Kaskus

Entertainment

putramelankolisAvatar border
TS
putramelankolis
Malam Ramadhan Hampir Dipenjara Gara-Gara Usilin Rumah Warga
Malam Ramadhan Hampir Dipenjara Gara-Gara Usilin Rumah Warga
Bismillah,
Assalamu'alaikum warrokhmatullohi wabarokatuh.

Spoiler for Judul:


Ini cerita ane waktu masih zaman jahiliah. Tepatnya 5 tahun yang lalu. Waktu itu ane masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, masa di mana bangor-bangornya ane.

Setelah selesai sholat tarawih berjamaah, ane sama temen-temen biasanya main petak umpet. Kalau di tempat ane tuh petak umpetnya nggak main-main. Serius banget, sampe kadang-kadang mau ribut, padahal gegara kena dan disuruh jaga doang. Kenapa? Karena, sekalinya jadi penjaga, lu bakalan ditinggalin ke tempat jauh, bisa ampe ke luar kota, ya nggak lah. Biasanya sih yang jaga bakalan ditinggal sampe ke kampung sebelah. Tega nggak tuh?

Maka dari itu, ketika lu jadi penjaganya nih, bakalan ngenes banget. Serasa lu tuh jadi korban ketidakadilan.

"Eh, ganti acara yok!" Ajak Mas Yanuar.
"Acara apa mas? Kok tiba-tiba banget?" Tanya ane.
"Iya nih, lumayan rame loh ini, jarang-jarang petak umpet banyak yang ikut." Sahut beberapa teman.
"Udah, ngikut aja." Mas Yanuar berusaha meyakinkan kami.

Ane, Ricky, dan Okky. Persahabatan yang masih bertahan. Ikut di komplotan kurang kerjaan di malam ramadhan. Ya namanya bocah, kalau udah ada temen banyak dan pada asik ya pokoknya ikut gitu aja. Nggak tahu acara mau dibawa kemana, yang penting gass!

Sebenernya ane udah curiga, dari tampang-tampangnya si Mas Yanuar, salah satu yang paling tua di komplotan kami. Masih ada 2 lagi sebetulnya, Mas Doni dan Mas Rio. Tapi, yang paling mengepalai waktu itu adalah Mas Yanuar. Seperti ada ketidak beresan dari tampang semangatnya mengadakan acara malam itu.

"Udah lu bawa kan semuanya?" Bisik Mas Yanuar ke Mas Doni.
"Udah kok Yan, banyak nih. Yakin lu?" Tanya Mas Doni.
"Iya Yan, lu yakin? Emang target lu siapa kali ini?" Mas Rio nimbrungin pertanyaan.

Para pemuda kepala yang merencana, sementara ane sama bocah-bocah yang lain lagi asik ngobrol-ngobrol sembari maenin sarung yang dilipet-lipet kayak pecut. Bukan buat mecutin kuda yak, buat mecutin tembok. Biasanya sih pada ngadu siapa tuh yang paling kenceng suaranya, pernah ngelakuin hal ini?

"Oke, kali ini kita akan menyusuri rumah warga. Tapi, tujuan kita hari ini adalah rumah pak W****." Tegas Mas Yanuar sambil menentengkan kresek hitam berisi entah apa.
"Mau ngapain mas?" Tanya Okky.
Mas Yanuar adalah kakak ponakannya si Okky.
"Biasa, kita akan ngerjain rumah orang lagi, kayak kemarin-kemarin." Jelas Mas Yanuar.
"Tapi,...." Sambungnya.
"Tapi?" Tanya polos si Ricky.
"Tapi, rumah yang kita sasar malam ini adalah rumah seorang mantan veteran."
"W*anjay." Gumam ane dalam hati.

Meskipun ane waktu itu belum terlalu ngeh apa itu veteran, setidaknya pernah denger-denger kalau itu berkaitan dengan seorang pejuang (pelajaran sekolah).

"Ayo Yan, keburu malem. Kasihan yang bocil-bocil tuh." Sahut Mas Rio.
"Bocil-bocil yang masih sd, suruh pulang aja Yan." Lanjut Mas Doni.
"Oke."
"Cah, yang masih sd silahkan pulang ke rumah masing-masing. Buruan, nggak usah protes." Lanjut Mas Yanuar.
"Huuuuuu, nggak adil!" Teriak bocil-bocil sd.

Pernyataan itu seakan jadi semangat, seakan jadi perangkap. Pikir ane. Entah yang lain gimana.

Setelah selesai dalam tahap penyeleksian, kami pun berangkat dari titik kumpul biasanya (halaman masjid). Sempat ada yang dicegah sama orang tuanya, disuruh supaya nggak ikut komplotan. Tapi, karena gengsi dong, dia tetep ikut.

Rumah Pak W**** letaknya ada di rt sebelah, lumayan sih jaraknya kalau diukur. Tapi, kalau udah bareng-bareng begini ya nggak kerasa.

Di sepanjang jalan, tugas dibagikan pada tiap-tiap orang. Mulai dari pengawas, pengeksekusi, dan penyapu. Dan apesnya, si sahabat yang tetap bertahan alias ane, okky, dan ricky. Kebagian jadi pengeksekusi. Sempat terbesit ragu, soalnya waktu tahu kalau rumahnya itu ada di dalam perumahan ya meskipun bukan komplek, tapi seperti ada rasa-rasa yang ngeganjel. Aman gak ya, jangan-jangan digebukin warga ntar. Nah ini nih...

Singkat cerita kami udah ada di TKP. Sesuai rencana, si para kepala perencana jadi pengawas, sahabat bertahan jadi pengeksekusi, dan tiga bocah lainnya jadi penyapu (lebih tepatnya penonton, nggak guna bet kerjaannya cuma ngabisin jatah jajan). Kebetulan setiap kami melakukan aksi, selalu sediaiin tuh cemilan penyemangat.

Sahabat bertahan dibekalin sekotak mercon korek (sebutannya). Yang paling depan waktu itu ane, disusul okky dan ricky. Apes banget, depan sendiri. Makin nggak enak perasaan ane waktu itu, padahal di awal ane semangat banget. Kapan lagi bisa seru-seruan kayak gini.

"Siap?" Toleh ane ke arah okky dan ricky sambil ngendap-ngendap dari seberang jalan.
"Siappp!" Jawab mereka.

*ccessssss
Serangan serentak pertama sukses mendarat di depan pintu rumah.

*duarrrrr
Kami pun lari ke titik awal (seberang jalan) rumah Pak W****.

Rasanya tuh beneran puas banget, apalagi tahu kalau si pemilik rumah keluar. Pak W**** mantan veteran yang umurnya 70an, kira-kira. Parah bet kan yak? Ya maklum bocah ganggu.

Rencana serangan akan diluncurkan sebanyak 3x. Sialnya, ketika kami mulai ngendap-ngendap di serangan yang ketiga, kami ketahuan warga yang kebetulan lewat naik motor.

"Woy bocah! Ngapain lu?! Wah gue laporin polisi nih!"
"Anak mana lu?!" Lanjut si warga.

Dan, setelah ane balik badan berusaha lari ke arah tim, ane nggak nemuin si tim pengawas dan penyapu. Kan, kurang ajar emang.

Spontan kami langsung lari sekenceng-kencengnya. Ternyata si warga yang mergokin kami, nguber sampai masuk ke gang. Beruntung si sahabat bertahan punya kemampuan lari kayak eyeshield 21 (anime). Jadi, gak bakal ketangkep. Cuma, posisinya kami masuk ke wilayah yang entah di mana. Tapi gpp, yang penting aman dulu.

Dengan nafas yang tersenggal-senggal dan ngos-ngosan, kami menyusuri jalan. Ternyata udah balik di kampung halaman. Syukur alhamdulillah. Parahnya, si tim pengawas dan penyapu udah ada di tempat.

"Mas, edan sih ini. Kok tega banget kami ditinggalin." Ane buka suara.
"Ya abisnya lu tahu sendiri kan? Kalau yang kenceng larinya cuma kalian?" Jawab Mas Yanuar.

Iya juga sih ya, memang sih para kepala perencana tuh tinggi-tingi, jangkah kakinya panjang, cuma ya tetep aja lambat.

Berakhirlah malam ramadhan dengan fenomena yang menengangkan. Dan....

Besok, setelah selesai sholat tarawih berjamaah. Ada wara-wara pencarian komplotan pemuda yang meresahkan warga rt **.

*Deggg
Mati aku! Wah urusannya ribet nih pasti kalau sampai ketahuan.

Ditambah lagi, warga yang kemarin nguber ane sama temen-temen, survei ke rt ane. Mati mati! Ane sama temen-temen sempet ditanyain, dan spontan jawab nggak tahu, gegara nggak pengen urusan sama polisi. Syukur alhamdulillah, si warga tersebut percaya tanpa penyangkalan yang berarti.

Akhirnya, sejak saat itu tradisi nyala mercon di perkampungan ditiadakan. Makannya, nggak heran kalau sampai sekarang di kampung ane nggak ada lagi bocah-bocah yang malemnya berkeliaran kayak ane dulu. Bar-bar bukan? Wkwkwkwk.

So, buang negatifnya dan ambil positifnya. Emang ada positifnya? Ada, jangan lakuin ini tanpa pengawasan orang yang ahli, jadiin pelajaran. Wkwkwk.

Mungkin segitu cerita rutinitas kami, pemuda kurang kerjaan di malam ramadhan. Fyi, setelah itu kami tobat setobat-tobatnya. Mulai aktif tadarus, sholawatan, dll. Nggak ada lagi keliaran.

Malam ramadhan kalian gimana gan sist? emoticon-Sundulemoticon-Sundulemoticon-Sundul
Diubah oleh putramelankolis 20-05-2020 02:46
S.e.m.e.d.iAvatar border
devilkillmsAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
599
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan