- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Integrasi Sains-Islam dan Implementasinya dalam Pembelajaran Biologi


TS
User telah dihapus
Integrasi Sains-Islam dan Implementasinya dalam Pembelajaran Biologi

Spoiler for founder inovasi pendidikan Indonesia:
Integrasi Sains-Islam pada hakekatnya bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Islam sebagaimana terjadi pada masa-masa ilmuwan Islam hidup di masa lampau. Integrasi Sains-Islam juga merupakan manifestasi penghilangan dikotomi antara agama dengan sains. Pemilahan atau dikotomi antara ilmu agama dengan sains yang disebut ilmu umum, sebenarnya merupakan upaya untuk mengimplementasikan kehidupan yang sekular serta wawasan yang parsial dan bukan holistik. Di dalam pembelajaran Biologi, integrasi Sains-Islam dapat dilakukan dengan dua macam model yakni Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Sumber Inspirasi dan yang kedua Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Sumber Konfirmasi. Kedua model dapat dijalankan secara simultan dalam proses pembelajaran Biologi. Model yang pertama meletakkan Al-Qur’an pada awal pembelajaran sebagai payung pengetahuan atau sumber inspirasi ilmu pengetahuan atau sumber rujukan utama yang selanjutnya dijelaskan oleh berbagai fenomena dalam sains. Sedangkan model yang kedua adalah melakukan analisis kritis/pembahasan fenomena dalam sains, yang kemudian dikonfirmasikan dengan Al-Qur’an, dalam arti temuan dalam sains adalah memperjelas apa yang telah dikermukakan Al-Qur’an.
Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Payung (Sumber Inspirasi) dalam Pembelajaran Biologi
Di dalam hubungan antara Al-Qur’an dengan Sains, sering orang mengemukakan
bahwa Sains seperti Biologi adalah sebagai pembukti kebenaran ayat Al-Qur’an. Pernyataan ini
sebenarnya agak berbahaya, sebab apabila ternyata melalui penelitian Biologi atau Sains
menghasilkan ketidakterbuktian, maka orang bisa murtad karena menganggap Al-Qur’an keliru.
Padahal sebenarnya adalah Sainsnya yang tidak menjangkau apa yang dikemukakan dalam AlQur’an. Oleh karena itu pernyataan bahwa Sains adalah Pembukti Al-Qur’an haruslah diralat
dengan SAINS ADALAH PENJELAS AL-QUR’AN. Jadi kedudukannya hanya sebagai penjelas
apa yang ada dalam Al-Qur’an.
Di dalam integrasi Sains (antara lain Biologi) dengan Islam (dalam hal ini Al-Qur’an), AlQur’an adalah sumber inspirasi. Al-Qur’an harus diletakkan di awal dalam kajian, dan bukan
diposisikan sebagai pembenar pernyataan dalam Sains, sehingga integrasi yang terjadi adalah
dengan mencari-cari atau mencoba-coba menempel-nempelkan ayat Al-Qur’an ke dalam
penjelasan Sains. Beberapa uraian berikut adalah menjelaskan hal ini.
Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Sumber Konfirmasi dalam Pembelajaran Biologi
Pada model ini, setelah pada awal pembelajaran Al-Qur’an ditempatkan sebagai
payung atau sumber inspirasi yang menaungi berbagai fenomena dalam Biologi, maka pada
model ini pembahasan dalam suatu temuan dalam Biologi atau riset Biologi, “dikembalikan”
atau dikonfirmasikan dengan Al-Qur’an. Dengan demikian, analisis dan sintesis dalam Biologi,
tidak pernah lepas dengan apa yang sudah terwahyukan dalam Al-Qur’an.
Sebagai contoh adalah perolehan data tentang Trikoma (rambut pada epidermis daun,
misal daun kedelai) yang memiliki kerapatan berbeda-beda (Gambar 7). Daun yang memiliki
kerapatan trikoma tinggi, maka akan memiliki ketahanan yang tinggi terhadap serangan hama
ulat grayak (Spodoptera sp.) dibandingkan dengan daun dengan kerapatan
trikoma rendah. Bagaimana seandainya Allah s.w.t menciptakan semua daun kedelai dengan
kerapatan trikoma semuanya tinggi? Maka dapat dipastikan tidak ada ulat grayak yang dapat
hidup karena semuanya tidak dapat makan akibat terganggu oleh Trikoma. Sebaliknya apabila
semua daun kedelai memiliki Trikoma dengan kerapatan rendah, maka habislah semua daun
kedelai oleh ulat grayak. Berdasarkan perolehan data ini, kemudian dilakukan analisis
hubungan dengan Q.S. Al-Mulk ayat 3-4 atau ayat Qur’an yang lainnya. Inilah model integrasi
dengan konfirmasi (“dikembalikan”) kepada Al-Qur’an.
Perbedaan yang dimiliki daun kedelai dalam hal kerapatan trikoma, mengisyaratkan kepada
hadits (walaupun lemah) yakni perbedaan itu adalah rahmat, dengan berbeda ini dapat
digunakan untuk melakukan seleksi galur kedelai yang akan ditanam sekaligus sebagai
tindakan pengendalian hayati.
Kesimpulannya adalah
Integrasi Sains-Islam dalam pembelajaran Biologi dapat dilakukan dengan dua macam
model yakni:
(1) Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Sumber Inspirasi, yakni meletakkan Al-Qur’an pada awal
pembelajaran sebagai payung pengetahuan atau sumber inspirasi ilmu pengetahuan atau
sumber rujukan utama yang selanjutnya dijelaskan oleh berbagai fenomena dalam sains.
(2) Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Sumber Konfirmasi, yakni melakukan analisis
kritis/pembahasan fenomena dalam sains, yang kemudian dikonfirmasikan dengan Al;-
Qur’an, dalam arti temuan dalam sains adalah memperjelas apa yang telah dikermukakan
Al-Qur’an.
(3) Kedua model dapat digunakan secara simultan dan bersinergi dalam pembelajaran Biologi.
Penulis adalah ALWI HILIR S.kom founder inovasi pendidikan Indonesia
Diubah oleh User telah dihapus 11-06-2020 23:47






bajier dan 9 lainnya memberi reputasi
-8
2.1K
23


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan