Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha mal hingga restoran suah siap dengan konsekuensi penerapan operasi mal dan restoran yang pengunjung dibatasi hanya 50% dari kapasitas akan berdampak pada pendapatan yang anjlok.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan melalukan transisi pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dalam dokumen Pemprov DKI Jakarta, pembukaan transisi fase I, bahwa pasar dan pusat perbelanjaan sudah bisa dibuka bertahap pada pekan ketiga Juni 2020, dan beroperasi dengan kapasitas hanya 50% untuk Senin-Jumat. Sedangkan untuk rumah makan (mandiri) atau restoran dibuka pekan kedua atau mulai 8 Juni 2020.

Direktur PT Sarimelati Kencana Tbk, yang menaungi Pizza Hut Jeo Sasanto mengatakan dengan kondisi operasi masih terbatas maka restoran butuh dukungan para pengelola mal agar memberikan keringanan sewa secara bertahap yang disesuaikan jumlah pengunjung.

"Dengan pengurangan kapasitas 50% serta customer tidak akan kembali langsung seperti semula, bisa dipastikan sales akan anjlok drastis dan pasti resto tidak bisa survive tanpa ada support dari pengelola mal," katanya kepada CNBC Indoensia, Jumat (5/6).

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memastikan pusat-pusat perbelanjaan atau mal di DKI Jakarta akan dibuka mulai 15 Juni 2020, tapi dengan estimasi pengunjung tak penuh.

Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwan mengatakan saat mal-mal mayoritas mulai buka pada 15 Juni, maka tak langsung dipadati oleh para pengunjung. Selain ada ketentuan pembatasan maksimal pengunjung hanya 50%, juga ada tren baru kunjungan orang ke mal saat pandemi.

"Kita sudah survei, dari mal-mal yang masih buka (buka karena toko ritel makanan), orang yang datang ke mal jumlahnya nggak banyak. Ada tren sekarang ini yang belanja ke mal, langsung pulang. Bedanya dulu dan sekarang, orang dulu datang ke mal untuk jalan-jalan. Kalau sekarang selesai belanja, pulang, dulu orang jalan-jalan cuci mata," kata Stefanus kepada CNBC Indonesia, Kamis (4/6).

(hoi/hoi)