Gunung Kerinci yang berada di Provinsi Jambi merupakan salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Gunung tertinggi di Pulau Sumatera ini memiliki ketinggian 3805 mdpl. Terletak di antara perbatasan Jambi dan Sumatera Barat, dari bagian atas Gunung Kerinci kita bisa melihat pemandangan Kota Padang, Jambi, dan Bengkulu. Bahkan, kita bisa menikmati hamparan Samudera Hindia.

Dikelilingi hutan yang masih lebat, hutan di Gunung Kerinci masuk ke dalam salah satu warisan budaya. Untuk menjaga kelestariannya, pemerintah menetapkan sebagai taman nasional dengan nama Taman Nasional Kerinci Seblat (TKNS).

Dari banyak keindahan Gunung Kerinci, terdapat pula banyak mitos dan kisah mistis yang diceritakan oleh orang-orang asli di sekitar Gunung Kerinci. Salah satunya adalah Uhang Pundak. Yuk, intip mitos dan fakta dari Uhang Pundak:

Uhang Pandak atau yang memiliki arti berkaki pendek, merupakan misteri terbesar yang belum bisa terkuak hingga kini. Cerita mengenai Uhang Pandak diturunkan secara turun temurun oleh masyarakat sekitar Gunung Kerinci. Dulu masyarakat Kabupaten Kerinci menceritakan Uhang Pandak sebagai hantu jadi-jadian yang menghuni sekitar hutan Gunung Kerinci.

Salah satu yang menjadi informasi awal mengenai Uhang Pandak adalah Iskandar Zakaria--pakar kebudayaan Kerinci. Beliau mengaku pernah bertemu langsung dengan Uhang Pandak saat masih duduk di sekolah menengah pertama. Berdasarkan informasi dari Iskandar Zakaria, Uhang Pandak memiliki tubuh kecil dan pendek, mata merah, kulit kuning kecoklatan.

Akan tetapi, semakin majunya teknologi. Beberapa peneliti dari dalam dan luar negeri mulai berdatangan untuk mencari tahu kebenaran mengenai Uhang Pandak. Bahkan di antara para peneliti itu, rela berdiam di hutan untuk mencari tahu misteri mengenai Uhang Pandak.

Pertamakali cerita Uhang Pandak ini dilihat dari catatan penjelajah gambar jejak, Marco Polo, 1292, saat ia bertualang ke Asia.

Misteri Uhang Pandak menjadi misteri terbesar yang menarik banyak peneliti dunia untuk mencari tahu kebenarannya. Salah satunya adalah peneliti yang masuk dalam tim studi Cryptozoology. Salah satu studi yang didanai oleh National Geographic Society.

Peneliti bernama Debbie Martyr, mengatakan bahwa Uhang Pandak merupakan jenis ini primata besar, agak mirip dengan orangutan tapi bukan orangutan karena bewarna kuning kemerahan atau cokelat. Namun hal ini belum bisa dipastikan juga dan tetap menjadi misteri hingga kini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh orang berkewarganegaraan Inggris, Uhang Pandak tidak berada di seluruh kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Berdasarkan penelitiannya, Uhang Pandak hidup di habitat dataran rendah, bukan di pegunungan.

Banyak peneliti berdatangan untuk mempelajari Uhang Pandak. Banyak pula kesaksian mengenai Uhang Pandak. Namun hingga kini, Uhang Pandak masih menjadi misteri yang belum terpecahkan dan terbuktikan. Hal ini yang membuat peneliti jatuh cinta dan ingin kembali lagi ke Jambi.