- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Tak Mau Sendirian, AS Minta Anggota PBB Transparan Soal Rasisme


TS
god.romusha
Tak Mau Sendirian, AS Minta Anggota PBB Transparan Soal Rasisme
Duta Besar Amerika untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Jenewa, Andrew Bremberg, meminta anggota organisasi internasional tersebut ikut transparan soal rasisme. Hal tersebut menyusul permintaan delegasi Afrika agar ada debat soal rasisme dan kekerasan Kepolisian di Amerika.
Bremberg menjelaskan, pemerintahannya tidak menutup-nutupi bahwa rasisme terjadi di dalam tubuh Kepolisian Amerika dan reformasi dibutuhkan sebagai solusinya. Namun, dirinya tidak ingin hanya Amerika saja yang bersikap terbuka soal adanya masalah rasisme sistemik.
"Sebagai pemimpin dalam hal advokasi untuk hak asasi manusia, kami meminta pemerintahan negara-negara lain untuk ikut menunjukkan transparansi dan akuntabilitas yang sama dengan Amerika," ujar Bremberg sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 17 Juni 2020.
Sebagaimana diketahui, Amerika tengah menjadi sorotan akibat kasus kekerasan oleh Kepolisian. Dua warga kulit hitam meninggal dalam waktu berdekatan karena kekerasan oleh Kepolisian. Mereka adalah George Floyd dan Rayshard Brooks.
George Floyd adalah warga kulit hitam asal Minneapolis, Minnesota yang meninggal setelah lehernya ditindih oleh Kepolisian setempat. Sementara itu, Rayshard Brooks adalah warga kulit hitam asal Atlanta yang tewas ditembak Kepolisian setempat karena mencoba kabur.
Kematian keduanya memicu unjuk rasa berbagai gerakan, terutama Black Lives Matter dan Defund The Police. Pemerintah Amerika meresponnya dengan menjanjikan reformasi Kepolisian. Presiden Amerika Donald Trump bahkan sudah meneken perintah eksekutif soal itu pada hari Rabu kemarin.
Walau sudah menjanjikan reformasi, hal itu tidak mencegah pengusutan lebih lanjut di PBB. Negara-negara Afrika telah melobi Dewan HAM PBB untuk menggelar sesi tanya soal penyelesaian rasisme sistemik dan kekerasan Kepolisian, terutama di Amerika. Resolusi disiapkan untuk itu.
Bremberg berkata, Amerika tidak keberatan untuk memberikan keterangan. Namun, ia mengingatkan, rasisme juga terjadi di negara lain. Salah satunya, Ia menggunakan referensi diskriminasi terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, Cina.
ADVERTISEMENT
"Negara lain menjalankan kamp konsentrasi untuk etnis minoritas. Ada juga negara yang telah membunuh 1500 pengunjuk rasa," ujar Bremberg menyindir masalah kekerasan di Iran. Baik Cina dan Iran sama-sama musuh Amerika.
Dikutip dari Reuters, seorang sumber mengatakan bahwa delegasi Amerika di PBB melobi Afrika untuk merevisi resolusi mereka. Harapannya, resolusi tersebut menjadi tidak terlalu memojokkan Amerika dan lebih menekankan pencarian fakta.
https://dunia.tempo.co/read/1354783/...e/full&view=ok
Bremberg menjelaskan, pemerintahannya tidak menutup-nutupi bahwa rasisme terjadi di dalam tubuh Kepolisian Amerika dan reformasi dibutuhkan sebagai solusinya. Namun, dirinya tidak ingin hanya Amerika saja yang bersikap terbuka soal adanya masalah rasisme sistemik.
"Sebagai pemimpin dalam hal advokasi untuk hak asasi manusia, kami meminta pemerintahan negara-negara lain untuk ikut menunjukkan transparansi dan akuntabilitas yang sama dengan Amerika," ujar Bremberg sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 17 Juni 2020.
Sebagaimana diketahui, Amerika tengah menjadi sorotan akibat kasus kekerasan oleh Kepolisian. Dua warga kulit hitam meninggal dalam waktu berdekatan karena kekerasan oleh Kepolisian. Mereka adalah George Floyd dan Rayshard Brooks.
George Floyd adalah warga kulit hitam asal Minneapolis, Minnesota yang meninggal setelah lehernya ditindih oleh Kepolisian setempat. Sementara itu, Rayshard Brooks adalah warga kulit hitam asal Atlanta yang tewas ditembak Kepolisian setempat karena mencoba kabur.
Kematian keduanya memicu unjuk rasa berbagai gerakan, terutama Black Lives Matter dan Defund The Police. Pemerintah Amerika meresponnya dengan menjanjikan reformasi Kepolisian. Presiden Amerika Donald Trump bahkan sudah meneken perintah eksekutif soal itu pada hari Rabu kemarin.
Walau sudah menjanjikan reformasi, hal itu tidak mencegah pengusutan lebih lanjut di PBB. Negara-negara Afrika telah melobi Dewan HAM PBB untuk menggelar sesi tanya soal penyelesaian rasisme sistemik dan kekerasan Kepolisian, terutama di Amerika. Resolusi disiapkan untuk itu.
Bremberg berkata, Amerika tidak keberatan untuk memberikan keterangan. Namun, ia mengingatkan, rasisme juga terjadi di negara lain. Salah satunya, Ia menggunakan referensi diskriminasi terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, Cina.
ADVERTISEMENT
"Negara lain menjalankan kamp konsentrasi untuk etnis minoritas. Ada juga negara yang telah membunuh 1500 pengunjuk rasa," ujar Bremberg menyindir masalah kekerasan di Iran. Baik Cina dan Iran sama-sama musuh Amerika.
Dikutip dari Reuters, seorang sumber mengatakan bahwa delegasi Amerika di PBB melobi Afrika untuk merevisi resolusi mereka. Harapannya, resolusi tersebut menjadi tidak terlalu memojokkan Amerika dan lebih menekankan pencarian fakta.
https://dunia.tempo.co/read/1354783/...e/full&view=ok

User telah dihapus memberi reputasi
1
435
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan