Kaskus

News

NeverSayGGAvatar border
TS
NeverSayGG
Negara Asia Tenggara Mulai Tak Percaya China
Banyak dari negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina, tak mempercayai niat China dalam memberikan pinjaman terkait inisiatif ambisius Presiden Xi Jinping, Belt and Road alias Jalur Sutra Baru. Mereka pada umumnya khawatir terjatuh dalam jebakan utang tak berkesudahan, dan cemas bahwa China akan meningkatkan pengaruhnya di kawasan itu.

Negara-negara Asia Tenggara, di antara beberapa penerima manfaat terbesar dari investasi China, tidak mempercayai Beijing dan percaya bahwa pemerintah mereka harus berhati-hati ketika bernegosiasi tentang Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road) unggulan Presiden China Xi Jinping.

Jatuh ke dalam perangkap utang yang tidak berkesudahan adalah kekhawatiran dari 70 persen responden yang tidak sepenuhnya percaya pada inisiatif China.

Survei yang dirilis Senin (7/1) oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute, mensurvei 1.008 responden dari sepuluh negara dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang diambil dari pemerintah, komunitas akademik dan bisnis, masyarakat sipil dan media.

Ketidakpercayaan dan dorongan untuk berhati-hati ini terasa paling kuat di Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Mayoritas negara Asia Tenggara percaya minat China yang meningkat pada daerah itu akan menempatkan wilayah itu di bawah pengaruh China yang terlalu besar, dan berisiko jatuh ke dalam jebakan utang abadi, yang pada akhirnya akan merugikan mereka dalam jangka panjang.

Mereka melihat inisiatif itu sebagai alat untuk mengendalikan mereka di Asia, demi keuntungan China sendiri, dengan kurang dari satu dari 10 negara melihat China sebagai “kekuatan yang ramah dan baik hati,” dan hampir setengahnya mengatakan Beijing memiliki “niat untuk mengubah Asia Tenggara untuk masuk dalam lingkaran pengaruhnya.”

Sebuah laporan tahun 2018 menemukan Malaysia telah menjadi penerima manfaat terbesar dari diplomasi keuangan raksasa ekonomi di kawasan Asia Timur Pasifik selama 16 tahun. Selama periode ini, Beijing menghabiskan sekitar $48 miliar untuk diplomasi keuangan di wilayah tersebut.

Sejak menjabat, perdana menteri baru Malaysia, Mahathir Mohamad, telah membatalkan proyek Belt and Road senilai $22 miliar di negara itu, termasuk jalur East Coast Rail, dan dua jaringan pipa gas alam. Utang negara yang melonjak disebut sebagai alasannya.

Mahathir mengatakan pada Agustus Malaysia tidak bisa membayar kembali uang itu dan menuduh China menjalankan “versi baru kolonialisme.”

Burma (Myanmar) juga berupaya mengurangi proyek pelabuhan senilai $7 miliar di negara bagian Rakhine yang bermasalah, lagi-lagi karena dikhawatirkan melibatkan terlalu banyak utang bagi negara untuk membayar. Mencapai kompromi, keduanya menandatangani perjanjian pada bulan November untuk melanjutkan proyek dengan pengurangan biaya $1,3 miliar pada tahap awal.

Sumber
Diubah oleh NeverSayGG 16-06-2020 12:48
tepsuzotAvatar border
nona212Avatar border
soljin7Avatar border
soljin7 dan 2 lainnya memberi reputasi
1
1.1K
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan