Sudah tak terhitung berapa banyak manusia yang menjadi korban pelecehan seksual. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, tak hanya wanita, lelaki pun banyak yang jadi korban.

Aksi pun beragam dari mulai cuma menyentuh bagian sensitif, pemerkosaan melalui liang vagina, sampai ada juga yang melalui anus.

Beberapa kasus tidak terlihat ke permukaan. Mengapa demikian? Padahal sudah ada hukum yang mengatur.

Pertama, korban merasa takut kalau kejadian itu tersiar akan mempermalukan keluarga, ya, kebanyakan berpendapat pelecehan seksual termasuk aib yang harus ditutupi. Apalagi untuk seorang wanita, takutnya kelak calon suaminya tidak mau menerima kenyataan kalau si wanita telah ternoda. Tak dipungkiri masyarakat Indonesia sangat mengutamakan keprawanan sebelum memilih calon istri.

Kedua, korban diancam.

Banyak aksi pelecehan seksual disertasi tindak ancaman. Mulai dari disiksa sampai ancaman pembunuhan.

Ketiga, malas berurusan dengan aparat hukum.

Tak dipungkiri banyak masyarakat kita yang malas berurusan dengan kepolisian. Alasannya yang utama karena biaya, yang kedua karena dianggap terlalu ribet.

Keempat, takut nama korban tercemar, apalagi jika masih keluarga sendiri.

Aksi pelecehan seksual tak hanya aib bagi korban, tapi juga pelaku. Mempublikasikan pelaku sama saja mencemarkan keluarga orang lain. Apalagi kalau masih keluarga sendiri.