Quote:
Peneliti media sosial dari Drone Emprit Ismail Fahmi mengungkapkan analisis yang membuat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menurun. Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia, elektabilitas Anies turun dari 12,1 persen pada Februari 2020 menjadi 10,4 persen pada Mei 2020. Fahmi menyebut, salah satu faktor turunnya elektabilitas Anies karena sentimen negatif yang muncul di media sosial, khususnya yang berkaitan dengan isu penanganan pandemi Hal ini berdasarkan analisis media sosial yang dilakukan Drone Emprit bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada periode 9 Mei-8 Juni 2020. Menurut Fahmi, dalam 75 tanda pagar (tagar) terkait Anies Baswedan, cukup banyak yang menyerang dan terbilang dominan. “Salah satunya #bansosboncoswanabud, #PSBBAniesGagalTotal. Artinya top hashtag (tagar), narasi besar itu bukan dari pendukung Anies, tapi dari mereka yang menyerang,” kata Fahmi dalam diskusi virtual bertajuk Dinamika Baru Elektoral, Bagaimana Menurut Riset Big Data, Selasa (16/6/2020). Fahmi menyebut, dalam satu bulan terakhir, tercatat ada 361.329 unggahan di Twitter, Facebook, Instagram, dan Youtube yang menyebut nama Anies Baswedan. Jumlah tersebut sebenarnya jauh lebih besar dibandingkan dua pemimpin daerah lain, yakni Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (93.100) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (109.389) Namun, berdasarkan sentimen yang diukur,tingkat kesukaan warganet terhadap Anies adalah yang paling rendah, yakni hanya 31 persen. Sedangkan kesukaan pada Ridwan Kamil 54 persen dan Ganjar Pranowo 53 persen. Fahmi menilai tingkat kesukaan yang tinggi pada Ridwan Kamil dan Ganjar ini yang membuat elektabilitas keduanya naik berdasarkan survei Indikator. Elektabilitas Ganjar pada Mei sebesar 11,8 persen, naik 2,7 persen dibandingkan Februari. Begitu juga elektabilitas Ridwan Kamil naik dari 3,8 persen pada Februari menjadi 7,7 persen pada Mei. "Popularitas serta konstruksi citra memang merupakan elemen penting dalam elektabilitas," kata Fahmi. Baca juga: Survei: Masalah Banjir DKI jadi Penyebab Elektabilitas Anies Anjlok Direktur LP3ES Fajar Nursahid menyebut sentimen negatif terhadap Anies di media sosial tak terlepas dari sisa-sisa polarisasi pasca pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Kendati demikian, Fajar menyebut, sentimen negatif di media sosial tersebut belum tentu berdampak negatif bagi Anies. “Artinya kalau ini bisa dipakai dengan baik, dikapitalisasi, ini bisa menjadi senjata,” kata Fajar.
https://nasional.kompas.com/read/202...s-anies-turun
ini penyebab elektabilitas wan abud turun:
-katanya nolak reklamasi eh terbitin 1000 imb
-katanya DP0 buat UMR ternyata rumah lapis(susun) buat gaji 7 juta
-katanya ga bakal gusur taunya gusur di sunter
-katanya transparan tp qlue ama balai kota di tutup
-mainin anggaran aibon
-kali bau tutup waring
-potong anggaran banjir 500M
-ngurangin pasukan orange
-rumah di bawah 1M skrg bayar PBB
-naturalisasi ama vertical drainage ga jlas konsepnya
-OKE OCE ga jlas hasilnya
-ngangkat napi penipuan jd dirut transjakarta
-nebang pohon di monas tanpa izin TACB malsuin izinnya di surat resmi
-warga ga bisa BAB disuruh BAB di rumah tetangga
-mecat orang lewat WA doank
-TIM direvitalisasi ga koordinasi dengan seniman
-banjir berkali2 di 2 bulan 2020
-jakarta jadi kota dengan polusi tertinggi di dunia pas 2019
-bikin RSCM kebanjiran(gubernur sblumnya ga pernah)
-angka positif covid DKI tertinggi di Indonesia
-bansos kacau balau pendataannya dan budgetnya ga jelas trus katanya senilai 150k dipotong biaya kirim, katanya tiap minggu taunya skali doank
-APBD DKI defisit sblon corona, trus stlah corona turun 50%
-TGUPP ga potong THR , bansos Ormas jalan, PNS pemda potong gaji dan THR, dia sndiri ga potong gaji dan operasional
-gayanya pgn lockdown eh PSBB aja ga jalan , pasar tanah abang ama jatinegara masih rame