Kaskus

Entertainment

om2tengilAvatar border
TS
om2tengil
Transpuan (Waria) Pertama yang Menjadi Pejabat Publik di Indonesia
Assalamualaikum ya an-nas, al-jin...
Semoga semuanya dalam keadaan sehat. 

Ngomong-ngomong tentang transpuan atau waria dalam sebutan sehari-harinya, masih terdapat kesenjangan hak dengan orang bergender normal. Hal yang memicu ketidakadilan tersebut ditengarai dari masyarakat yang masih melihat transpuan atau waria sebagai kondisi tabu. Sehingga dalam berbagai bidang waria terdiskriminasi dan sulit mendapatkan hak-hak asasinya, termasuk berpartisipasi sebagai pejabat publik.
 Namun, tahun 2020 menjadi momentum bagi transpuan atau waria untuk muncul dan "unjuk gigi" ke hadapan publik. Salah satu media daring baru saja mengabarkan bahwa Hendrika Mayora Victoria, atau akrab disapa Bunda Mayora, menjadi seorang transpuan pertama di Indonesia yang menjadi pejabat publik. Ia terpilih menjadi Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Berikut berita selengkapnya.
NB: posisi TS netral, ngga pro atau kontra dg waria wkwkwk
Transpuan (Waria) Pertama yang Menjadi Pejabat Publik di Indonesia
“Mungkin orang melihatnya ‘wah, keren!’, tapi tidak melihat sulitnya perjuangan yang saya lewati, perjuangan untuk jujur pada diri sendiri, pada keluarga, pada masyarakat, dan pada agama,” ujar Bunda Mayora, sebutan khas bagi Hendrika Mayora, membuka pembicaraan dengan VOA, 20 Juni lalu.
Transpuan berusia 33 tahun ini menceritakan kesulitannya memerdekakan diri sendiri, atau bersikap jujur pada diri sendiri, yang menurutnya “jauh lebih sulit dibanding berjuang keluar dari kemiskinan atau dari pekerjaan yang dinilai orang hina seperti nyebong (pekerja seks transpuan.red).” Selepas lulus dari Seminari Menengah di Merauke, di mana orang tuanya merantau, Hendrika memilih menjadi bruder atau biarawan Katolik. Pada 2008, ia pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan pastoral di Universitas Sanata Dharma. Ketika pertama kali membuka jati dirinya sebagai transpuan, Hendrika menghadapi banyak tantangan. Tidak hanya tantangan dari luar, tetapi juga dari diri sendiri.
“Pertama, saya berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa menjadi waria ini bukan pilihan, tapi panggilan hidup dan anugerah dari Tuhan, yang akan saya bawa sampai mati. Jadi untuk apa saya tutupi. Proses coming out ini tidak mudah,” tuturnya.

Dia juga mengaku sempat marah kepada Tuhan dengan kondisinya.
“Saya diberi kelamin laki-laki, tapi perasaan saya kok seperti perempuan. Saya diberi kekuatan fisik laki-laki, tapi saya juga bisa melakukan pekerjaan perempuan,” kenangnya.

Transpuan (Waria) Pertama yang Menjadi Pejabat Publik di Indonesia

Pengakuan Bunda Mayora sebagai transpuan membawanya ke kehidupan jalanan yang penuh kekerasan. Untuk bertahan hidup, Bunda Mayora sempat mengamen. Ditangkap Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) saat mengamen, dirundung, dan dipukuli menjadi bagian kehidupannya.

Pengalaman itu lah yang menyadarkan Bunda Mayora akan stigma dan diskriminasi yang dialami oleh para transpuan. Antara lain, minimnya pilihan pekerjaan bagi para transpuan.

“Kita berdandan sedikit, langsung diberi label macam-macam. Kita bekerja mencari uang pun, diberi stigma macam-macam. Kita hanya bisa bekerja di bidang yang… ya itu mengamen, nyebong, atau kalau mau berubah ya, di LSM-LSM yang mengurusi waria,” katanya.
Namun pengalaman pahit itu makin membulatkan tekadnya untuk kembali ke kampung halaman di Maumere, meski kedua orang tua Bunda Mayora berada di Merauke. (sumber: https://www.harianaceh.co.id/2020/06...di-indonesia/ )





0
4.1K
58
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan