Kaskus

Story

tikamjAvatar border
TS
tikamj
RUMAH HATI BAPAK
Cerpen : RUMAH HATI BAPAK

Spoiler for Rumah Hati Bapak:


Hai Sis & Gan, 
Berikut ini ane mau share tulisan cerpen sederhana ane, semoga suka dan bisa dipetik pelajaran berharganya. Jangan lupa di comment dan dikasih cendol ya Gan
emoticon-Jempol


RUMAH HATI BAPAK

** PROLOG **
Lautnya begitu tenang, seolah sangat mengerti bahwa hati dua laki laki ini sedang hancur hancurnya. Mereka masih duduk di pantai itu melihat ke arah laut, sedang mencoba belajar menerima sebuah rindu yang tidak akan ada obatnya. Mereka, yang baru saja berjanji akan melewati hidup ini bersama tanpa sang rumah hati.


*****

Langit hari ini mendung, sepertinya akan turun hujan. Agus duduk dengan tenang diatas perahu kayu tua, meluruskan kaki sejenak dengan perlahan lahan menarik jaring yang sudah dia diamkan selama 2 hari lamanya. Dia menarik jaring ikan dengan perasaan was was sambil berharap bahwa hasil ikan hari ini bisa lebih banyak dari sebelumnya. Ternyata hasilnya lumayan, Agus dapat tersenyum lega hari ini untuk pergi ke pasar menukarkan ikan ini agar bisa dijual ke pelelangan dan bisa membawa lauk pauk yang enak untuk Ia dan anaknya makan bersama. Umur agus sudah menginjak setengah abad, dia dikenal seorang pekerja keras oleh teman temannya sesama nelayan. 
Agus tidak pernah patah semangat untuk bekerja dari malam hingga pagi hanya untuk membuat keluarga kecilnya bahagia dan bisa menabung untuk anaknya yang akan menempuh bangku perkuliahan. Setelah menjual ikan ikannya, agus bergegas pulang dengan motor tua yang diparkirnya semalaman di area pasar ikan. Dengan belanjaan sayur mayur dan daging ayam ditangannya, agus pulang dengan perasaan girang. Sampainya dirumah, agus memakirkan motor tuanya di halaman rumah dan tak lama anaknya Juno berteriak dengan semangat dari dalam rumah dan membuat agus terkejut langsung memasuki rumah.


"PAK.... BAPAK...!"  teriak Juno, anak bungsu Agus.
"ono opo le? teriak teriak kagetin bapak aja kamu" saut agus.
"Aku lolos beasiswa kuliah di kampus ternama di kota PAKK !!" ujar Juno semangat.
"Alhamdulilah Puji Syukur le.. sebagai perayaan bapak masak enak hari ini ya" lanjut Agus sambil mengelus bangga kepala Juno. Agus bergegas ke dapur untuk dapat memasak bahan pangan yang ia beli untuk bisa dinikmati bersama anaknya.
Maklum, Agus sudah cukup lama hidup sebagai duda. Istrinya meninggalkannya karna tidak terima dengan keadaan ekonomi Agus yang sangat buruk. Bukan cuma itu, Istrinya juga mengajak anak sulung mereka dan terpaksa Agus harus menerima kenyataan kalau dia harus dipisahkan dengan anak sulungnya, tapi Agus berusaha kuat dan tidak kalah dengan keadaan. 

"Hasil hari ini banyak ya Pak? tumben beli daging ayam" lanjut Juno girang.
Agus pun mengangguk tersenyum ke arah Juno, sambil mengolah bahan-bahan. Tak lama Juno bergabung membantu agus untuk sekedar memotong sayur dan 
mengaduk ayam yang sedang dimasak agus.

Mereka hanya hidup berdua di rumah sederhana area perkampungan nelayan. Dalam suka dan dukanya, Juno selalu setia menunggu Agus pulang di rumah kecilnya setiap hari. Juno sangat bangga mempunyai ayah seperti Agus, tak jarang pula Juno memilih untuk membantu Agus berlayar ketika libur sekolah tiba. Juno begitu mengagumi sosok Agus, ayah tercintanya. Mungkin kalau tidak ada Juno yang menjadi sumber kekuatan, Agus sudah jadi orang gila dijalanan karna istrinya yang sudah membuat hidupnya hancur. Juno sangat ingat betul ketika ibu & kakaknya pergi meninggalkan mereka, bahkan ayahnya sempat 5 hari tidak makan dan tidak bergerak dari tempat tidurnya. Juno dikenal juga sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, bahkan tetangganya salut ketika pada saat itu Juno memutuskan untuk menggantikan ayahnya berlayar agar bisa mendapatkan uang untuk mereka makan karna Agus yang sedang depresi berat.

Seiring berjalannya waktu Agus mulai tersadar bahwa 1 karunia Tuhan yang diberikannya dapat membangkitkan semangat hidupnya lagi. Meski makan dan hidup seadaanya, mereka adalah keluarga kecil yang juga terkenal pekerja keras disekitar wilayah tempat tinggalnya. Kadang ada juga tetangga yang memberikan sedikit rejeki berupa makanan dan barang barang untuk mereka nikmati bersama. Ya... mereka hidup diwilayah sederhana dan paling bahagia di muka bumi ini, wilayah kampung nelayan yang selalu bersyukur dan tidak pernah berkonflik. Kecerdasan Juno yang suka membantu teman teman sebayanya kesulitan dalam belajar juga membuatnya dikenal disekolahnya, Juno si anak nelayan yang punya banyak teman.

*****
Hari ini Agus dan Juno harus bergegas untuk bisa pergi ke kota lebih pagi. Dengan bekal dan ongkos yang pas pas-an, Agus sangat bersemangat mengantarkan Juno ke kota Jogja dan menetap disana sementara untuk mengenyam bangku kuliah. Juno sadar bahwa ayahnya hanya seorang nelayan. Jangankan membayar kuliah, untuk makan dan hidup sehari hari saja ayahnya Agus harus mati matian berlayar menerjang ombak laut tengah malam hanya untuk bisa bertahan hidup. Juno hanya mempunyai modal tekad yang kuat dan berusaha mendapatkan pekerjaan sampingan sehingga ia bisa hidup bertahan sendiri di kota sampai kuliah selesai. Untung saja Juno mendapatkan beasiswa 100%, Juno hanya perlu bekerja paruh waktu agar dia bisa membayar biaya kontrakan yang ditempatinya dan makan sehari hari. Dari tahun ke tahun, Juno berhasil menjadi mahasiswa yang mencuri perhatian dan menginspirasi teman sebayanya di lingkungan perkuliahan. Tak jarang juga beberapa dosen memberikan reward kepada Juno karna berhasil mengharumkan nama kampusnya di beberapa olimpiade. Mimpi Juno sederhana, Juno hanya ingin membahagiakan Agus, tidak lebih. Memperbaiki ekonomi keluarga kecilnya dengan bekerja di perusahaan ternama, sangat sederhana.

Tapi ternyata takdir berkata lain, suatu ketika Juno harus menerima kenyataan pahit yang ia tidak pernah sangka sebelumnya. Rupanya hari itu adalah hari terburuk bagi Juno, rasanya seperti ingin ambruk. Handphonenya berdering, rupanya telfon itu dari tetangga Juno di kampung nelayan.
"Juno, kamu harus pulang sekarang Jun.. Bapakmu..." ujar tetangga Juno dengan suara pelan dan lemas.
"Loh tumben bik telfon, ono opo to?"  jawab Juno dengan setengah terkejut.
"Bapakmu le, bapakmu sudah 4 hari tidak kembali dari laut. 4 hari yang lalu, Bapakmu nekat melaut padahal sudah dingatkan karna cuaca yang kurang mendukung."

Mendengar itu, Juno tersungkur ke tanah lemas. Ia terjatuh dan tidak menyangka. Seketika itu juga air matanya jatuh, perasaannya sudah tidak karuan. Perasaan tidak enak dan cemas bercampur aduk di dalam hati Juno. Juno menghubungi temannya untuk dapat mencarikan mobil sewa sehingga dia dapat cepat sampai ke desa. 
Keesokan paginya Juno sampai dirumah, rupanya sudah banyak tetangga yang mengkerumuni rumahnya. Juno hanya bisa menahan tangis.

"Juno, yang sabar ya ndok. Kita berdoa Bapakmu bisa kembali" ujar tetangga Juno sembari mengelus pundaknya. Juno hanya bisa mengangguk dan perasaanya begitu terpuruk.
Hari itu, Juno hanya bisa meratapi foto ayahnya. Juno hanya diam seribu bahasa dan mencoba melakukan aktifitas seperti biasa dirumahnya. Ia berjalan kaki menuju tepi pantai, dengan setia menunggu ayahnya pulang. Sudah 1 bulan Juno tidak kembali ke kampus, dia berlayar dan mencoba mencari petunjuk kesana kemari walaupun dari lubuk hatinya dia tau bahwa Agus mungkin sudah tiada. Ketika Juno kembali kerumah, Juno melihat dosennya sedang menunggunya dirumah. Dosennya membujuk Juno agar tetap melanjutkan kuliah ke kota. Tak jarang ada beberapa temannya juga yang peduli dengan keadaan Juno. Tapi Juno bersikeras untuk tetap putus kuliah, Juno sudah merasa buntu. Hidup tanpa Agus bagi Juno seperti hidup tanpa tujuan hidup.

*****
Sore itu Juno memulai aktifitasnya seperti biasa dengan merapikan jaring ikan miliknya di dekat tepi pantai. Ini merupakan kebiasaan Agus, sebelum Agus berangkat berlayar. Tak lama kemudian ada seorang laki-laki muda yang memanggil Juno seperti minta tolong, 

"Heyyy, kamu... bisa tolong saya?" berteriak ke arah Juno.
Juno perlahan mengahampiri lelaki tersebut untuk membantu.
"tolong saya rakitkan ini yah, saya gatau caranya"
"Kamu nelayan sini? masa gatau cara merakit jaring?" tanya Juno heran.

Lelaki tersebut hanya tersenyum, dan memberikan jaring rusak tersebut ke arah tangan Juno sembari memperkenalkan diri,
"Nama saya Galih, saya bukan nelayan. Saya hanya melakukan penelitian disini"
"Kampus mana?" tanya Juno
"Di Jakarta"  jawab Galih
"Oh Jakarta, waktu SMA saya bermimpi bisa kuliah disana karna disana banyak kampus dengan jurusan ilmu kelautan terbaik tapi akhirnya sy diterima di Kota Jogja" jelas Juno.
"wah ternyata kamu juga anak kuliah, lalu kenapa masih menjadi nelayan?" lanjut Galih.
"saya tidak lanjut kuliah, lagipula buat apa. Tidak ada yang perlu saya bahagiakan, setelah saya tau kalau ayah saya tidak kembali dari laut" ujar Juno tegas.

Mendengar itu Galih terdiam menatap Juno, seolah olah paham bahwa Juno adalah laki laki muda pintar yang sedang berputus asa.
"Maaf jadi membuat kamu teringat ayahmu" lanjut Galih prihatin.
"Gapapa, saya hanya iri melihatmu. Pasti keluargamu masih lengkap" ujar Juno dengan menundukan kepala.
Galih tersenyum ke arah Juno dan terdiam. Tak lama Juno melanjutkan percakapan,

"Ok sudah selesai. Ini hanya dimasukan saja kedalam masing masing benang dan ikat seperti ini" sambil menunjukan jaring tsb ke arah Galih.
"Terima kasih banyak, oiya sepertinya kita harus lebih sering bertemu aku akan ada disini selama sebulan ke depan" ujar Galih.
"Sama sama. Saya ga janji, karna harus cari ikan"  lanjut Juno cuek sambil membalikkan badan dan menuju perahunya.

Ketika Juno setengah berjalan ke perahunya, Galih kembali memanggilnya dan mengatakan suatu hal secara perlahan dan hati-hati, yang membuat Juno sangat terkejut kaku,

"Juno, kamu harus melanjutkan kuliahmu. Ayahmu tidak akan pernah kembali kerumah, tapi kamu harus kembali fokus ke masa depanmu. Ayahku juga seorang nelayan, nelayan yang gigih dan hebat. Tapi sayang, pada saat aku umur 6 tahun aku harus dipisahkan dengannya dan terpaksa ikut ibuku untuk mengadu nasib di Jakarta. Tapi hubunganku dengan ayah terus berlanjut tanpa sepengetahuan Ibuku dan adik kandungku yang hidup bersama Ayahku. Sebulan sekali aku kesini bertemu dengan Ayah dan menghabiskan waktu di pantai ini untuk bercerita bersamanya tentang apa saja. Karna aku tau kalau aku kerumahnya, pasti adik kandungku tidak menerimaku karna kesalahpahaman masa lalu. Ketika aku tau kalau ayahku kali ini tidak akan pernah pulang, aku putuskan untuk meninggalkan ibu di Jakarta yang sudah bahagia dengan suami barunya untuk bisa menjemput adik kandungku disini. Ayahku selalu bercerita bahwa adikku Juno tumbuh sebagai laki laki berprestasi yang hebat."

Mendengar itu, perlahan Juno tersadar bahwa Galih adalah kakak kandungnya yang selama ini sudah terpisahkan. Galih seolah mematahkan perasaan benci Juno terhadap Ia dan Ibunya yang sudah berakar dihati adiknya dari dulu. Galih memberanikan diri menghampiri Juno yang berdiri tepat di depannya dengan tangisan luar biasa. Memeluknya erat sebagai ungkapan rindu seorang kakak yang baru terobati. Sambil memeluk Juno, Galih melanjutkan percakapan, "Kali ini Bapak tidak akan kembali jun, kita berdua harus bisa buat Bapak bangga karna kesuksesan kita. Kamu selesain kuliah ya Jun."  ujar Galih dengan nada rintih sambil mengusap air mata Juno.


Selesai.
-Cerpen by tikamj-
Sumber gambar : Google
aryanti.storyAvatar border
vien26Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.8K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan