lapautekchy01Avatar border
TS
lapautekchy01
SEJARAH PAGAR UYUNG DALAM NASKAH LAMA, LUAR BIASA!


SEJARAH PAGAR UYUNG
****
Pagaruyuang dalam naskah lama.
Part 1

Berawal kisah dari keturunan raja Zulkarnain, anak nabi Adam yang ke 39. Yang memiliki empat orang saudara sepersusuan yang lebih dikenal dengan ‘Sapih Empat Jurai’.

Mereka berpencar ke beberapa tempat di alam ini, sejurai ke benua Ruhum (Rum), Sejurai ke Benua Cina, Sejurai ke Lautan, dan Sejurai ke Alam Nangko atau lebih dikenal dengan Minangkabau.

Raja tersebut sudah mengembara di Minangkabau sebelum berdirinya raja adat di Buo, raja ibadat di Sumpur Kudus. Bahkan pengembaraannya sampai ke daerah Hindustan.

Setelah mengatur kerajaannya di Hindustan, dia kembali ke Minangkabau melalui Palembang, terus ke Kuantan. Setiap daerah yang dilaluinya, raja tersebut menobatkan salah seorang untuk menjadi raja di daerah itu untuk menjadi wakilnya, seperti raja Kuantan, raja Siguntur, dan begitu di setiap daerah yang dilaluinya.

Perjalanan raja tersebut dari Hindustan menggunakan sampan. Mengarungi samudera Hindia, selat Malaka, dan terus ke Palembang. Hingga akhirnya sampai ke batang Kuantan dan batang Kawas, yang sekarang dikenal dengan batang Sinamar.

Raja tersebut memiliki tujuan dalam pengembaraannya, antara lain menyusun pemerintahan raja-raja, serta mencari tempat untuk mendirikan istana atau kerajaan. Beliau membawa sebuah batu sebesar telur ayam yang disebut ‘Jonggi’.

Batu tersebut didapatkan raja saat masih di Hindustan. Beliau bermimpi jika nanti menemukan sebuah tempat, dan menemukan sebuah batu besar yang beratnya seimbang dengan Jonggi tersebut, maka di sanalah dia harus mendirikan kerajaan. Setiap tempat yang dirasa menyerupai petunjuk dalam mimpinya, raja tersebut beserta rombongan turun dan mengukur berat Jonggi dengan batu besar yang mereka temukan.

Hingga akhirnya rombongan tersebut sampai ke sebuah negeri yang bernama Guguk. Raja merasa kalau tempat inilah yang dia lihat dalam mimpi. Raja beserta rombongannya turun, dan mencari batu besar yang beratnya sama dengan Jonggi yang dibawa. Tak lupa pula membawa alat pengukur lainnya seperti tali yang dinamai ‘Taraju'. Namun, sekian banyak batu besar yang mereka ukur, tidak satu pun beratnya seimbang. Sehingga raja memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, setelah memberi nama tempat mereka berhenti dengan Pulau Taraju.

Setelah raja memerintahkan untuk berangkat kembali, satu keluarga tidak mau mengikuti sang raja dan memilih tinggal di daerah Guguk tersebut. Raja tidak keberatan, hingga akhirnya keluarga itu menemui tetua di daerah itu yang dipanggil Inyiak. Yaitu Inyiak Paduko Tuan dan Inyiak Malakewi. Setelah kedua tetua tersebut menerimanya, maka langsunglah diberi gelar kehormatan dengan sebutan Rajo Mudo. Sebab dia merupakan rombongan pengikut raja.

Sementara raja beserta rombongan meneruskan perjalanan ke mudik. Menuju hulu Batang Sinamar. Hingga pada satu tempat, perahunya tertahan tanpa sebab. Dikayuh ke hilir tidak bergerak, begitu pun di galah ke mudik. Yang disebut dengan ter-barelo.

Kejadian tersebut membuat raja berpikir-pikir. Menimbang dan mengingat mimpi yang didapat ketika di Hindustan. Maka turunlah raja dari perahunya. Sebab dia yakin kalau tempat itulah yang ditunjukkan.

Dengan membawa jonggi, sang raja mendekati batu besar yang berada di pinggir batang Kawas tersebut. Lalu menimbangnya. Raja takjub, ternyata batu itu sama beratnya dengan Jonggi yang didapatkannya saat terbangun dari mimpinya ketika masih di Hindustan.

Melihat hal itu, seluruh rombongan turun dari sampan masing-masing. Maka menitahkan raja, bahwasanya di sinilah tempat yang ditunjukan mimpinya. Dan tempat itu dinamai Biaro Batu Jonggi. Karena perahu raja terbalero di sana dan jonggi yang dibawa pun sama beratnya dengan batu yang ada di pinggir batang Sinamar tersebut. ( Daerah ini berada di Kenagarian Kumanis Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung)

****

Sebelumnya Nichy minta maaf, jika nanti ada pertanyaan tentang keaslian sejarah yang dituangkan. Tetapi Nichy menuliskan ini sesuai sumber yang jelas, tanpa menggubah isinya.

Naskah lama yang ditulis oleh Almarhum, Jasir, Dt. Rangkayo Bungsu dan Datun, Dt. Paduko Sati.
Untuk bukti sejarah, masih ada batu besar, tapian dan kuburan anak raja tersebut.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah mengizinkan Nichy mempublish sejarah ini.


gambitgoblin
gambitgoblin memberi reputasi
1
573
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan