- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tidak Ada Istilah "Pasrah Bongkokan" Dalam Pendidikan


TS
sofiayuan
Tidak Ada Istilah "Pasrah Bongkokan" Dalam Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Baik pendidikan formal ataupun non formal.
Anak di jejali dengan beragam program pendidikan agar dapat meraih masa depan yang cerah. Pulang sekolah masih harus mengikuti bimbingan belajar selesai bimbingan belajar harus ngaji. Terus seperti itu kegiatannya sehari-hari.
Apakah hal tersebut buruk?. Tentu tidak karena tujuan serta harapan agar anak bisa menjdai lebih baik dari pada orang tuanya. Tetapi, juga tidak boleh terlalu di tuntut, harus ada sedikit kebebasan. Istilahnya reward bagi yang sukses dengan pencapaian target tersebut, agar semakin semangat belajarnya. Dan panishment bagi yang melanggar peraturan yang telah di sepakati, agar si anak bisa lebih disiplin.
Namun, tak jarang (meski tidak semua) sekarang orang tua suka "pasrah bongkokan" atau ikut apa kata si pendidik Entah guru, ustad ataupun kyainya. Padahal, orang tua juga berperan penting dalam kesuksesan seorang anak.
Dalam 24 jam mungkin sekitar 7 sampai 8 jam mereka dengan para pendidik, selebihnya mereka akan bersama orang tua. Orang tua akan lebih tahu (secara spesifik) bagaimana kelakuan sang anak. Lalu apakah seorang pendidik tidak memiliki tanggung jawab bagaimana muridnya?. Lalu apa guna pendidik?. Jawabannya guru/kyai memang harus memperhatikan muridnya tetapi secara universal. Tak mungkin jika harus memperhatikan satu persatu. Jikalaupun ada, pasti murid yang dalam tanda kutip "belum mampu" untuk melakukan suatu hal sendiri. Karena bisanya butuh pendampingan khusus agar tak tertinggal.
Andaikan orang tua tak mengawasi sang buah hati, bagaimana perkembangannya?. Kemampuan apa yang telah di capainya?. Bagaimana kelakuannya pada orang lain?. Lalu apakah pendidik harus di salahkan jika mereka melakukan sebuah kesalahan?. Tentu tidak, kan!. Semua perlu di telaah lagi. Terkecuali jika mereka melakukan kesalahan di sekolah atau pesantren, maka tanggung jawab di kembalikan pada pendidik. Namun, saat di rumah tanggung jawab juga kembali kepada orang tua.
Anak yang nilainya jelek semisal. Tak jarang orang tua menyalahkan pihak sekolah. Anak yang tak berbudi pekerti baik saat pulang nyantri, kyainya di bawa-bawa. Sebagai orang tua kitapun harus dapat merenungkan kesalahan ini. Sudahkah kita memperhatikan mereka di rumah?. Bagaimana mereka belajar?. Bagaimana kita mengajak buah hati dalam berinteraksi. Hal yang terlihat sepele itulah yang dapat mempengaruhi anak kedepannya.
Contoh lain anak di suruh salat, tetapi orang tua asyik dengan sinetron. Kira-kira anak akan pergi salat atau justru menceramai orang tuanya!. Jawabannya sudah pasti tahu semuakaan!. Orang tua melakukan anak menirukan!.
Untuk itu, harus ada kerja sama antara pendidik dengan orang tua. Sama-sama mengawasi. Guru/kyai mengawasi saat di sekolah atau pesantren. Orang tua mengawasi saat di rumah. Agar cita-cita memiliki anak yang cerdas berintelktual sekaligus bermoral dapat di capai dengan mudah.
Terima kasih dan maaf, tak ada niatan menggurui dalam tulisan ini hanya ingin saling berbagi.
Jangan lupa bahagia dan belajar bersama bisa





Sumber tulisan opini pribadi
Gambar ini
Diubah oleh sofiayuan 05-07-2020 13:25






mbakendut dan 42 lainnya memberi reputasi
43
1.5K
132


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan