i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Jika Anies Mengaku Jawa Tulen, Orang Yogya, Berarti Ahok Melayu Tulen, Orang Bangka?


Jika Anies Mengaku Jawa Tulen, Orang Yogya, Berarti Ahok Melayu Tulen, Orang Bangka?

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Pemerhati politik dan ekonomi Rustam Ibrahim mengomentari pemberitaan mengenai pengakuan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahwa dirinya Jawa tulen, orang Yogya, bukan Arab.

Menurut Rustam, jika Anies mengaku demikian, maka analogikanya mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP/Ahok) merupakan Melayu tulen, orang Bangka.

Hal itu disampaikan Rustam melalui akun Twitternya dengan menyematkan artikel berita dari salah satu media online berjudul 'Anies Baswedan Bantah Orang Arab: Saya Jawa Tulen, Yogyakarta.'

"Kata Gubernur DKI Anies Baswedan beliau itu Jawa tulen, orang Yogya. Kalau begitu, analoginya, tentu Ahok itu Melayu tulen, orang Bangka ??? (emoji tertawa)," tulis @RustamIbrahim, Sabtu (18/7/2020).

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku bahwa dirinya adalah Jawa, Yogya, bukan Arab.



Pengakuan Anies itu diketahui dari video yang diunggah KH Miftah Maulana Habiburrahman yang biasa disapa Gus Miftah di akun Instagramnya, @gusmiftah pada Kamis (16/7/2020).

Dalam video itu, Gus Miftah yang menyambangi Balai Kota Jakarta dan menemui Anies sempat melontarkan pertanyaan ke Anies soal asal usulnya.

"Saya hari ini bersama Mas Anies. Njenengan iki (Anda ini) Arab apa Jawa sih mas?" tanya Gus Miftah.

"Wong Yogjo (Orang Yogya) senengane gudeg (hobinya makan gudeg)," jawab Anies dengan logat Jawa Jogja yang kental.

Sementara, pada caption unggahan itu, Gus Miftah kembali menulis soal percakapannya dengan Anies.

"Mas @aniesbaswedan sampean ki orang Arab apa Jawa? Jogja tulen dari lahir Guuuuuusss. (emoji tertawa)," tulis Gus Miftah.
sumber

****************


Setiap orang tidak bisa meminta ingin dilahirkan dimana, dari keturunan mana, akan menjadi apa.
Akan tetapi setiap orang bisa terbentuk pribadinya karena didikan keluarga dan lingkungan, sehingga dia nantinya bisa memilih akan menjadi apa.

Menjadi seorang bajingan atau menjadi seorang pahlawan adalah sebuah pilihan. Bangga menjadi WNI atau malu menjadi WNI juga sebuah pilihan.

Tetapi, ketika seorang WNI keturunan mengaku menjadi pribumi, itu adalah sebuah lelucon. Meskipun pribumi belum tentu WNI, dan warga keturunan, belum tentu bukan WNI.

Siapapun di negeri ini, warga keturunan atau bukan, berhak menjadi pemimpin negeri yang majemuk ini. Dan siapapun dia, ketika menjadi WNI, maka punya kewajiban yang sama untuk membela dan menjaga negeri ini. Maka, ketika ada sekelompok orang yang selalu memaksakan kehendak, meskipun mereka WNI, jelas seharusnya tak boleh punya tempat di tanah negeri ini.

Namun, meskipun setiap WNI punya hak yang sama menjadi pemimpin negeri ini, selain ketentuannya diatur oleh UU, seharusnya siapapun juga yang pernah punya kesalahan besar di negeri ini, tak boleh punya niat menjadi pemimpin bangsa ini. Mereka adalah para pengkhianat bangsa, para pembunuh, para koruptor, dan bajingan lainnya.

Mengaku menjadi siapapun juga sah-sah saja. Begitupun sebaliknya, jika masyarakat mencemooh atau mendukung, itu juga sah-sah saja.

Seorang warga keturunan, meskipun dia lahir dan besar disebuah wilayah yang kental dengan budayanya, tidak otomatis menjadi seorang pribumi, meskipun dia mahir berbahasa setempat dengan logatnya yang medok bahasa daerah.

Ingat Joshua? Artis keturunan asal Surabaya yang lahir dan besar disana hingga menyanyikan lagu anak-anak pun terasa sekali logat Surabaya nya. Apa lantas dia berhak menjadi pribumi? Tetap saja dia dianggap sebagai warga keturunan. Dan hal ini sebenarnya sama saja dengan warga keturunan lainnya. Jadi tak perlu sampai menghilangkan identitas keturunan. Hal itu justru menghinakan garis keturunannya sendiri.

Yang lucu, ketika ada seseorang yang membawa-bawa isu pribumi dalam sebuah pidato, padahal dia sendiri adalah keturunan pendatang di negeri ini, dan kata-katanya bernuansa menyerang atau menyindir WNI keturunan lainnya, seharusnya dia malu. Sebab kakeknya yang jelas-jelas warga keturunan, belajar banyak mengelola surat kabar dan membentuk partai, justru dari WNI keturunan lain. Dan warga keturunan lain tersebut justru lebih dulu memberi sumbangsihnya bagi negeri ini didalam membentuk sebuah nasionalisme Indonesia.

Ini persis sama dengan kelompok yang mengaku Pancasilais, tetapi berbaiat kepada ISIS dan mendukung Khilafah dan menghina keberadaan Pancasila itu sendiri.

Persis sama dengan seseorang yang berkomentar pedas pada sebuah ormas tapi kemudian menghamba kepada ormas tersebut agar terus memberi dukungan. Munafik itu namanya.

Jadi, ketika ada seseorang warga keturunan yang orangtuanya lekat dengan budaya Sunda, lalu karena lama bermukim ditengah masyarakat Jawa dan kemudian mengaku orang Jawa tulen, ya biarkan saja.

Toh kita ini, bangsa Indonesia ini, juga bukan benar-benar sebuah bangsa yang dulunya bermukim disini. Bangsa ini terbentuk karena nenek moyang kita yang menyeberang dari tanah di luar sana, mencari kehidupan baru di tanah ini.

Sama halnya dengan suku termuda di Indonesia yang muncul karena perk@winan silang antara suku bangsa dan antar bangsa yang kebetulan mendiami sebuah wilayah di negeri ini, lalu merasa menjadi pribumi.

Intinya, tahu dirilah.
Itu aja sih.

Diubah oleh i.am.legend. 19-07-2020 14:54
Proloque
brina313
sorken
sorken dan 25 lainnya memberi reputasi
26
6.5K
129
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan