- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Berkorban atau Mati, Pilihan Sulit Bagi Elang, Mengajarkan Arti Sebuah Kehidupan


TS
earth15
Berkorban atau Mati, Pilihan Sulit Bagi Elang, Mengajarkan Arti Sebuah Kehidupan

pict
Assalammu'alaikum Wr. Wb. Jumpa-jumpa dan jumpa lagi thred receh ane yang moga saja gak murahan ya. Agan dan Sista kali yang kece-kece, kali ini ane mau berbagi informasi tentang sebuah pengorbanan si raja udara 'Elang'.
Agan dan Sista pasti sudah pernah melihat seekor elang terbang tinggi, mengembangkan sayapnya di udara, paruhnya yang sangat tajam siap mencabik mangsanya, serta cengkraman kakinya yang begitu kuat memudahkan bagi elang untuk menangkap buruannya. Elang merupakan jenis burung yang mungkin memang diciptakan sebagai penguasa di teritorial udara. Hal ini ditambah dengan kegagahan bulu di sekitar tubuhnya yang sangat lebat dan indah.

pict
Tapi, di balik keistimewaan yang dimiliki oleh elang ternyata burung satu ini harus berkorban melawan rasa sakit demi sebuah kehidupan yang lebih baik. Si raja udara satu ini diberikan karunia untuk memiliki umur yang panjang hingga mencapai 70 tahun. Namun, kelak jika usianya sudah menginjak 40 tahun, maka elang harus menentukan dua pilihan yang sulit yakni change or die, berubah atau mati. Elang mesti membuat keputusan terbesar dan berat dalam hidupnya.
Di usia 40 tahun, tubuh elang telah mengalami banyak perubahan. Paruhnya semakin panjang dan bengkok ke dalam hingga hampir menyentuh dada. Cakarnya mulai melemah hingga menyulitkan dirinya memburu sang mangsa. Hal ini ditambah lagi dengan begitu lebatnya bulu yang tumbuh di dada dan sayapnya. Hingga hal tersebut akan membuat pergerakannya melambat, gerak terbangnya pun menjadi terbatas. Dengan keadaan sedemikian rupanya, elang harus menentukan pilihan. Memilih mati kelaparan atau transformasi yang menyakitkan selama 150 hari.

pict
Jika si elang memilih berkorban, hal yang pertama dilakukan adalah si raja udara ini mesti mengasingkan diri ke sebuah puncak gunung tertinggi. Kemudian, di sana ia harus menghantamkan paruh tuanya berkali-kali pada batu sampai terlepas. Setelah paruhnya terlepas, maka ia harus menunggu paruh barunya kembali tumbuh. Proses tersebut belum selesai, elang juga harus melepaskan cakarnya dan kembali menunggu cakar barunya tumbuh. Ketika sudah melewati langkah ini, maka proses terakhir yang harus dilakukan adalah mencabut satu per satu bulu yang ada di dalam tubuhnya. Proses tersebut merupakan paling menyakitkan yang harus dialami oleh elang. Proses ini mesti dilewatinya selama 5 bulan atau 150 hari. Jika elang berhasil dengan misi perubahan ini, maka ia akan mampu bertahan hidup 30 tahun lebih lama.
Dari seekor elang, kita bisa mengambil sebuah pelajaran berharga tentang sebuah pengorbana demi sebuah kehidupan yang lebih baik. Selain itu, untuk mencapai kesuksesan maka kita mesti keluar dari zona nyaman, harus berani mengambil risiko, dan siap dengan semua konsekuensi atas keputusan yang telah dipilih. Jika proses seperti elang ini mampu kita lewati, maka bersiaplah menjemput kehidupan yang indah dan luar biasa. Semangat untuk perubahan!
Sumber :
Nih
Agan dan Sista pasti sudah pernah melihat seekor elang terbang tinggi, mengembangkan sayapnya di udara, paruhnya yang sangat tajam siap mencabik mangsanya, serta cengkraman kakinya yang begitu kuat memudahkan bagi elang untuk menangkap buruannya. Elang merupakan jenis burung yang mungkin memang diciptakan sebagai penguasa di teritorial udara. Hal ini ditambah dengan kegagahan bulu di sekitar tubuhnya yang sangat lebat dan indah.

pict
Tapi, di balik keistimewaan yang dimiliki oleh elang ternyata burung satu ini harus berkorban melawan rasa sakit demi sebuah kehidupan yang lebih baik. Si raja udara satu ini diberikan karunia untuk memiliki umur yang panjang hingga mencapai 70 tahun. Namun, kelak jika usianya sudah menginjak 40 tahun, maka elang harus menentukan dua pilihan yang sulit yakni change or die, berubah atau mati. Elang mesti membuat keputusan terbesar dan berat dalam hidupnya.
Di usia 40 tahun, tubuh elang telah mengalami banyak perubahan. Paruhnya semakin panjang dan bengkok ke dalam hingga hampir menyentuh dada. Cakarnya mulai melemah hingga menyulitkan dirinya memburu sang mangsa. Hal ini ditambah lagi dengan begitu lebatnya bulu yang tumbuh di dada dan sayapnya. Hingga hal tersebut akan membuat pergerakannya melambat, gerak terbangnya pun menjadi terbatas. Dengan keadaan sedemikian rupanya, elang harus menentukan pilihan. Memilih mati kelaparan atau transformasi yang menyakitkan selama 150 hari.

pict
Jika si elang memilih berkorban, hal yang pertama dilakukan adalah si raja udara ini mesti mengasingkan diri ke sebuah puncak gunung tertinggi. Kemudian, di sana ia harus menghantamkan paruh tuanya berkali-kali pada batu sampai terlepas. Setelah paruhnya terlepas, maka ia harus menunggu paruh barunya kembali tumbuh. Proses tersebut belum selesai, elang juga harus melepaskan cakarnya dan kembali menunggu cakar barunya tumbuh. Ketika sudah melewati langkah ini, maka proses terakhir yang harus dilakukan adalah mencabut satu per satu bulu yang ada di dalam tubuhnya. Proses tersebut merupakan paling menyakitkan yang harus dialami oleh elang. Proses ini mesti dilewatinya selama 5 bulan atau 150 hari. Jika elang berhasil dengan misi perubahan ini, maka ia akan mampu bertahan hidup 30 tahun lebih lama.
Dari seekor elang, kita bisa mengambil sebuah pelajaran berharga tentang sebuah pengorbana demi sebuah kehidupan yang lebih baik. Selain itu, untuk mencapai kesuksesan maka kita mesti keluar dari zona nyaman, harus berani mengambil risiko, dan siap dengan semua konsekuensi atas keputusan yang telah dipilih. Jika proses seperti elang ini mampu kita lewati, maka bersiaplah menjemput kehidupan yang indah dan luar biasa. Semangat untuk perubahan!
Sumber :
Nih
Diubah oleh earth15 22-07-2020 10:31






duakosongkosong dan 39 lainnya memberi reputasi
40
7.1K
143


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan