- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Kisah Baru dari Sang Pemimpin


TS
DikiRamadhan14
Kisah Baru dari Sang Pemimpin
Halo agan dan sista pembaca setia Kaskus, kali ini aku bakal melanjutkan "Kisah Sang Pemimpin."
Di thread sebelumnya aku sudah menuliskan asal muasal seorang tokoh pemimpin dan sejarah bangsa Melayu Sumatera Selatan, dan ini merupakan lanjutannya.
Berikut tulisannya:
Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa nenek moyang suatu masyarakat biasanya dikaitkan dengan tokoh yang berpengaruh secara global (kelas dunia). Baik yang diceritakan oleh kitab-kitan agama bumi (ardhi) atau yang diberitakan dalam kitab-kitab agama langit (samawi).
Sejarawan Belands O.W. Woltres dalam bukunya "History Culture" mengatakan tokoh "Puyang" tidak hanya milik Sumatera Selatan, namun juga merupakan budaya Asia Tenggara. Apa yang diyakini oleh masyarakat Melayu yang mendiami kepulauan Sumatera dan Semenanjung Malaka umumnya dan khususnya masyarakat Sumatera Selatan, Puyang mereka setidaknya keturunan raja-raja Sriwijaya atau bahkan pendiri kerajaan Sriwijaya sendiri.
Sejarawan sepakat bahwa kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim terbesar yang pernah ada di Nusantara, yang luas wilayahnya seluas Asia Tenggara sekarang. Namun, pakar sejarah tidak sepakat dimana pusat kerajaan tersebut berada. Akan tetapi, mayoritas peneliti yakin bahwa Palembang adalah ibu kota kerajaan Sriwijaya tersebut. Klaim tersebut bukan tanpa ada fakta, banyak kronik China yang menyebutkan bahwa San-Fo-Tsi (Sriwijaya) pusatnya Po-Lin-Fong (Palembang) atau Ku-Kang (Muara Sungai).
Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-4 masehi oleh raja Dapunta Hyang Srijaya Naga yang istananya terletak di bukit Siguntang Mahameru. Sriwijaya mengalami masa keemasan dari abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi dengan raja terkenal Bala Putra Dewa.
(Dapunta Hyang) *gambaran

(Bala Putra Dewa) *gambaran

Sriwijaya pernah memiliki dinasti yang "masyhur" yaitu dinasti Syailendra yang membangun candi Borobudur di Javadwipa (pulau Jawa) tempatnya di Jawa Tengah sekarang. Sriwijaya menjadi salah satu pusat study agama Buddha internasional pada masanya, di masa itu terjadi pendatang besar-besaran dari China ke pusat kerajaan, baik dalam rangka belajar atau hubungan ekonomi.
Seorang Biksu terkenal dari China yang bernama I-Tsing datang ke pusat kerajaan Sriwijaya Palembang dan menetap selama 10 tahun untuk belajar dengan Maha Guru Buddha Syakyakirti. Sriwijaya mengalami masa kemunduran memasuki abad ke-13 masehi dengan berbagai sebab, di antaranya:
- Intrik dalam istana
- Kebijakan politik
- Persaingan pengaruh di lingkungan pejabat tinggi dan tatanan masyarakat antara Melayu, Jawa dan China
- Masuknya agama Islam
- Pengaruh Majapahit yang merasa "memiliki" Sriwijaya
Fakta menarik dari raja-raja Sriwijaya, dari keseluruhan raja-raja yang ada hanya satu raja yang memeluk agama Islam, yakni raja terakhir Sriwijaya. Raja terakhir ini merupakan "Melayu Sejati" masuk agama Islam meninggalkan Palembang, meninggalkan kemasyhuran masa silam dan mengukir sejarah baru dengan mendirikan kerajaan Islam Malaka, dia bernama raja Parameswara.
(Parameswara) *gambaran

Sekian lanjutan "Kisah Sang Pemimpin" kutuliskan, semoga bermanfaat
.



Referensi : Buku Ini Mungkin Sejarah, ditulis oleh Abu Hamzah Asliadi bin Sukni, paman TS sendiri.
Di thread sebelumnya aku sudah menuliskan asal muasal seorang tokoh pemimpin dan sejarah bangsa Melayu Sumatera Selatan, dan ini merupakan lanjutannya.
Berikut tulisannya:
Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa nenek moyang suatu masyarakat biasanya dikaitkan dengan tokoh yang berpengaruh secara global (kelas dunia). Baik yang diceritakan oleh kitab-kitan agama bumi (ardhi) atau yang diberitakan dalam kitab-kitab agama langit (samawi).
Sejarawan Belands O.W. Woltres dalam bukunya "History Culture" mengatakan tokoh "Puyang" tidak hanya milik Sumatera Selatan, namun juga merupakan budaya Asia Tenggara. Apa yang diyakini oleh masyarakat Melayu yang mendiami kepulauan Sumatera dan Semenanjung Malaka umumnya dan khususnya masyarakat Sumatera Selatan, Puyang mereka setidaknya keturunan raja-raja Sriwijaya atau bahkan pendiri kerajaan Sriwijaya sendiri.
Sejarawan sepakat bahwa kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim terbesar yang pernah ada di Nusantara, yang luas wilayahnya seluas Asia Tenggara sekarang. Namun, pakar sejarah tidak sepakat dimana pusat kerajaan tersebut berada. Akan tetapi, mayoritas peneliti yakin bahwa Palembang adalah ibu kota kerajaan Sriwijaya tersebut. Klaim tersebut bukan tanpa ada fakta, banyak kronik China yang menyebutkan bahwa San-Fo-Tsi (Sriwijaya) pusatnya Po-Lin-Fong (Palembang) atau Ku-Kang (Muara Sungai).
Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-4 masehi oleh raja Dapunta Hyang Srijaya Naga yang istananya terletak di bukit Siguntang Mahameru. Sriwijaya mengalami masa keemasan dari abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi dengan raja terkenal Bala Putra Dewa.
(Dapunta Hyang) *gambaran

(Bala Putra Dewa) *gambaran

Sriwijaya pernah memiliki dinasti yang "masyhur" yaitu dinasti Syailendra yang membangun candi Borobudur di Javadwipa (pulau Jawa) tempatnya di Jawa Tengah sekarang. Sriwijaya menjadi salah satu pusat study agama Buddha internasional pada masanya, di masa itu terjadi pendatang besar-besaran dari China ke pusat kerajaan, baik dalam rangka belajar atau hubungan ekonomi.
Seorang Biksu terkenal dari China yang bernama I-Tsing datang ke pusat kerajaan Sriwijaya Palembang dan menetap selama 10 tahun untuk belajar dengan Maha Guru Buddha Syakyakirti. Sriwijaya mengalami masa kemunduran memasuki abad ke-13 masehi dengan berbagai sebab, di antaranya:
- Intrik dalam istana
- Kebijakan politik
- Persaingan pengaruh di lingkungan pejabat tinggi dan tatanan masyarakat antara Melayu, Jawa dan China
- Masuknya agama Islam
- Pengaruh Majapahit yang merasa "memiliki" Sriwijaya
Fakta menarik dari raja-raja Sriwijaya, dari keseluruhan raja-raja yang ada hanya satu raja yang memeluk agama Islam, yakni raja terakhir Sriwijaya. Raja terakhir ini merupakan "Melayu Sejati" masuk agama Islam meninggalkan Palembang, meninggalkan kemasyhuran masa silam dan mengukir sejarah baru dengan mendirikan kerajaan Islam Malaka, dia bernama raja Parameswara.
(Parameswara) *gambaran

Sekian lanjutan "Kisah Sang Pemimpin" kutuliskan, semoga bermanfaat

Referensi : Buku Ini Mungkin Sejarah, ditulis oleh Abu Hamzah Asliadi bin Sukni, paman TS sendiri.
Diubah oleh DikiRamadhan14 30-05-2020 17:39






zatilmutie dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2K
18


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan