- Beranda
- Komunitas
- Regional
- Minangkabau
Pendemi Mendera, Ramadhan pun Galau


TS
Yunie87
Pendemi Mendera, Ramadhan pun Galau
Assalamualaikum wrwb, GanSis

klik
Tidak terasa hari raya tinggal menghitung hari. Sejak covid 19 mendera, umat muslim di Indonesia menjalani Ramadhan dengan perasaan galau gulana. Pun termasuk di kampung ane kabupaten Pariaman.
Seperti yang kita ketahui di Pariaman terdapat banyak pantai. Makanya setiap sore, orang di sini biasanya akan menghabiskan waktu sambil menunggu berbuka puasa di beberapa pantai pada gambar-gambar di bawah ini. Sambil menikmati hembusan angin pantai yang sepoi-sepoi dan keindahan ombak yang indah tentunya.
Apalagi anak-anak biasanya sangat senang bermain pasir dan mengejar ombak. Namun, semua itu berubah semenjak covid 19 datang.

Sumber : Dokumen Pribadi

Sumber : Dokumen Pribadi

Sumber : Dokumen Pribadi

klik

Sumber : Dokumen Pribadi

Sumber : Dokumen Pribadi
Saat ini pantai-pantai di Pariaman menjadi sepi. Jika pun ada orang yang berkeliaran tidak jelas di sekitar pantai akan ditangkap satpol PP. Pedagang sekitar pantai pun merana alias tidak berjualan. Otomatis mereka tidak punya penghasilan.
Ya, saat ini memang hanya rumah tempat yang bebas untuk kita, melakukan hal apa pun. Semoga cobaan pandemi ini segera berakhir. Sehingga warga Pariaman dan sekitarnya bisa menikmati kembali kemolekan pantai-pantai di Pariaman.
Oya, selain tidak bisa ke Pantai, anak sekolah juga tidak bisa melaksanakan pesantren kilat yang biasanya selalu diterapkan di sekolah-sekolah. Berhubung social distancing. Maka pemerintah daerah menyerukan pesantren kilat ditiadakan pada Ramadhan kali ini. Entahlah, anak-anak harus senang atau sedih?

klik
Para ibu-ibu pun saat ini belum tahu akan membuat kue raya atau tidak. Selain perekonomian sedang memburuk, toh, belum tentu ada tamu juga yang akan datang ke rumah. Sehingga tradisi membuat kue bersama para tetangga pun sepertinya tidak akan ada saat ini.
Sumber : Facebook Fera Susanti
Ane hanya bisa berdoa semoga pandemi ini segera berakhir. Galau pun berubah menjadi sukacita. Tidak ada lagi sedih gulana, yang ada hanya wajah senang gembira. Semoga kita semua juga dapat mengambil hikmah dari semua cobaan ini. Bahwa hakikatnya roda itu berputar. Setelah ada ceria, akan ada kesedihan, dan setelah itu insya Allah kita akan kembali bahagia. Aamiin Ya Rabbal a'lamin.
Tetap semangat menjalani hidup, ya GanSis!
Sumber : opini Pribadi

klik
Tidak terasa hari raya tinggal menghitung hari. Sejak covid 19 mendera, umat muslim di Indonesia menjalani Ramadhan dengan perasaan galau gulana. Pun termasuk di kampung ane kabupaten Pariaman.
Seperti yang kita ketahui di Pariaman terdapat banyak pantai. Makanya setiap sore, orang di sini biasanya akan menghabiskan waktu sambil menunggu berbuka puasa di beberapa pantai pada gambar-gambar di bawah ini. Sambil menikmati hembusan angin pantai yang sepoi-sepoi dan keindahan ombak yang indah tentunya.
Apalagi anak-anak biasanya sangat senang bermain pasir dan mengejar ombak. Namun, semua itu berubah semenjak covid 19 datang.

Sumber : Dokumen Pribadi

Sumber : Dokumen Pribadi

Sumber : Dokumen Pribadi

klik

Sumber : Dokumen Pribadi

Sumber : Dokumen Pribadi
Saat ini pantai-pantai di Pariaman menjadi sepi. Jika pun ada orang yang berkeliaran tidak jelas di sekitar pantai akan ditangkap satpol PP. Pedagang sekitar pantai pun merana alias tidak berjualan. Otomatis mereka tidak punya penghasilan.
Ya, saat ini memang hanya rumah tempat yang bebas untuk kita, melakukan hal apa pun. Semoga cobaan pandemi ini segera berakhir. Sehingga warga Pariaman dan sekitarnya bisa menikmati kembali kemolekan pantai-pantai di Pariaman.
Oya, selain tidak bisa ke Pantai, anak sekolah juga tidak bisa melaksanakan pesantren kilat yang biasanya selalu diterapkan di sekolah-sekolah. Berhubung social distancing. Maka pemerintah daerah menyerukan pesantren kilat ditiadakan pada Ramadhan kali ini. Entahlah, anak-anak harus senang atau sedih?

klik
Para ibu-ibu pun saat ini belum tahu akan membuat kue raya atau tidak. Selain perekonomian sedang memburuk, toh, belum tentu ada tamu juga yang akan datang ke rumah. Sehingga tradisi membuat kue bersama para tetangga pun sepertinya tidak akan ada saat ini.
Sumber : Facebook Fera Susanti
Ane hanya bisa berdoa semoga pandemi ini segera berakhir. Galau pun berubah menjadi sukacita. Tidak ada lagi sedih gulana, yang ada hanya wajah senang gembira. Semoga kita semua juga dapat mengambil hikmah dari semua cobaan ini. Bahwa hakikatnya roda itu berputar. Setelah ada ceria, akan ada kesedihan, dan setelah itu insya Allah kita akan kembali bahagia. Aamiin Ya Rabbal a'lamin.
Tetap semangat menjalani hidup, ya GanSis!
Sumber : opini Pribadi






nona212 dan 50 lainnya memberi reputasi
51
1.7K
35


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan