Selamat datang di thread tirraa

Virus korona benar - benar membuat kehidupan berantakan. Hampir semua aspek terkena imbasnya. Ekonomi anjlok, pekerja dirumahkan, sekolah libur, dan masih banyak lagi. Hampir seluruh pemerintahan didunia menyerukan agar warganya beraktifitas dirumah saja, untuk menghindari penyebaran virus berbahaya ini. Beberapa kegiatan seperti belajar mengajar untuk anak sekolah maupun pekerjaan kantor memang bisa di kerjakan dari rumah, namun tentu tidak untuk kegiatan olah raga yang dipertandingkan. Otomatis semua kegiatan kompetisi olah raga di semua cabang dihentikan sementara. Termasuk cabang olah raga sepakbola.

Image Source

Hampir sebagian besar liga sepakbola didunia dihentikan. Termasuk liga paling beken didunia, yaitu Liga Inggris. Liga 1 Indonesia pun tak ketinggalan. Sejak bulan Maret, praktis semua kegiatan kompetisi berhenti. Pemain dan officialpun nganggur. Kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sepakbola juga ikut mandeg. Penjual kaos omzetnya anjlok, PKL yang biasa berjualan saat pertandingan harus gigit jari, termasuk pemasukan klub dari penjualan tiket juga nol. Itu dari baru aspek ekonomi, belum lagi efek psikologis yang dialami oleh para pemain. Tiga bulan tanpa kompetisi bagaikan pilot tanpa pesawat, hampa.

Kini, liga - liga didunia sudah kembali mulai digulirkan ditengah tatanan new normal. Meski virus belum benar - benar hilang dari muka bumi, dan menurut pendapat para ahli memang tidak akan pernah bisa hilang, para pemain dan official sudah diijinkan kembali untuk merumput. Liga yang sempat terhenti pun kini dilanjutkan, meski dengan penerapan protokol kesehatan. Sebagaimana yang berlaku di Liga Premier Inggris, semua orang yang terlibat dalam sepakbola wajib menjalani tes covid secara berkala. Pendukung pun dilarang menyaksikan secara langsung tim kesayangannya di stadion. Mereka hanya bisa menonton melalui siaran di televisi.

Image Source

Namun benarkah penerapan protokol kesehatan ini aman untuk melindungi orang - orang yang terlibat sepakbola dari serangan virus? Melihat penyebaran virus yang cukup masiv, meski di negara yang penduduknya terkenal disiplin sekalipun, agaknya kelanjutan liga sepakbola ini sangat riskan terhadap penyebaran virus. Virus bisa saja menyebar antar pemain saat mereka terlibat perebutan bola, bisa pula menyebar melalui bola yang terkontaminasi. Karena kita tahu, saat bermain tidak mungkin para pemain ini menerapkan sosial distancing ataupun menggunakan masker.

Sebagai contoh, Liga Inggris yang baru bergulir kembali beberapa pekan ini saja sudah mengkonfirmasi bahwa 25 orang yang terlibat dinyatakan positif korona. Hasil itu didapat setelah melakukan pengujian terhadap semua pemain dan kru yang jumlahnya mencapai 12.500 orang. Meski prosentasenya kecil, namun tetap saja ini membuktikan bahwa meski protokol kesehatan dijalankan namun potensi penularan virus akan tetap ada. Jangan sampai, sepakbola malah menjadi klaster baru penyebaran virus korona ini. *Ref

Tirraa, 02 Juli 2020