- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Bunny Ebola, Virus Mematikan dari Kelinci Menyebar di Barat Daya AS


TS
god.romusha
Bunny Ebola, Virus Mematikan dari Kelinci Menyebar di Barat Daya AS
Amerika Serikat masih berusaha untuk mengendalikan kasus Covid-19 yang kian meningkat. Sementara itu, virus lainnya menyebar di kawasan Barat Daya dan mematikan populasi kelinci.
Kelinci-kelinci liar yang hidup di tujuh negara bagian di Barat Daya AS mati dan sekarat akibat virus tersebut. Penyakit yang ditimbulkannya disebut Hemorrhagic Disease Virus (RHDV2).
“Kami menyebutnya Bunny Ebola,” tutur Dokter Hewan dari Texas, Amanda Jones, seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (1/7/2020).
Meski disebut Ebola, virus yang mewabah di kalangan kelinci itu tidak ada kaitannya dengan virus Ebola. Namun penyakit tersebut menimbulkan gejala yang sama pada kelinci, seperti halnya saat manusia terkena Ebola.
Baca juga: Serba-serbi Hewan: Kenapa Kelinci Punya Dua Gigi Besar di Depan?
Antara lain pendarahan parah, kerusakan organ, dan kematian pada manusia juga primata. Penyakit tersebut menyebabkan lesi (luka) pada organ dalam dan bagian otot kelinci, sehingga menimbulkan pendarahan dalam dan kematian pada hewan tersebut.
Tanda-tanda yang paling terlihat adalah ketika kelinci mati mendadak, darah segar keluar dari hidung mereka.
Sejak April lalu, Departemen Pertanian AS (US Department of Agriculture/ USDA) telah mengkonfirmasi kasus infeksi RHDV2 di Arizona, California, Colorado, Nevada, New Mexico, Utah, dan Texas. Beberapa wilayah di bagian barat Meksiko juga memiliki angka infeksi.
Wabah keempat
Ini adalah kali keempat virus ganas tersebut menyebar di AS. Galur (strain) virus telah bermutasi dan menyebar ke hampir semua negara bagian sejak ilmuwan pertama kali menemukannya di China, 35 tahun lalu.
Namun ini adalah kali pertama virus tersebut menyerang hewan selain kelinci. Antara lain pika dan hare yang endemik Amerika Utara. Selain itu virus ini juga menyerang cottontails, snowshoe hare, dan jackrabbit.
“Di beberapa negara bagian, hal ini sangat mengkhawatirkan,” tutur Eric Stewart selaku Direktur Eksekutif American Rabbit Breeders Association.
Baca juga: Bagi Orang Inggris Kuno Ayam dan Kelinci adalah Hewan Sakral, Mengapa?
Pada 2018, virus tersebut muncul dari kelinci peliharaan di Ohio. Kemudian, virus itu menyebar di Negara Bagian Washington.
Akhir Februari, lebih dari satu lusin kelinci mati di Centre for Avian and Exotic Medicine yang berlokasi di Manhattan. Wabah ini, yang muncul di Arizona dan New Mexico satu bulan setelahnya, tidak berkaitan dengan wabah-wabah sebelumnya.
“Kami tidak tahu dari mana wabahnya berasal,” tutur Ralph Zimmerman, dokter hewan dari New Mexico.
Dari Maret hingga Juni lalu saja, hampir 500 hewan di New Mexico terinfeksi.
“Kami kenal seorang pria yang memiliki 200 kelinci. Virus itu kemudian sampai di sana dan membunuh semuanya,” tambah ia.
Ilustrasi kelinciSHUTTERSTOCK/LAZY_BEAR Ilustrasi kelinci
Virus yang sulit dimusnahkan
Para peneliti menyebutkan Bunny Ebola adalah virus yang tangguh dan sulit dimusnahkan.
Begitu seekor hewan terinfeksi, virus akan terinkubasi sekitar tiga hari lamanya. Beberapa kelinci mulai kehilangan nafsu makan dan energi, meski tidak ada gejala lainnya sebelum mati.
Kemudian, organ tubuh kelinci seperti hati mengalami kerusakan dan darah tidak mengalir dengan baik. Tak heran angka kematian kelinci sangat tinggi, yaitu sekitar 90 persen.
Jika sempat bertahan, kelinci yang terinfeksi menjadi penyebar virus selama dua bulan lamanya. RHDV2 menyebar lewat darah, urin, dan feses.
Baca juga: Mengenal Bilby, Kelinci Paskah yang Hampir Punah dari Australia
Meski tidak menginfeksi manusia, virus ini bisa menempel pada rambut, sepatu, dan baju seseorang yang berkontak dengan kelinci. Jika kelinci lain menyentuhnya, otomatis ia akan terinfeksi juga.
Virus itu juga disebut sulit dimusnahkan, karena bisa hidup lebih dari tiga bulan dalam temperatur ruang. Virus tersebut dapat hidup dengan temperature mencapai 50 derajat Celcius dalam waktu 1 jam dan tidak bisa dibunuh dengan udara dingin atau pembekuan.
Oleh karena virus itu berasal dari negara lain, belum ada vaksin terlisensi di AS yang bisa mencegah infeksi virus tersebut. Beberapa rumah sakit hewan harus mengimpor vaksin dari Spanyol dan Prancis, dan membutuhkan waktu beberapa bulan lamanya.
https://www.kompas.com/sains/read/20...ya-as?page=all
Kelinci-kelinci liar yang hidup di tujuh negara bagian di Barat Daya AS mati dan sekarat akibat virus tersebut. Penyakit yang ditimbulkannya disebut Hemorrhagic Disease Virus (RHDV2).
“Kami menyebutnya Bunny Ebola,” tutur Dokter Hewan dari Texas, Amanda Jones, seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (1/7/2020).
Meski disebut Ebola, virus yang mewabah di kalangan kelinci itu tidak ada kaitannya dengan virus Ebola. Namun penyakit tersebut menimbulkan gejala yang sama pada kelinci, seperti halnya saat manusia terkena Ebola.
Baca juga: Serba-serbi Hewan: Kenapa Kelinci Punya Dua Gigi Besar di Depan?
Antara lain pendarahan parah, kerusakan organ, dan kematian pada manusia juga primata. Penyakit tersebut menyebabkan lesi (luka) pada organ dalam dan bagian otot kelinci, sehingga menimbulkan pendarahan dalam dan kematian pada hewan tersebut.
Tanda-tanda yang paling terlihat adalah ketika kelinci mati mendadak, darah segar keluar dari hidung mereka.
Sejak April lalu, Departemen Pertanian AS (US Department of Agriculture/ USDA) telah mengkonfirmasi kasus infeksi RHDV2 di Arizona, California, Colorado, Nevada, New Mexico, Utah, dan Texas. Beberapa wilayah di bagian barat Meksiko juga memiliki angka infeksi.
Wabah keempat
Ini adalah kali keempat virus ganas tersebut menyebar di AS. Galur (strain) virus telah bermutasi dan menyebar ke hampir semua negara bagian sejak ilmuwan pertama kali menemukannya di China, 35 tahun lalu.
Namun ini adalah kali pertama virus tersebut menyerang hewan selain kelinci. Antara lain pika dan hare yang endemik Amerika Utara. Selain itu virus ini juga menyerang cottontails, snowshoe hare, dan jackrabbit.
“Di beberapa negara bagian, hal ini sangat mengkhawatirkan,” tutur Eric Stewart selaku Direktur Eksekutif American Rabbit Breeders Association.
Baca juga: Bagi Orang Inggris Kuno Ayam dan Kelinci adalah Hewan Sakral, Mengapa?
Pada 2018, virus tersebut muncul dari kelinci peliharaan di Ohio. Kemudian, virus itu menyebar di Negara Bagian Washington.
Akhir Februari, lebih dari satu lusin kelinci mati di Centre for Avian and Exotic Medicine yang berlokasi di Manhattan. Wabah ini, yang muncul di Arizona dan New Mexico satu bulan setelahnya, tidak berkaitan dengan wabah-wabah sebelumnya.
“Kami tidak tahu dari mana wabahnya berasal,” tutur Ralph Zimmerman, dokter hewan dari New Mexico.
Dari Maret hingga Juni lalu saja, hampir 500 hewan di New Mexico terinfeksi.
“Kami kenal seorang pria yang memiliki 200 kelinci. Virus itu kemudian sampai di sana dan membunuh semuanya,” tambah ia.
Ilustrasi kelinciSHUTTERSTOCK/LAZY_BEAR Ilustrasi kelinci
Virus yang sulit dimusnahkan
Para peneliti menyebutkan Bunny Ebola adalah virus yang tangguh dan sulit dimusnahkan.
Begitu seekor hewan terinfeksi, virus akan terinkubasi sekitar tiga hari lamanya. Beberapa kelinci mulai kehilangan nafsu makan dan energi, meski tidak ada gejala lainnya sebelum mati.
Kemudian, organ tubuh kelinci seperti hati mengalami kerusakan dan darah tidak mengalir dengan baik. Tak heran angka kematian kelinci sangat tinggi, yaitu sekitar 90 persen.
Jika sempat bertahan, kelinci yang terinfeksi menjadi penyebar virus selama dua bulan lamanya. RHDV2 menyebar lewat darah, urin, dan feses.
Baca juga: Mengenal Bilby, Kelinci Paskah yang Hampir Punah dari Australia
Meski tidak menginfeksi manusia, virus ini bisa menempel pada rambut, sepatu, dan baju seseorang yang berkontak dengan kelinci. Jika kelinci lain menyentuhnya, otomatis ia akan terinfeksi juga.
Virus itu juga disebut sulit dimusnahkan, karena bisa hidup lebih dari tiga bulan dalam temperatur ruang. Virus tersebut dapat hidup dengan temperature mencapai 50 derajat Celcius dalam waktu 1 jam dan tidak bisa dibunuh dengan udara dingin atau pembekuan.
Oleh karena virus itu berasal dari negara lain, belum ada vaksin terlisensi di AS yang bisa mencegah infeksi virus tersebut. Beberapa rumah sakit hewan harus mengimpor vaksin dari Spanyol dan Prancis, dan membutuhkan waktu beberapa bulan lamanya.
https://www.kompas.com/sains/read/20...ya-as?page=all
0
401
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan