- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Prabowo Lenyap Ditelan Corona, Apa Kabar 2024?


TS
topengski
Prabowo Lenyap Ditelan Corona, Apa Kabar 2024?

Wabah corona belum mau pergi. Tapi, keberadaannya sudah mampu membuat Indonesia sempoyongan. Ribuan orang meninggal, termasuk para tenaga medis yang diberi tugas menyembuhkan.
Dampak sosial dan ekonominya juga kentara. Ribuan buruh di-PHK, pekerja informal kelimpungan. Tapi, syukur alhamdulillah orang-orang Indonesia masih lebih banyak yang tak kekurangan pangan, walaupun ada juga kisah mengiris hati tentang warga yang meninggal karena kelaparan.
Di sisi lain, corona juga telah membuka kotak rahasia yang selama ini tertutup erat di panggung politik nasional, yang isinya adalah benang kusut pola komunikasi politik para pejabat.
Sudah banyak statement-statement mereka yang malah membuat gaduh. Soal beda mudik dan pulang kampung lah, corona is like your wife lah, corona gak bisa masuk indonesia karena izin berbelit-belit lah. Sangat sering, orang-orang dibikin geleng-geleng kepala gara-gara kelakuan mereka.
Barang yang keluar dari mulut para pejabat menjadi bola salju, menggelinding ke sana-kemari, jadi drama opera sabun yang menghibur untuk kelas menengah, dan bikin dada makin sesak buat yang tertimpa musibah.
Ibarat kata, corona mampu mencongkel dempul make up tebal yang selama ini menghiasi wajah penampil di panggung perpolitikan elit negara kita. Sampai-sampai, coreng loreng di wajah para pejabat negara kelihatan jelas.
Tapi, ada juga orang-orang yang makin tenar, Doni Monardo misalnya, bekas Pangdam Siliwangi ini lebih intens muncul di layar TV meskipun tidak sesering Achmad Yurianto yang saban hari mengumumkan data-data pasien COVID-19 sambil ngasih wejangan.
Popularitas Yuri langsung meroket, begitupun reputasinya, meskipun tidak selalu positif. Dia juga pernah tersandung masalah ihwal bual-bual. Kata-katanya soal yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya, pernah dipersoalkan.
Selain Yuri dan Doni, banyak juga pejabat-pejabat lain yang ikut mencuri perhatian, termasuk di antaranya adalah Mahfud M.D dan Luhut Panjaitan. Di awal-awal corona meneror, Mahfud pernah bersilang pendapat tentang status peneyebab kematian pasien corona di Cianjur.
Mahfud juga pernah menyitir kelakar Menko Perekonoian Airlangga Hartarto tentang corona gak bisa masuk indonesia karena izin berbelit-belit. Seolah belum kapok dituding macam-macam akibat kelakrnya itu, dia mengumbar lelucon baru yang lagi-lagi disitir dari menteri lainnya, Luhut Binsar Panjaitan. Isinya "corona is like your wife."
Luhut sendiri, selain lelucon internalnya yang diumbar Mahfud, sempat ikut terseret dalam kontroversi rencana kedatangan 500 TKA China ke Konawe pada Juni atau Juli 2020. Dia menyebut kedatangan mereka bertujuan untuk mempercepat pembangunan smelter.
Selanjutnya Luhut melaporkan Said Didu ke polisi lantaran dianggap melakukan fitnah. Luhut yang juga sempat menjabat sebagai Menhub Ad Interim sempat mengyebut pemerintah tidak melarang mudik meskipun kemudian kebijakan itu dianulir.
Masih seputar kontroversi di panggung politik, ada juga nama Dokter Terawan. Pada akhir Januari, dia pernah meminta masyarakat "Enjoy saja, makan yang cukup," untuk menenangkan masyarakat akan bahaya corona. Manuver penenang lainnya yang kelihatannya malah gagal menenangkan publik adalah anjurannya yang meminta warga tak usah menggunakan masker.
Syahdan, memang tak kelewat melenceng apa yang dikatakan Pak Terawan ini. Tapi jika tujuannya memang untuk menenangkan masyarakat, sepertinya yang terjadi kemudian adalah kebalikkannya.
Terawan, akhirnya lebih sering tak terlihat batang hidungnya selama pandemi menyergap. Popularitasnya kalah saing dengan pembantunya di kementerian, Achmad Yurianto. Padahal sebelum corona menyergap pun pemberitaan kontroversial soal Terawan sudah menyeruak. Penunjukannya sebagai Menkes misalnya, sempat ditentang oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia. Ada juga metode cuci otaknya dalam menyembuhkan penyakit yang bikin heboh.
Setali tiga uang dengan Terawan, ada menteri lain yang sinarnya meredup di tengah kabut wabah. Dia adalah Prabowo Subianto, mantan contender sejati Presiden Jokowi.
Prabowo hanya muncul sekelibat saja di jagat pemberitaan tentang corona. Momen yang bisa dikenang bisa dihitung dengan jari, yaitu tatkala menjemput alat medis dari Tiongkok dan pernyataannya bahwa ia bersaksi bahwa Jokowi berjuang untuk rakyat. Sisanya, misteri belaka. Jikapun ada, momen yang cukup menyita perhatian lainnya adalah ketika video tiktok Prabowo mengisengi ajudannya yang sedang tidur menjadi viral.
Pertanyaan ihwal ke mana perginya Prabowo selama corona rasanya memang wajar mencuat. Sebelum corona menginterupsi pementasan di panggung politik tanah air, Prabowo merupakan salah satu aktor yang paling mencuri perhatian. Di luar jejak historisnya sebagai lawan sengit Jokowi, dia juga didaulat sebagai menteri berkinerja terbaik versi Indo Barometer. Berbeda dengan Terawan yang lenyap dengan didahului banyak kabar kontroversi, Prabowo menutup pertunjukkannya sebagai pemeran utama di panggung politik pracorona dengan prestasi.
Lantas, ke mana saja Prabowo selama pandemi ini? Sekali waktu Danhil Azhar, jubir Prabowo mengatakan Prabowo berkegiatan seperti biasa dan dalam keadaan sehat walafiat.
Soal kenapa dia tidak banyak muncul di media-media saat corona, itu memang hal yang wajar saja. Tupoksi Prabowo sebagai menteri pertahanan tak mengharuskan dia untuk banyak ikut campur dalam perkara penanganan wabah. Kerja penanganan wabah ini, menjadi domain utama kementerian kesehatan dan badan nasional penanggulangan bencana (BNPB) mengingat statusnya telah ditetapkan sebagai wabah.
Jika berkaca pada kasus negara lain, peran kementerian pertahanan memang tidak terlalu dominan dalam penanganan corona. Memang betul ada kementerian pertahanan di beberapa negara yang terlihat lebih terlibat, di Inggris misalnya 20 ribu pasukan militer disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan eskalasi krisis akibat corona, atau di Amerika di mana Pentagon menyiapkan jutaan alat kesehatan dan laboratorium untuk pengetesan corona. Sisanya, negara-negara yang menerapkan lockdown menggunakan tentara mereka untuk membantu distribusi bantuan kepada warga atau berjaga di pos-pos pengaman. Hal itu jugaga dilakukan di Indonesia
Lagipula, di era modern ini, nuansa-nuansa militeristik berlebihan dalam penanganan wabah kesehatan bisa jadi malah menimbulkan gejolak baru. Di Indonesia, banyak juga pihak yang mengatakan bahwa penanganan wabah sedikit banyak menggunakan pendekatan militeristik. Kalau kemenhan maju ke depan, bisa-bisa makin banyak yang curiga dan protes.
Danhil juga sempat mengatakan bahwa alasan lain Prabowo jarang muncul di pemberitaan adalah karena kemenhan bukan leading sector dalam penangana corona. Kalau merujuk pada Danhil, Prabowo berkegiatan seperti biasa. Artinya Prabowo menjalankan tugasnya sebagai menhan. Ngantor, meninjau ini itu, koordinasi sana sini, nandatangan, ngurus sertijab, nandatangan, sertijab, nandatangan, sertijab, dan lain sebagainya.
Sebagian orang mungkin akan berpikir, jangan-jangan Prabowo sedang bekerja di balik layar, lobi sana lobi sini untuk memperkuat pertahanan negara dalam perang melawan corona. Memang betul Prabowo dikabarkan berkontak dengan menhan AS, Tiongkok, dan negara lain. Tapi soal perkara apa yang dibicarakan, tidak diungkap ke publik, selain cuap-cuap bahwa mereka saling mendukung.
Spekulasi ihwal apa yang dilakukan Prabowo bisa terus diurai, misalnya, jangan-jangan dia mengumpulkan informasi intelijen untuk melacak asal muasal pagebluk yang juga mendorong banyak orang mencurigai bahwa wabah ini adalah hasil konspirasi, buatan, atau karena kebocoran laboratorium, yang hingga saat ini tidak dapat dibuktikan. Atau, jangan-jangan Prabowo sengaja menarik diri sebagai taktik politik agar ia dinanti-nantikan dan muncul di saat yang tepat dan dibaptis sebagai semacam messiah oleh publik.
Jika diperpanjang, ada banyak kemungkinan spekulasi yang bisa saja berkembang. Tapi faktanya di saat banyak orang yang justru turun gunung, Prabowo nampaknya malah memilih menjadi petapa agung.
Soal kemungkinan menghilangnya Prabowo sebagai taktik politik, hal tersebut nampaknya malah tidak menguntungkan. Hasil Survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan elektabilitas Prabowo turun menjadi 14,1 persen dari 22,2 persen pada bulan Februari. Tokoh yang justru elektabilitasnya menanjak adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meningkat dari 9,1 persen pada Februari menjadi 11,8 persen pada Mei dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meningkat dari 3,8 persen menjadi 7,7 persen. Kedua gubernur ini memang dinilai memperlihatkan kinerja paling baik dalam menghadapi corona. Tapi, walau turun, elektabilitas Prabowo tetap menjadi yang paling tinggi.

Perkara elektabilitas ini sanagt penting buat Prabowo, apalagi kabar dia masih akan maju sebagai capres pada 2024 sudah menjadi rahasia umum.
Ternyata, langkah Prabowo menjadi orang hilang di tengah hiruk-pikuk penanganan pandemi berdampak negative terhadap elektabilitasnya.
Eh, omong-omong soal orang hilang, ada juga loh orang yang hilangnya lebih lama dari Prabowo, bukan pejabat sih, tapi gak kalah terkenal. Ada juga tersangka suap KPU yang masih aja buron sampai sekarang. Namanya Harun Masiku. Doi belum ketangkep juga sama KPK ala ala New Normal, eh, maksudnya KPK di era New Normal. 



Sumber: https://bit.ly/2UzOpuD
Diubah oleh topengski 11-06-2020 16:07
0
909
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan