- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Si Manis Penunggu Jembatan


TS
opabani
Si Manis Penunggu Jembatan

Sumber gambar : Pinterez
Sudah seminggu ini penduduk digegerkan ada penampakan mahluk astral, atau kata orang-orang sih, itu mahluk halus!
Cerita dari mulut ke mulut tersebut beredar sangat cepat. Tak ayal, jembatan yang disinyalir sering terjadi adanya penampakan mahluk astral itu sontak menjadi viral dan tentunya menjadi lebih terkesan angker!
"Lah, aku piye iki, Kang? Tiap pagi aku mesti lewat jembatan itu!"
Ujar Mbok Yem, salah satu pedagang sayuran di pasar tradisional di suatu hari.
Jalan yang harus dilewati ya memang jalan tersebut, lah wong itu satu-satunya jembatan penghubung yang ada di desanya.
"Ya wis tidak apa-apa, kita berdoa saja sama Allah, biar ndak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan to, Mak!"

Sumber Gambar: Pinterez
Kang Karjo sebagai seorang suami, ya memang harus memberikan motivasi dan semangat! Apalagi ini menyangkut kepentingan perut, kalau ketakutan dan tidak mau jualan ke pasar, tentunya dapur mereka akan berhenti berproduksi, ya to?
"Gini aja, Kang. Sekarang kamu harus anterin aku berangkat jualan, baru setelah itu pergi ke sawah!"
Mbok Yem sangat mengharap, setidaknya kalau ditemani sang suami, ketakutan itu akan sedikit berkurang.
Akhirnya Karjo sepakat mengantar istri tercintanya, demi periuk tetap stabil, apalagi anak-anaknya sedang masa-masa pertumbuhan, jadi, mereka butuh banyak asupan gizi.
Perjalanan terasa lama, tidak seperti biasanya. Mungkin, karena mereka berdua dihantui rasa takut, akan adanya makhluk halus yang sedang menjadi buah bibir di kampung tempat mereka tinggal.
Kurang dari satu meter lagi mereka akan tiba di jembatan tempat biasa ada penampakan hantu wanita itu, jelas hati mereka sangat kacau. Istri tercintanya mulai memegang pinggang Kang Tarjo kuat-kuat, ada rasa cemas di hati perempuan itu.
"Aku kok merinding ya, Kang!" Ujar Mbok Yem, seraya menguatkan pegangannya.
"Iya, aku juga sama. Tapi, jangan kenceng-kenceng juga megangnya, pinggangku sakit."
Bukan mengendur, pegangan tangan Mbok Yem justru semakin kuat.

Sumber Gambar : Pinterez
Betul juga, tiba-tiba ada sesosok perempuan berdiri di tengah-tengah jembatan yang akan mereka lewati, jantung Kang Karjo maupun Mbok Yem berdegup kencang.
Kebetulan jalan menuju jembatan itu memang menurun. Sedangkan sepeda Kang Tarjo ternyata remnya bolong, alhasil sepeda itu tidak bisa dihentikan dan mereka pun tidak bisa berbuat banyak, selain pasrah.
Jegeeer ...!
"Aduh ...!"
Perempuan yang sedari tadi berdiri di tengah jembatan itu terpental ke tepi, begitu juga Kang Tarjo dan Mbok Yem sama-sama terjatuh.
"Ampun, ampuni kami!" teriak Mbok Yem gemetaran, ia tidak berani menatap perempuan bergaun putih lusuh di depannya.
"Hei! Sudah nabrak, gampang banget bilang maaf!"
Kang Karjo mendadak bangun, rasa takutnya pun sontak hilang.
"Jadi, kamu manusia, to?" tanya Kang Karjo tegas.
"Lah, emangnya aku ini apa, kalau bukan manusia?"
Perempuan itu tak kalah tegas, dengan kaki yang agak terpincang, perempuan itu mendekati Kang Karjo dan Mbok Yem.
"Lah, kamu sumi, ya?" ujar Mbok Yem sambil mengamati wajah perempuan di hadapannya, walau kumuh seperti jarang mandi, tapi, wajah itu masih bisa dikenali.
"Iya, Mbok Yem. Aku sumi! Aku malu pulang ke rumah karena dalam keadaan miskin."
"Ya ampun, Sum. Kamu tahu tidak, anakmu sudah tidak ada yang mengurus, suamimu juga ndak tau pergi ke mana."
"Kan ada Si Mbok!"
"Mbokmu? Apa kamu ndak tau, kalau mbokmu sudah meninggal dunia setahun yang lalu?"
Sumi, si manis jembatan ambruk itu menangis sejadinya, perasaannya hancur sehancur-hancurnya. Sumi memang merantau ke kota, demi memenuhi kebutuhan hidup, suaminya yang pengangguran tidak bisa diandalkan. Sayang, di kota besar Sumi justru masuk ke dunia malam, hidupnya dihabiskan untuk melayani lelaki hidung belang, hingga suatu hari, ia terkena penyakit kelamin dan tidak ada lagi yang mau memakai jasanya lagi, Sumi terbuang dan benar-benar di jauhi teman-teman seprofesinya, bahkan, pelanggannya pun sudah tidak ada yang mau untuk dilayani.
Sumi putus asa dan akhirnya berniat untuk pulang ke kampung halamannya, akan tetapi, karena ia dalam keadaan yang seperti itu, pada akhirnya Sumi bingung. Awalnya sih perempuan itu berdiri di tengah jembatan adalah untuk upaya bunuh diri, dia berharap, jika mati, maka jasadnya akan dikebumikan di tempatnya dilahirkan.
Tuhan berkehendak lain, kenyataannya perempuan itu selalu gagal bunuh diri dan sampai pada akhirnya bertemu dengan Kang Karjo dan Mbok Yem, keputusannya untuk mengakhiri hidup pun batal, setelah mendengar cerita dari tetangganya tersebut. Ternyata ia masih harus memenuhi tanggung jawabnya, terhadap anak semata wayangnya.
Sekian
NB : Ini hanya cerita fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, ini benar-benar tidak disengaja.
24-06-2020 Dbanik
Diubah oleh opabani 24-06-2020 20:29






erina79purba dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan