Ketua Media Center Persaudaraan Alumni (PA) 212, Novel Bamukmi mengomentari fenomena buzzer di media sosial. 

Menurutnya, banyak buzzer yang ia ketahui bekerja menebar kabar bohong atau haoks, fitnah serta mengadu domba antar kelompok. 


"Saya tahu betul buzzer-buzzer itu karena saya banyak di groupnya mereka para buzzer yang memainkan peranan sebagai penyebar hoax dan adu domba," kata Novel kepada netralnews.com, Kamis (17/6/2020). 

Novel menyebut, para buzzer itu tidak mengenal agama, bahkan diduga terpapar paham komunis, sehingga mereka tidak bisa membedakan antara halal dan haram. 

"Tentunya tindakan mereka jelas keharamannya. Akan tetapi buzzer itu tidak kenal agama, jadi mereka tidak tau halal dan haram, yang selama ini mereka kerjakan dan terindikasi terpapar komunis atau setidaknya penganut paham liberalisme yaitu kesesatan atas nama agama," ujarnya. 

"Tugas mereka adalah menyebar fitnah dan memutar balikan fakta yang halal jadi haram yang haq jadi batil serta batil jadi haq," sambung Novel. 

Sekjen Koordinator Bela Islam (Korlabi) ini menambahkan, para buzzer juga menghina ulama yang lurus untuk membangun stigma negatf dan ujaran kebencian terhadap ulama di media sosial. 

"Mereka juga melakukan penghinaan terhadap ulama yang lurus dan itu target mereka untuk memberikan stigma negatf kepada ulama dan ujaran kebencian di media elektronik," tutur Novel. 

"Dan itu secara continue tidak pernah berenti boleh dikatakan seperti akun robot karena rutin ada yang setiap jam ada yang serengah jam bahkan ada setiap 15 menit di hina dan buli ulama dari tahun 2016 sampai saat ini yang sudah sangat dikondisikan," sambungnya. 

Meski demikian, lanjut Novel, para buzzer itu tidak ditindak aparat lantaran mereka diduga merupakan kaki tangan penguasa. 

"Namun karena mereka jongos penguasa maka buat buzzer-buzzer itu kebal hukum. Buzzer ini tentunya dari kelompok penguasa bahkan diduga memang sebagai buzer Istana," pungkas Novel. 

 

Buzzerp dungu, bucin istana pliharaan jokoflok