- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tiap Bulan Merugi Rp600 Juta, PT Trans Continent Hengkang dari KIA Ladong


TS
dispenserr
Tiap Bulan Merugi Rp600 Juta, PT Trans Continent Hengkang dari KIA Ladong
PT Trans Continent, investor pertama yang melakukan ground breaking (peletakan batu pertama) di Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, Sabtu (31/8/2019), pada Jumat (15/5/2020) menarik seluruh alat kerja yang sudah enam bulan ditempatkan di Kawasan Industri “Abunawas” tersebut.
Setiap bulan perusahaan kaliber internasional yang dibangun oleh putra Aceh Ismail Rasyid, harus merugi Rp600 juta. Total investasi yang telah ia curahkan ke sana Rp30 miliar, termasuk pengadaan alat berat yang dibeli baru untuk menunjang rencana bisnis di Serambi Mekkah.
“Saya mundur dari KIA Ladong. Pemerintah Aceh melalui PT PEMA tidak memiliki komitmen yang jelas. Mereka tidak bergerak sama sekali. Sejak datang ke sana [KIA) Ladong], kami tidak bisa bekerja,” ujar Ismail Rasyid, Sabtu (16/5/2020).
Manajemen Trans Continent keluar dari KIA Ladong. Semua alat berat yang ditempatkan di sana, ditarik keluar, Jumat (15/5/2020). [Ist]
KIA Ladong, menurut Ismail Rasyid yang merupakan CEO PT Trans Continent, tidak layak disebut kawasan industri. Pemerintah Aceh hanya membangun pagar depan dan gerbang. Selain pagar yang tidak dibangun mengelilingi KIA, sistem drainase juga sangat buruk. Air bersih tidak tersedia serta listrik juga belum mencukupi.
Penerangan di sana tidak tersedia lazimnya kawasan industri yang digarap serius. Investor dalam hal ini Trans Continent, seperti memasuki kawasan bebas yang tidak dikelola oleh manusia yang berpemerintahan.
“KIA Ladong itu kawasan pengembalaan lembu masyarakat. Tidak ada pagar. Kan sangat luar biasa, kawasan yang diklaim sebagai Kawasan Industri Aceh yang digadang-gadang dengan cita-cita besar, hingga saat ini masih bertahi lembu,” kata Ismail.
Tidak bagusnya sistem drainase, juga membuat lahan yang sudah disiapkan dengan baik oleh Trans Continent kembali rusak karena tergenang air.
Selain itu, pekerja Trans Continent juga diganggu oleh oknum-oknum yang dikelola pihak tertentu. Sopir dilarang keluar masuk KIA di malam hari. “Kan aneh, kami yang beraktivitas di sana, diganggu kelompok-kelompok liar di KIA. Setiap hari kami juga harus membeli air bersih,” kata Ismail.
Dengan sistem drainase yang buruk, lahan yang sudah dimatangkan oleh Trans Continent, kembali digenangi air.
Perihal sewa menyewa lahan juga belum selesai. Sampai saat ini PEMA belum menerbitkan mekanisme penyewaan lahan. “Tidak jelas sama sekali mekanisme sewa menyewa.”
PEMA Tak Miliki Komitmen
Selain perihal fasilitas yang memang belum ada apa-apanya, komunikasi dengan PT PEMA yang ditunjuk oleh Pemerintah Aceh juga tidak memiliki kemajuan, bila tidak etis disebut sangat buruk. Surat Trans Continent yang dikirim menyampaikan keluhan, sangat lama direspon.
Dalam surat itu Ismail Rasyid menyampaikan kepada Direktur Utama PT PEMA bahwa sejak enam bulan lalu alat-alat kerja yang ia investasikan ke sana belum bisa bekerja. Namun pihaknya harus tetap membayar cicilan plus overhead untuk operasional untuk Trans Continent Cabang Aceh sebesar 600 juta rupiah tiap bulan. Ditambah depresiasi dan kerusakan alamiah yang terjadi karena faktor lingkungan.
Juga perihal KIA yang belum memiliki kemajuan apapun sejak Trans Continent melakukan ground Breaking pada Agustus 2019.
Menyikapi keluhan PT Trans Continent, PT PEMA melalui suratnya menyatakan komitmen akan menyelesaikan semua persoalan itu paling lambat 4 Juni 2020. Akan tetapi, ketika tim Trans Continent kembali tiba dua hari lalu, tak ada perkembangan apapun di sana.
“Tidak ada perkembangan apapun di sana. Akhirnya dengan pertimbangan matang, saya pun keluar dari KIA Ladong. Mereka belum siap mengelola kawasan industri.
Direktur Utama PT PEMA Zubir Sahim yang dihubungi aceHTrend tidak mengangkat telepon. WA yang dikirim, hingga berita ini tayang, tidak dibalas. []
https://www.acehtrend.com/2020/05/16...ri-kia-ladong/
Setiap bulan perusahaan kaliber internasional yang dibangun oleh putra Aceh Ismail Rasyid, harus merugi Rp600 juta. Total investasi yang telah ia curahkan ke sana Rp30 miliar, termasuk pengadaan alat berat yang dibeli baru untuk menunjang rencana bisnis di Serambi Mekkah.
“Saya mundur dari KIA Ladong. Pemerintah Aceh melalui PT PEMA tidak memiliki komitmen yang jelas. Mereka tidak bergerak sama sekali. Sejak datang ke sana [KIA) Ladong], kami tidak bisa bekerja,” ujar Ismail Rasyid, Sabtu (16/5/2020).
Manajemen Trans Continent keluar dari KIA Ladong. Semua alat berat yang ditempatkan di sana, ditarik keluar, Jumat (15/5/2020). [Ist]
KIA Ladong, menurut Ismail Rasyid yang merupakan CEO PT Trans Continent, tidak layak disebut kawasan industri. Pemerintah Aceh hanya membangun pagar depan dan gerbang. Selain pagar yang tidak dibangun mengelilingi KIA, sistem drainase juga sangat buruk. Air bersih tidak tersedia serta listrik juga belum mencukupi.
Penerangan di sana tidak tersedia lazimnya kawasan industri yang digarap serius. Investor dalam hal ini Trans Continent, seperti memasuki kawasan bebas yang tidak dikelola oleh manusia yang berpemerintahan.
“KIA Ladong itu kawasan pengembalaan lembu masyarakat. Tidak ada pagar. Kan sangat luar biasa, kawasan yang diklaim sebagai Kawasan Industri Aceh yang digadang-gadang dengan cita-cita besar, hingga saat ini masih bertahi lembu,” kata Ismail.
Tidak bagusnya sistem drainase, juga membuat lahan yang sudah disiapkan dengan baik oleh Trans Continent kembali rusak karena tergenang air.
Selain itu, pekerja Trans Continent juga diganggu oleh oknum-oknum yang dikelola pihak tertentu. Sopir dilarang keluar masuk KIA di malam hari. “Kan aneh, kami yang beraktivitas di sana, diganggu kelompok-kelompok liar di KIA. Setiap hari kami juga harus membeli air bersih,” kata Ismail.
Dengan sistem drainase yang buruk, lahan yang sudah dimatangkan oleh Trans Continent, kembali digenangi air.
Perihal sewa menyewa lahan juga belum selesai. Sampai saat ini PEMA belum menerbitkan mekanisme penyewaan lahan. “Tidak jelas sama sekali mekanisme sewa menyewa.”
PEMA Tak Miliki Komitmen
Selain perihal fasilitas yang memang belum ada apa-apanya, komunikasi dengan PT PEMA yang ditunjuk oleh Pemerintah Aceh juga tidak memiliki kemajuan, bila tidak etis disebut sangat buruk. Surat Trans Continent yang dikirim menyampaikan keluhan, sangat lama direspon.
Dalam surat itu Ismail Rasyid menyampaikan kepada Direktur Utama PT PEMA bahwa sejak enam bulan lalu alat-alat kerja yang ia investasikan ke sana belum bisa bekerja. Namun pihaknya harus tetap membayar cicilan plus overhead untuk operasional untuk Trans Continent Cabang Aceh sebesar 600 juta rupiah tiap bulan. Ditambah depresiasi dan kerusakan alamiah yang terjadi karena faktor lingkungan.
Juga perihal KIA yang belum memiliki kemajuan apapun sejak Trans Continent melakukan ground Breaking pada Agustus 2019.
Menyikapi keluhan PT Trans Continent, PT PEMA melalui suratnya menyatakan komitmen akan menyelesaikan semua persoalan itu paling lambat 4 Juni 2020. Akan tetapi, ketika tim Trans Continent kembali tiba dua hari lalu, tak ada perkembangan apapun di sana.
“Tidak ada perkembangan apapun di sana. Akhirnya dengan pertimbangan matang, saya pun keluar dari KIA Ladong. Mereka belum siap mengelola kawasan industri.
Direktur Utama PT PEMA Zubir Sahim yang dihubungi aceHTrend tidak mengangkat telepon. WA yang dikirim, hingga berita ini tayang, tidak dibalas. []
https://www.acehtrend.com/2020/05/16...ri-kia-ladong/






bebeninfinix313 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
1.3K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan