Masih ingat tren Pada tahun 2019 kemaren, yaitu INDONESIA DARURAT STUNTING , di mana Prevalensi stunting di Indonesia memprihatinkan.

WHO menetapkan batasan masalah gizi  tidak lebih dari 20%. Faktanya yang ada di Indonesia, keadaan stunting pada balita berada pada angka 35,6 persen. Hal ini menandakan sudah melebihi batas toleransi WHO. Karenanya Indonesia termasuk dalam negara yang memiliki masalah kesehatan masyarakat.

Anak stunting (bertubuh pendek) merupakan indikasi kurangnya asupan gizi, baik secara jumlah maupun kualitas yang tidak terpenuhi sejak bayi bahkan sejak dalam kandungan.

Tentu hal ini menjadi beban berat bagi bangsa Indonesia. Masa depan bangsa Indonesia lahir dari generasi yang sehat. Hal ini menjadi suatu aset yang berharga bagi bangsa Indonesia, yang mana peran generasi saat ini adalah penentu dimasa yang akan datang.

Dengan hal ini, tentu bangsa Indonesia perlu merawat generasi masa kini agar menjadi generasi yang mampu berkarya dan bersaing dengan negara-negara lain

Permasalahannya sejak Pemerintah menetapkan Wabah Corona Virus atau Covid-19 sebagai Bencana Nasional. Yang diumumkan pada tanggal 14 maret 2020. dan di putuskan pembatasan sosial berskala besar sebagai opsi atasi dampak covid-19. Semua aktifitas berkumpul atau membuat keramaian di larang oleh pemerintah. Termasuk imbasnya dalam pelaksaan kegiatan posyandu. Sehingga kegiatan pengukuran tinggi badan dan berat badan yang bertujuan untuk mengetahui status gizi balita, yang biasanya di lakukan di posyandu, tidak lagi dapat di laksanakan.
Kalau seperti ini generasi penerus bangsa, tidak lagi terpantu status gizi nya, dari darurat stunting.

Untuk itu saya mengajak semua masyarakat untuk dapat melakukan cek kesehatan gizi secara mandiri, yakni melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan secara mandiri, dan hasil pengukuran tersebut, di laporkan ke petugas kesehatan, sehingga status gizi balita tetap masih terus terpantu.

Adapun langkah agar kegiatan ini dapat berjalan dengan baik