tangerang/Cisadane, sungai Ciliwung, sungai Bekasi/Cileungsi serta hulu sungai Karawang/Citarum dengan mendatangkan bibit kopi dari Malabar.

Pembukaan lahan-lahan pertanian di empat daerah aliran sungai ini awalnya masih terbatas untuk perkebunan tebu dan pabrik gula. Dengan adanya introduksi kopi yang dilakukan oleh Abraham van Riebeeck, lahan-lahan bukaan baru semakin meluas hingga ke lereng gunung Salak (kini Ciomas) dan lereng gunung Pangrango (kini Puncak). Pada fase inilah kemudian diformalkan status pemilikan lahan menjadi status tanah partikelir (land).

Pada bulan Juli 1713 Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck melakukan kunjungan ke Cianjur dan Bandung. Sudah barang tentu tujuan kunjungan ini adalah untuk menjalin kerjasama dalam pengembangan tanaman kopi di Priangan. Namun tidak lama setelah kunjungan ke Priangan ini Abraham van Riebeeck meninggal dunia di Bataviapada tanggal 17 November 1713 pada usia 60 tahun.

Abraham van Riebeeck telah mengambil inisiatif untuk introduksi tanaman kopi dan menjalin kerjasama dengan bupati Cianjur dan bupati Bandung. Abraham van Riebeeck adalah Gubernur Jenderal pertama yang melakukan kontak dan kerjasama dengan bupati di Priangan.

Christoffel van Swol, penerus Abraham van Riebeeck, tampaknya melanjutkan komunikasi dan kerjasama dengan pemimpin lokal di Priangan. Sebuah akta telah disiapkan untuk bupati Cianjur. Berdasarkan Daghregister 9 Agustus 1715 surat/akta diterjemahkan dalam bahasa Sunda dan kemudian dikirimkan ke bupati Cianjur tanggal 13 Agustus 1715, lalu balasannya diterima pada tanggal 7 Oktober 1715 dan diterjemahkan pada tanggal 8 Oktober 1715.

Spoiler for Peta Sukabumi, 1724:


Sayang Abraham van Riebeeck tidak melihat hasilnya. Penyebaran penanaman kopi sudah semakin meluas dan pada tahun 1724 kebun kopi bahkan sudah terdeteksi di daerah aliran sungai Semarang (lihat Peta 1724).

Pada tahun 1724 kembali diadakan kunjungan dan membuat perjanjian (akta) dengan bupati Cianjur, Aria Wiratanoedatar. Pada tanggal 15 Mei 1730 Tommagong Angadi Radja van Bandung datang ke Batavia.

Satu diantara para pemimpin yang tidak mau kerjasama dengan VOC adalah pemimpin dari Jampang. Seperti kita lihat nanti, perlawanan dari (pemimpin) Jampang tahun 1715 inilah yang menyebabkan VOC membangun pertahanan (benteng) di area Kota Sukabumi yang sekarang.

Kelak dalam pembentukan pemerintahan (era Pemerintah Hindia Belanda) wilayah (district) Jampang tidak termasuk wilayah (di bawah) kekuasaan Regent(Bupati) Cianjur tetapi langsung dikontrol langsung oleh pemerintah (Residen).

Spoiler for Gustaaf Willem baron van Imhoff:


Pada era Gubernur Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff (1743-1750) terjadi perubahan drastis di hulu sungai Ciliwung. Gubernur Jenderal van Imhoff pada tahun 1744 membeli landBlubur untuk dijadikan villa pribadi. Land Blubur adalah lahan yang kini menjadi pusat Kota Bogor dimana villa yang dibangun oleh van Imhoff tepat berada di benteng (fort) Pajajaran (kini menjadi Istana Bogor). Setelah berakhirnya masa van Imhoff tidak lama kemudian terjadi serangan dari (kesultanan) Banten.

Pada saat terjadi serangan dari Banten, VOC sudah memiliki beberapa benteng selain benteng Pajajaran (sejak 1687) juga terdapat di Tangerang (sejak 1679), Serpong dan Tanjung (kini Pasar Rebo), Bekasi dan Tanjung Pura (Krawang). Pada tahun 1710 benteng baru dibangun di Ciampea (sebagai benteng pendukung Fort Sampura di Serpong). Pada tahun 1713 dibangun lagi benteng di Panyawungan (kini Leuwiliang/Leuwisadeng). Sementara benteng Pajajaran semakin diperkuat. Pada saat van Imhoff membangun villa, posisi benteng Pajajaran tepat berada di depan (halaman) villa.

Perang lawan Banten ini (1752) akhirnya dapat diredakan dengan sejumlah perjanjian. Untuk memperkuat pertahanan VOC/Belanda di wilayah pedalaman, dibangun benteng baru di hulu sungai Cidurian di Jasinga dan di hulu sungai Cimandiri di antara kampung Karang Tengah dan kampung Cikole (kini menjadi pusat kota Sukabumi).

Spoiler for Lokasi Benteng VOC:


Posisi benteng di hulu sungai Cimandiri berada diantara kampung Karang Tengah dan kampung Cikole yang terletak di pertemuan sungai Cigunung dengan sungai Cimandiri (sekitar Cisaat yang sekarang). Posisi benteng tersebut diduga kuat berada di kampung Benteng (nama kampung yang muncul diduga terkait dengan keberadaan benteng). Namun berdasarkan penalaran posisi GPS, benteng tersebut pada masa kini kira-kira di sekitar jalan Bhayangkara yang sekarang.

Sejak diperkuatnya benteng Pajajaran (di hulu sungai Ciliwung) dan adanya benteng di Jasinga (hulu sungai Cidurian) dan di Karang Tengah (hulu sungai Cimandiri), pemerintah VOC sejak era van Imhoff mulai melibatkan pemimpin lokal di hulu sungai Ciliwung (yang kemudian disebut Buitenzorg) untuk membangun pertanian.

Satu kerjasama yang penting antara van Imhoff dengan para pemimpin lokal adalah membangun kanal irigasi dengan menyodet sungai Ciliwung di (kampung) Katulampa. Kanal irigasi ini untuk membangun persawahan ke hilir di landKampung Baru (Ciluar dan Kedonghalang).

Satu lagi kanal irigasi yang dibangun adalah membangun kanal irigasi sungai Cipakancilan. Untuk menaikkan air sungai Cipakancilan yang jatuh ke sungai Cisadane (kira-kira di kampung Empang yang sekarang) dibuat kanal (baru) melalui Paledang untuk mengairi pembukaan persawahan baru di Kedong Badak dan Cilebut. Kanal ini cukup dalam di area antara Paledang dan Panaragan, kanal yang kemudian di atasnya dibangun jembatan penghubung (jembatan tersebut kemudian dikenal sebagai Jembatan Merah).

Spoiler for Jembatan Merah Tempo Dulu:


Gubernur Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff juga melakukan perjanjian kontrak kepada sejumlah pemimpin lokal di Preangeruntuk penanaman kopi. Kontrak-kontrak ini terus dijaga dan diteruskan oleh penerus van Imhoff.

Pengumpulan hasil tanaman kopi dipusatkan di Cianjur sebelum diangkut ke Batavia dengan mengerahkan para kuli angkut (dalam satuan-satuan picol). Pengangkutan ini dari Cianjur melalui Cisarua ke Buitenzorg yang lalu kemudian diangkut dengan kendaraan pedati ke Batavia.

Kontrak-kontrak penanaman kopi antara VOC dengan pemimpin lokal di Preanger yang berpusat di Cianjur diduga tidak hanya ke Bandung, Sumedang dan Limbangan (kini Garut), tetapi juga diperluas ke arah barat ke Gunung Parang (kini Sukabumi).

Sampai sejauh ini tidak ditemukan keterangan apakah sudah terbentuk jalan dari Gunung Parang ke Buitenzorg melalui Cicurug. Yang jelas aliran komoditi kopi dari barat Cianjur memusat (menuju) ke Cianjur.

Spoiler for District Buitenzorg, 1861:


Kontrak-kontrak ini hanya dilakukan kepada pemimpin lokal di wilayah kekuasaan pemerintah VOC. Untuk wilayah yang telah dikuasai oleh swasta dalam bentuk tanah partikelir (land) pengembangan pertanian berjalan sendiri-sendiri sesuai minat pemilik land (landheer)mau menanam komoditi apa.

Pada akhirnya, tanah-tanah partikelir ini tersebar dari sungai Citarum di timur hingga sungai Tangerang/Cisadane di barat, dari pantai utara hingga ke pedalaman di Cikaú (kini Purwakarta), di Blubur (kini Bogor) dan Ciampea, sampai pada berakhirnya era VOC/Belanda.


Quote:
deadsec09
rens09
batzforum
batzforum dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.6K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan