Quote:
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropiyono dilaporkan oleh Kesultanan Pontianak ke Polda Kalimantan Barat.
Hendropriyono dipolisikan karena diduga menghina Sultan Hamid II yang kini diusulkan menjadi pahlawan nasional.
Dalam video yang diunggah kanal YouTube Agama Akal TV, Hendropriyono menyebut Sultan Hamid II adalah pengkhianat, bukan pejuang.
“Akhir-akhir ini kan gencar sekali saya menerima WhatsApp, saya kira memviral di WhatsApp, media sosial, tentang pengusulan Sultan Hamid Al Qoadrie, Sultan Hamid dari Pontianak,” ucap Hendropriyono dalam video berdurasi 6 menit 19 detik dengan judul “PENGKHIANAT, Kok Mau Diangkat Jadi PAHLAWAN?”.
“Saya ingatkan kepada generasi penerus bangsa, para kaum muda, jangan sampai tersesat dengan satu usaha polittisasi sejarah bangsa kita, karena Sultan Hamid bukan pejuang bangsa Indonesia,” tegas Hendropriyono.
Hendropriyono lantas menjabarjan defenisi pahlwan nasional. Ia mengatakan yang layak menjadi pahlawan nasional adalahorang yang merebut dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sultan Hamid II, kata Hendropriyono, sama sekali tidak memenuhi kriteria itu.
Menurut Hendropriyono, Sultan Hamid II dulunya adalah tentara KNIL, tentara Belana di Indonesia (Hindia Belanda). Dia pro ke Belanda.
“Sultan Hamid tidak, tidak pro ke Indonesia. Dia pro Belanda, pangkatnya dulu kolonel KNIL, dan dia ditugaskan pernah untuk justru memerangi kita. Ditugaskan ke Jawa Timur, ke Bandung. Di sana coba ditelusuri tulisan dari para ahli sejarah. Para cendekiawan Indonesia yang sahih, yang sah, yang bisa dipercaya. Jangan karena WA yang memviral sekarang ini,” Hendropriyono.
Setelah ditugaskan oleh negara Belanda, dia dinaikkan pangkatnya menjadi jenderal mayor, mayor jenderal, tentara Belanda, dengan jabatan ajudan istimewa dari Ratu Wilhemina, Ratu Belanda.
“Kalau saya tidak berlebihan mengingatkan sejarah atau latar belakang Sultan Hamid II Al Qadrie ini, dia adalah pengkhianat, bukan pejuang, pengkhianat bangsa Indonesia,” tegas Hendropriyono.
Hendropriyono menjelaskan, pada tahun 1950-an ketika rakyat menginginkan menjadi negara kesatuan, Sultan Hamid II tidak happy, tidak senang. Dia ingin Indonesia menjadi negara federalis dengan tetap menjadi Sultan di Pontianak.
“Nah dia ketika ada petualangan seorang bekas Kapten KNIL, yang bernama Raymond Westerling, dia berkomplot sama Westering dan sering ketemu di Hotel Des Indes, dulu waktu saya masih muda itu hotel namanya Des Indes, sekarang Duta Merlin,” pungkas Hendropriyono.
SUMBER
ga peduli dia pernah menjadi tentara KNIL
ga peduli dia mempunyai pangkat di KNIL
yang penting dia keturunan arab
dan rancang/desain lambang negara (ATAS PERINTAH SOEKARNO)
maka dia harus jadi pahlawan nasional
nasbung, serangggg
majikan harus jadi pahlawan nasional

