- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kisah Miris Pengantin Pesanan China: Alami Kekerasan Seks-Gaji Dipotong


TS
Joko.Lee
Kisah Miris Pengantin Pesanan China: Alami Kekerasan Seks-Gaji Dipotong
Quote:

Peneliti LIPI Wabilia Husnah melakukan penelitian terhadap wanita yang menjadi korban pengantin pesanan dari pria China. Rata-rata perempuan yang menjadi korban pengantin pesanan mendapatkan kekerasan seksual, mereka juga mengalami pemotongan gaji.
"Korban menuturkan selama hidup menjadi pengantin pesanan di Tiongkok dia sering mengalami tindakan kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Salah satunya Mayang dipaksa untuk segera hamil dan memberikan keturunan ke suaminya," kata Wabilia dalam diskusi bertajuk Praktik Pengantin Pesanan dari Indonesia ke Tiongkok yang disiarkan di YouTube Kewilayahan LIPI, Jumat (3/7/2020).
Penelitian tersebut dilakukan dengan metode wawancara kepada para korban. Dari hasil kajiannya, beberapa korban ada yang mendapatkan kekerasan fisik, kekerasan seksual, hingga tak mendapat uang yang dijanjikan sesuai awal mula rekruitmen tersebut.
Wabilia menuturkan, awalnya pria China bekerjasama dengan orang yang disebut dengan mak comblang untuk mencarikan wanita yang akan dinikahi. Pria China itu membayar uang Rp 400 juta, selanjutnya mak comblang mempertemukan pria itu dengan korban yang jika merasa cocok akan segera dilakukan pernikahan.
Selanjutnya perempuan akan diberikan uang Rp 20 juta sebagai mahar, menurut wanita yang akrab disapa Lia itu, mak comblang ini mencari keuntungan semata. Justru, saat sudah tinggal di rumah suaminya di China, korban ada yang mendapatkan kekerasan fisik dan seksual, selain itu tidak diberikan uang sesuai dengan perjanjian awal.
"Jadi perempuan korban pengantin pesanan adalah korban yang di perdagangkan. Perdagangan yang terjadi demi keuntungan si makelar bukan demi keuntungan korban. Ini terlihat dari nominal harga setoran perempuan yang harus disetorkan laki-laki Tiongkok, sementara korban hanya kurang dari Rp 20 juta. Jadi terlihat betapa besarnya yang dapat di dapat makelar," ujarnya.
Dia menuturkan, laki-laki China banyak yang melakukan kekerasan karena menganggap sudah membeli perempuan Indonesia dengan harga mahal. Sementara itu, alasan mengapa pria Tiongkok mencari perempuan Indonesia karena merasa jumlah wanita di China sedikit, akibat dari kebijakan 1 keluarga maksimal 1 orang.
Selain itu, kebudayaan Tiongkok sebelumnya menilai anak perempuan memiliki nilai lebih rendah dibanding laki-laki sehingga banyak warga yang memutuskan memiliki anak laki-laki. Selain itu, perempuan Tiongkok ada yang menunda pernikahan, ada juga perempuan yang memiliki syarat tinggi agar dapat dinikahkan pria, yaitu harus memiliki rumah, mobil, uang dan pendidikan tinggi.
"Ada ketentuan san zi yi ben dimana harus memiliki 4 hal yang harus di miliki agar bisa mudah mendapatkan perempuan rumah, mobil, uang dan pendidikan, tak semua laki-laki Tiongkok bisa memiliki keempatnya. Laki-laki yang berasal dari ekonomi tingkat bawah akan lebih sult memenuhi 4 kriteria ini," kata Lia.
Di sisi lain, menurut Lia, budaya pria Tiongkok dituntut untuk menikah dan memiliki keturunan agar melanjutkan garis keturunan. Oleh karena itu, melakukan modus pengantin pesanan ini dianggap lebih murah daripada harus memenuhi 4 kriteria tersebut.
Sementara itu, dari sisi korban memiliki faktor dorongan yaitu sama-sama berasal dari sesama etnisitas karena memiliki latarbelakang budaya yang tidak jauh berbeda dengan Tiongkok, kemiskinan dan pendidikan. Tak hanya itu, faktor lainnya bisa berasal dari agama manapun, latar belakang pendidikan dan ekonomi mana pun sehingga bisa menjadi korban.
"Alasan mungkin ada korban yang memutuskan menikah dengan laki-laki Tiongkok karena demi membantu keluarganya, meningkatkan tingkat ekonomi keluarganya. Ada juga perempuan yang sebenarnya sudah cukup baik tapi memilih dan terjerumus pengantin pesanan karena murni ingin menikah kemudian dia dikelabui oleh makelarnya," katanya.
"Kesimpulan praktik pengantin perempuan ini murni tindak pidana perdagangan orang, bukan praktik mencari jodoh," ujarnya.
Sementara itu, salah satu korban penyintas pengantin pesanan China, Mayang buka suara terkait pengalamannya. Ia mengaku saat tiba di rumah suaminya di China langsung di suruh segera hamil dengan cara mengkonsumsi obat-obatan.
Selain itu Mayang juga mengaku mendapatkan kekerasan fisik. Tak hanya itu dia merasa diperlakukan tidak adil karena tidak mendapatkan uang yang dijanjikan seperti awalnya.
"Jadi mak comblang itu menawarkan kita uang mahar Rp 15 juta, per bulan bisa mengirimkan keluarga yang ada di Indonesia antara Rp 3-5 juta, tapi ternyata hanya mengirimkan Rp 1 juta," ungkapnya.
Ia mengatakan untuk mendapatkan uang yang akan dikirimkan ke keluarga di Indonesia, justru mendapatkan kekerasan fisik dari suaminya. Tak hanya itu, ada temannnya sesama korban juga mendapat perlakuan tidak adil karena gajinya selama bekerja di perusahaan keluarga suaminya dipotong.
"Cerita lain bahkan ada yang lebih parah daripada aku posisinya dia disuruh kerja paksa di salah satu perusahaan keluarga dari suaminya, dia hanya dapat gaji 50 persen, kalau dia sakit gajinya bisa di potong 200 yuan. Bahkan salah satu teman ku harus meregang nyawa, misalnya ada teman ku dia ketahuan positif sakit parah akhirnya dia meninggal pada bulan Mei kemarin," ungkapnya.
Mayang berharap agar tidak ada lagi korban yang seperti dirinya, ia meminta supaya tidak gampang tergiur iming-iming uang yang dijanjikan. Selain itu, Mayang juga berharap agar ada rekannya yang berada di China akibat korban pengantin pesanan itu dapat segera di pulangkan.
"Aku ingin sampaikan sih untuk wanita Indonesia jangan mudah tergiur para mak comblang yang menawarkan kemewahan. Yang ada menjadi celaka untuk diri sendiri. Aku berharap ke depannya, korban mak comblang di sana bisa ditindak lanjuti oleh Kemlu," paparnya.
Sebelumnya, Kedutaan Besar RI di Beijing memulangkan 40 Warga Negara Indonesia (WNI) perempuan yang menjadi korban kasus pengantin pesanan di China sepanjang Tahun 2019. KBRI Beijing menyebut banyak menerima pengaduan terkait perdagangan WNI di China.
"Sebanyak 40 orang yang kami pulangkan tersebut masuk dalam kategori TPPO (tindak pidana perdagangan orang)," ujar Duta Besar RI untuk China, Djauhari Oratmangun dilansir Antara, Selasa (7/1).
"Korban menuturkan selama hidup menjadi pengantin pesanan di Tiongkok dia sering mengalami tindakan kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Salah satunya Mayang dipaksa untuk segera hamil dan memberikan keturunan ke suaminya," kata Wabilia dalam diskusi bertajuk Praktik Pengantin Pesanan dari Indonesia ke Tiongkok yang disiarkan di YouTube Kewilayahan LIPI, Jumat (3/7/2020).
Penelitian tersebut dilakukan dengan metode wawancara kepada para korban. Dari hasil kajiannya, beberapa korban ada yang mendapatkan kekerasan fisik, kekerasan seksual, hingga tak mendapat uang yang dijanjikan sesuai awal mula rekruitmen tersebut.
Wabilia menuturkan, awalnya pria China bekerjasama dengan orang yang disebut dengan mak comblang untuk mencarikan wanita yang akan dinikahi. Pria China itu membayar uang Rp 400 juta, selanjutnya mak comblang mempertemukan pria itu dengan korban yang jika merasa cocok akan segera dilakukan pernikahan.
Selanjutnya perempuan akan diberikan uang Rp 20 juta sebagai mahar, menurut wanita yang akrab disapa Lia itu, mak comblang ini mencari keuntungan semata. Justru, saat sudah tinggal di rumah suaminya di China, korban ada yang mendapatkan kekerasan fisik dan seksual, selain itu tidak diberikan uang sesuai dengan perjanjian awal.
"Jadi perempuan korban pengantin pesanan adalah korban yang di perdagangkan. Perdagangan yang terjadi demi keuntungan si makelar bukan demi keuntungan korban. Ini terlihat dari nominal harga setoran perempuan yang harus disetorkan laki-laki Tiongkok, sementara korban hanya kurang dari Rp 20 juta. Jadi terlihat betapa besarnya yang dapat di dapat makelar," ujarnya.
Dia menuturkan, laki-laki China banyak yang melakukan kekerasan karena menganggap sudah membeli perempuan Indonesia dengan harga mahal. Sementara itu, alasan mengapa pria Tiongkok mencari perempuan Indonesia karena merasa jumlah wanita di China sedikit, akibat dari kebijakan 1 keluarga maksimal 1 orang.
Selain itu, kebudayaan Tiongkok sebelumnya menilai anak perempuan memiliki nilai lebih rendah dibanding laki-laki sehingga banyak warga yang memutuskan memiliki anak laki-laki. Selain itu, perempuan Tiongkok ada yang menunda pernikahan, ada juga perempuan yang memiliki syarat tinggi agar dapat dinikahkan pria, yaitu harus memiliki rumah, mobil, uang dan pendidikan tinggi.
"Ada ketentuan san zi yi ben dimana harus memiliki 4 hal yang harus di miliki agar bisa mudah mendapatkan perempuan rumah, mobil, uang dan pendidikan, tak semua laki-laki Tiongkok bisa memiliki keempatnya. Laki-laki yang berasal dari ekonomi tingkat bawah akan lebih sult memenuhi 4 kriteria ini," kata Lia.
Di sisi lain, menurut Lia, budaya pria Tiongkok dituntut untuk menikah dan memiliki keturunan agar melanjutkan garis keturunan. Oleh karena itu, melakukan modus pengantin pesanan ini dianggap lebih murah daripada harus memenuhi 4 kriteria tersebut.
Sementara itu, dari sisi korban memiliki faktor dorongan yaitu sama-sama berasal dari sesama etnisitas karena memiliki latarbelakang budaya yang tidak jauh berbeda dengan Tiongkok, kemiskinan dan pendidikan. Tak hanya itu, faktor lainnya bisa berasal dari agama manapun, latar belakang pendidikan dan ekonomi mana pun sehingga bisa menjadi korban.
"Alasan mungkin ada korban yang memutuskan menikah dengan laki-laki Tiongkok karena demi membantu keluarganya, meningkatkan tingkat ekonomi keluarganya. Ada juga perempuan yang sebenarnya sudah cukup baik tapi memilih dan terjerumus pengantin pesanan karena murni ingin menikah kemudian dia dikelabui oleh makelarnya," katanya.
"Kesimpulan praktik pengantin perempuan ini murni tindak pidana perdagangan orang, bukan praktik mencari jodoh," ujarnya.
Sementara itu, salah satu korban penyintas pengantin pesanan China, Mayang buka suara terkait pengalamannya. Ia mengaku saat tiba di rumah suaminya di China langsung di suruh segera hamil dengan cara mengkonsumsi obat-obatan.
Selain itu Mayang juga mengaku mendapatkan kekerasan fisik. Tak hanya itu dia merasa diperlakukan tidak adil karena tidak mendapatkan uang yang dijanjikan seperti awalnya.
"Jadi mak comblang itu menawarkan kita uang mahar Rp 15 juta, per bulan bisa mengirimkan keluarga yang ada di Indonesia antara Rp 3-5 juta, tapi ternyata hanya mengirimkan Rp 1 juta," ungkapnya.
Ia mengatakan untuk mendapatkan uang yang akan dikirimkan ke keluarga di Indonesia, justru mendapatkan kekerasan fisik dari suaminya. Tak hanya itu, ada temannnya sesama korban juga mendapat perlakuan tidak adil karena gajinya selama bekerja di perusahaan keluarga suaminya dipotong.
"Cerita lain bahkan ada yang lebih parah daripada aku posisinya dia disuruh kerja paksa di salah satu perusahaan keluarga dari suaminya, dia hanya dapat gaji 50 persen, kalau dia sakit gajinya bisa di potong 200 yuan. Bahkan salah satu teman ku harus meregang nyawa, misalnya ada teman ku dia ketahuan positif sakit parah akhirnya dia meninggal pada bulan Mei kemarin," ungkapnya.
Mayang berharap agar tidak ada lagi korban yang seperti dirinya, ia meminta supaya tidak gampang tergiur iming-iming uang yang dijanjikan. Selain itu, Mayang juga berharap agar ada rekannya yang berada di China akibat korban pengantin pesanan itu dapat segera di pulangkan.
"Aku ingin sampaikan sih untuk wanita Indonesia jangan mudah tergiur para mak comblang yang menawarkan kemewahan. Yang ada menjadi celaka untuk diri sendiri. Aku berharap ke depannya, korban mak comblang di sana bisa ditindak lanjuti oleh Kemlu," paparnya.
Sebelumnya, Kedutaan Besar RI di Beijing memulangkan 40 Warga Negara Indonesia (WNI) perempuan yang menjadi korban kasus pengantin pesanan di China sepanjang Tahun 2019. KBRI Beijing menyebut banyak menerima pengaduan terkait perdagangan WNI di China.
"Sebanyak 40 orang yang kami pulangkan tersebut masuk dalam kategori TPPO (tindak pidana perdagangan orang)," ujar Duta Besar RI untuk China, Djauhari Oratmangun dilansir Antara, Selasa (7/1).
SUMBER
PARAH BENER NIH CHINA



SETELAH PERBUDAKAN TKI DI KAPAL IKAN, SEKARANG PENGANTIN INDONESIA DISIKSA







nomorelies dan apollion memberi reputasi
2
1.1K
Kutip
16
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan