Sumber gambar: IG


Guru ... merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang wajib dihormati.

Jika ada mantan pacar atau bahkan mantan suami/istri, tetapi tidak ada mantan guru.

Guru kita tetap guru kita. Sampai kapanpun atau meski kita telah menjadi tokoh penting yang disegani.

Begitulah yang bisa kita teladani dari Vladimir Putin, presiden seumur hidup Rusia.


Youtube.com


Sebagaimana dalam cuplikan video yang ane dapat dari instagram @trendinfo.id berikut;



Putintidak sengaja bertemu dengan gurunya semasa sekolah. Bukannya acuh atau pura-pura tidak kenal, ia justru menghampiri gurunya, menyapa, dan menciumnya.

Hingga terjadi percakapan hangat antara guru dan murid, sekalipun si murid adalah orang nomor satu di Rusia yang juga disegani oleh pemimpin-pemimpin di dunia.


Kata guru ane, guru adalah orangtua ruhani yang kepada mereka kita harus menjaga tata krama, sebagaimana anak terhadap orangtuanya.


Laduni.id





Sejatinya, tidak ada guru (yang benar-benar guru) ingin menjerumuskan atau mencelakakan muridnya. Hanya saja, kadang-kadang seorang guru memiliki cara yang berbeda dalam mendidik.

Atas kesuksesan seorang murid di masa depannya, hal itu tentu juga tidak lepas dari peran guru dalam mendidik selama ia mengais ilmu, baik di pendidikan formal, informal, maupun non-formal.

Karena itu, mari berterimakasih kepada guru-guru kita masing-masing.

Bukan malah menyombongkan diri seperti beberapa orang berikut, yang telah mendapatkan masa depan cerah dengan mengklaim bahwa hal tersebut merupakan pembuktian atas rasa sakit hati terhadap cara mendidik guru-guru mereka dahulu.




Pembalasan terhadap rasa sakit melalui jalur prestasi memang baik, tetapi dengan memberi pernyataan yang sombong (ditujukan kepada guru yang pernah menyakiti), ane kira tidak perlu demikian. Malah terkesan seperti orang yang tak berakhlak dan tak terdidik.



Sekali lagi, guru memiliki cara yang berbeda dalam mendidik, yang kesemua itu bertujuan agar muridnya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Tidak sepatutnya kita sombong atau dendam terhadap guru.


Lebih miris lagi dengan kelakuan beberapa murid SMKyang 'sok keren' berikut, menulis komentar jorok, bahkan bernada cabul di kolom komentar saat gurunya sedang live Instagram.

Sebuah pemandangan yang bikin mual.

Pemikiran remaja labil, mungkin salah satu pemicu yang membuat mereka merasa 'keren' saat menuliskan kata-kata yang dianggap beken, sementara sejatinya jorok dan menjijikkan. Apalagi ditujukan kepada gurunya sendiri.


Saat pandemi, banyak sekolah melaksanakan pengajaran secara virtual, barangkali hal itu yang dilakukan oleh sebuah SMK di Bogor.

Dalam unggahan sebuah akun bernama lets.talkandenjoy, menyebut jika terdapat oknum siswa SMK menulis komentar negatif bernada cabul di kolom komentar saat gurunya sedang live instagram.




Sungguh sangat tidak pantas dituliskan oleh seorang murid yang seharusnya menjaga etika terhadap gurunya. Kata-kata yang tidak pantas, sama sekali tidak menunjukkan seorang yang terdidik.

Sepintar apapun seorang murid, ane kira tidak ada gunanya jika ia tidak memiliki tata krama terhadap guru.

Adab haruslah didahulukan sebelum ilmu. Sementara akhir-akhir ini cukup marak berita tentang murid yang krisis akhlak terhadap gurunya.

Bicara seenaknya, bersikap semaunya, dan saat sang guru bertindak sedikit tegas, si murid mengadu kepada pihak berwajib, mengatakan seolah hanya dirinya yang ternista.

Sang guru dibawa ke meja hukum, padahal sang guru hanya ingin membuat si murid mengerti tentang akhlak dan lebih disiplin.

Miris! Nilai dan norma seolah mengalami dekadensi.


Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita, bagi anak-anak di sekitar kita, maupun saudara kita, terutama yang masih sekolah, bahwa perkataan jorok yang ditujukan kepada seorang guru (entah sengaja atau tidak), sama sekali tidak keren, tetapi norak.

Dan sudah semestinya kita harus menghormati guru dengan tutur kata yang baik, juga tindak tanduk yang baik pula.

:terimakasih