Memang banyak sekali ungkapan dari berbagai bahasa yang memuji kepada diam dari pada berbicara. Seperti yang sering di jadikan gaco " Diam Adalah emas ", atau lebih lengkapnya " Jika berbicara itu perak maka diam adalah emas ". Memang secara kronologi alur, saat seseorang menahan ucapan dengan diam, maka ucapanlah yang menjadi tawanan, namun jika sudah di ucapkan, yang berucaplah yang menjadi tawanan.

Dari banyaknya ungkapan pujian terhadap diam orang mulai meminjam ungkapan tersebut ketika dirinya dalam mode diam. dan berharap diamnya tersebut adalah emas. karena dirasa ucapan dan tindakan sudah tak berarti lagi karena sudah sering mencoba, malah membuat masalah semakin runyam dan panjang. Tapi apakah benar-benar sudah emas, meskipun masih berjubel menahan banyaknya kemauan berupa kalimat yang di bungkam keluar menjadi ucapan?. Apalagi jika diam nya tersebut masih menyimpan dendam, saya kira kok tak layak di kata diam adalah emas.

Diam memang acap kali di tempuh sebagai solusi ahir saat segala upaya telah di lakukan tatkala terjadi perselisihan dalam hubungan. Saat tindak dan kata tak lagi mampu tuk merubah keadaan, kebanyakan orang pun lebih memilih diam, terlebih bagi wanita. Sifat dasar wanita yang lemah dan mudah rapuh membuatnya cenderung memilih diam saat menghadapi permasalahan yang susah di selesaikan dalam hubungan tertentu. Namun jika seperti itu, apakah diam benar-benar pilihan yang tepat?.

Wanita menjadi diam memang banyak sekali penyebabnya yang membuat dia layak untuk diam. Mulai dari memang aslinya pendiam, ucapanya sering tak di anggap, malah menjadi debat kusir, sampai takut menjadi pertengkaran panjang. Namun jika diamnya masih membendung banyak uneg-uneg, itu malah menjadi beban batin bagi wanita. Dan pastinya bukan menjadi solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah. Memang menjadi dilema yang rumit ya?, Jika di ucap bisa-bisa malah berdebat dan bertengkar, jika tak di ucap akan menjadi beban batin.

Jika seorang wanita memang harus diam, maka diamlah dengan benar-benar mengosongkon uneg-uneg dalam hati. Diamlah karena memang karena ketidaktahuan akan kebenaran, Dan pasrah menerima baik buruknya keadaan karena diam dengan berlapang dada. Dengan begitu batin tak menjadi terbebani karena uneg-uneg yang terpendam. tapi jika bisa berbica berdasarkan kebenaran pengetahuan, maka berbicaralah, itu lebih baik dari pada emas. Namun tetap dengan memegang adab seorang wanita kepada pria, terlebih bagi pasangan suami istri. dan tetap sama, harus siap menerima akibat baik buruknya sesuatu yang telah di ucapkan.

Jadi diam adalah emas itu berbeda dengan diam karena tersakiti, Apalagi diam dengan menyimpan dendam. Diam bisa menjadi emas pada tempatnya, bicara pun bisa lebih mahal dari pada emas jika pada tempatnya. Karena itu, penting bagi kita untuk teliti agar bisa memilah banyak unsur yang masuk dalam hati yang menjadi pemicu sebuah sikap atau tindakan dan ucapan. Diam yang emas pun bisa menjadi besi berkarat akibat unsur buruk dalam hati seperti dendam tadi. Berbicara benar pun bisa menjadi kesalahan fatal jika di dasari dengan kesombongan, dan berdampak buruk pula bagi lawan bicara. Sebuah pertengkaran tak bisa terselesaikan dengan ucapan yang benar namun sombong dan semena-mena atau juga dengan diam yang menyimpan dendam. Jalan keluar yang pantas di coba adalah mulailah berbicara dari hati yang tak terkotori oleh unsur negatif apapun. komunikasikan dengan baik sesuai santun adab pada posisinya masing-masing, tanggalkan egois dalam diri dan utamakan kepentingan bersama. Karena sangat di sayangkan, kehidupan ini terlalu singkat untuk menyimpan rasa benci, tersakiti, dan dendam di dalam hati.

Itulah sedikit hasil merenung saya soal diam, Semoga ada manfaat jika anda rasa ini berguna. namun jika tak sesuai dengan sudut pikir renungan anda, saya mohon maaf atas kelancangan ini dan saya harap anda bisa menuangkan pandangan anda di kolom komentar yang telah di sediakan oleh KASKUS di bawah ini.