Kaskus

Story

robbolaAvatar border
TS
robbola
Hadiah_untuk_Wulan

"Dek, Mas bawa ya istri Mas ke rumah adek biar adek kenalan sama dia," rengeknya.

"Ih boleh sangat, Mas. Cepat bawa dia aku sudah tidak sabar," ucapku.

"Benarkah ucapanmu, Dek?"

"Beh ... Jangan kau tanya lagi kebenarannya, ini sangat benar," ucapku penuh semangat.

"Memang adek istri Mas yang terbaik," pujinya.

"Memang selama ini aku baik! Kau saja yang buta," gumamku.

"Adek bilang apa?" tanyanya.

"Aku tak bilang apa-apa lah! Cepat bawa Wulan kemari jangan lama-lama!"

"Siap adek. Akan Mas bawa secepatnya," ucapnya bergagas meninggalkanku hendak menjemput maduku.

Dia tidak tahu rupanya, aku sudah lelah mengurus pekerjaan rumah. Lumayan juga dia bawa maduku kesini bisa dijadikan babu. Hahahhaha. Aku tertawa jahat. Mantap.

****

Beberapa menit kemudian, Mas Bima datang membawa Wulan.

"Asalamualaikum, Mba Rena," ucap Wulan manis. Yang pasti dia mencium punggung tanganku.

"Waalaikumsalam eh Maduku yang paling cantik, masuk sayang, Mba sudah siapin makanan yang paling mantap bin lezat," ucapku. Dia tidak tau sudah kukotori dengan sengaja piring satu lemari. "Mampus kau!"

"Seneng deh, Mas liat kalian akur." Mas Bima merasa bangga karena kedua istrinya sangat akur. Hah dia tidak tahu kan isi hatiku yang sebenarnya.

"Ayok masuk," ucapku.

"Iya, Mba siap." Kami bertiga masuk dan langsung menuju meja makan.

Dengan lahapnya mereka makan.

****

"Enak ya, Masakan Mba Rena," puji Wulan

"Iya enak, kamu mau nolongin, Mba gak?" tanyaku pada Wulan.

"Tolongin ya, Dek. Kasian Kaka madumu terlihat leleh," sambung Mas Bima.

"Iya, Mba. Wulan mau nolongin Mba," ucapnya.

"Wulan tolong bantu, Mba cuci piring dan baju ya, Mba pusing ni." Karena tidak enak Wulan menyetujui permintaan minta tolongku.

Langsung to the point aja lah gak usah basa-basi.

"Ayok kita kedapur." Aku dan Wulan menuju dapur bersamaan.

Alangkah kagetnya wajah Wulan ketika melihat tumpukan cucian piring dan tumpukan baju yang sudah kurendam.. hahhaha satu lemari baju bersih kukeluarkan senagja kurendam.

Terlihat wajah Wulan seperti keluar keringat dingin.

"Gimana Wulan?" Tanya Mas Bima menghampiri. Sebelum sampai dapur aku mencegatnya dan mengajaknya ke kamar.

Tanpa sepengetahuan Wulan, aku memberi Mas Bima minuman yang sudah kuracun. Mas Bima meminumnya. Beberapa menit kemudian, dia tumbang.

Kuseret tubuhnya ke halaman belakang. Tidak lupa aku mengambil panci. Untuk alasan pada Wulan jika ditanya dari mana.

****

Setelah itu,

Aku membakar sampah dengan minyak tanah satu ember yang sudah kubeli dari warung tetangga, jelas aku bilang untuk setok membakar tanaman rumah kalau sudah mengering berguguran di halaman. Rumahku tertutup pagar besi yang tinggi.

*****

"Mba sudah selesai semuanya." cepat sekali. Oh ternyata dia sudah berada empat jam di dapur belakang. Hahhaah sukurin.

"Kamu pasti lapar lagi kan? Yuk makan lagi, aku sudah buat sop iga kesukaan kamu segar dan pedas."

"Wah enak pasti, Mba. Mba Rena baik sekali."

Aku dan Wulan bergagas ke meja makan.

Dia langsung mengambil semangkok sop dengan berisi 3 iga yang banyak dagingnya.

"Mas Bima, mana, Mba?" tanyanya.

"Di belakang sepertinya entahlah." ucapku.

"Kenyang, Mba. Enak sekali."

"Enaklah! Itu kan yang kamu makan daging suamimu!" Liat! Dia ada di halaman belakang sudah kubebek sampai hancur dan kubakar. Aku mengambil tulang iganya untuk hidangn sepesialmu."

"Aaaarrrrggghhhhhhhhhhh!" Wulan triak histeris.

bukhoriganAvatar border
ceuhettyAvatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
528
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan