Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

NegaraTerbaruAvatar border
TS
NegaraTerbaru
Relaksasi PSBB, Konglomerat Pilih Uang Ketimbang Nyawa
Spoiler for PSBB Perusahaan:


Spoiler for Video:


Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sangat penting dalam memutus rantai penyebaran corona. Salah satu aspek yang dibatasi adalah terkait dunia usaha atau pekerjaan. Demi menekan penyebaran virus, maka perusahaan atau pekerjaan yang tidak esensial harus dihentikan sementara waktu. Namun ternyata, PSBB ini mendapat protes dari dunia usaha sehingga mereka terus mendorong agar pembatasan itu dilonggarkan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani mengatakan bahwa pelonggaran PSBB sudah tidak dapat dihindari lagi. Menurutnya kita harus hidup berdampingan dengan virus corona hingga vaksin ditemukan atau terjadi herd immunity. Sebab PSBB telah menyebabkan dampak ekonomi dan sosial yang semakin besar maka ada baiknya pelonggaran dilakukan, jika tidak tentunya para pengusaha akan terus melaksanakan PHK terhadap karyawannya.

Sumber :  Tempo [Demi Ekonomi, Apindo: Kita Harus Hidup Berdampingan dengan Corona]

Dengan kata lain, Apindo atau para pengusaha yang ada di Indonesia, menginginkan pekerjanya kembali beraktivitas di tengah pandemi corona melalui pelonggaran PSBB. Namun apakah pelonggaran PSBB menjadi jawaban bagi kelangsungan hidup rakyat Indonesia? Terlebih dengan adanya banyak pihak yang mengingatkan agar pemerintah tidak terburu-buru dalam memberlakukan pelonggaran PSBB.

Seperti yang dikatakan Peneliti dari Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Rusli Cahyadi. Ia mengatakan pelonggaran PSBB justru menjadi penghambat dalam mencapai tujuan dari PSBB itu sendiri, yakni memutus rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia. Kebijakan pelonggaran hanya dapat dilakukan apabila pertambahan kasus Covid-19 telah melandai atau kurva penyebarannya menurun dan stabil. Menurut peneliti LIPI itu, kejadian kurva menurun atau stabil belum terjadi di negeri ini.

Rusli mempertanyakan jika pelonggaran PSBB terkait dengan kondisi perekonomian, maka apakah nilai kerugian itu sebanding dengan nilai kehilangan nyawa atau jumlah orang yang terinfeksi corona? Oleh karenanya Rusli berharap pemerintah tidak terburu-buru dalam menerapkan pelonggaran PSBB. Jika melihat kondisi masyarakat Indonesia, maka ia tak yakin ketika pelonggaran tersebut dilakukan, masyarakat akan tetap disiplin menjaga jarak, menggunakan masker, atau upaya pencegahan penyebaran virus lainnya.

Sumber : Antaranews[Peneliti: Pelonggaran PSBB jadi hambatan hentikan penyebaran COVID-19]

Apa yang peneliti LIPI itu paparkan masuk akal. Sebab, beberapa negara yang telah melonggarkan lockdown ternyata kembali mengalami peningkatan kasus Covid-19. Akhirnya mereka kembali melakukan lockdown karena kekhawatiran akan timbulnya lonjakan kasus virus corona gelombang kedua.  Bahkan negara-negara tersebut melonggarkan lockdown setelah kurva Covid-19 mengalami penurunan. Bisa kita bayangkan, apabila negara-negara itu saja dapat mengalami gelombang ke-2 penyebaran virus, bagaimana dengan Indonesia yang masih mengalami peningkatan kasus hingga mencapai 600an kasus baru per harinya?

Sumber : KataData [Lockdown Dilonggarkan, Kasus Corona di Tiongkok & Jerman Bertambah]

Sehingga dapat ditebak, tak hanya ilmuwan atau orang dari ranah sains yang berharap pemerintah mempertimbangkan kembali wacana pelonggaran PSBB, tapi juga datang dari para perwakilan rakyat. Seperti Ketua DPR Puan Maharani yang turut menyinggung pelonggaran PSBB pada 12 Mei 2020 lalu. Menurutnya pemerintah harus melakukan kajian yang mendalam dan komprehensif berdasarkan data yang ada sebelum melakukan pelonggaran PSBB. Ketua DPP PDIP itu mengingatkan bahwa ada potensi lonjakan kasus Covid-19 jika pelonggaran PSBB terjadi.

Sumber : Jawa Pos [Ketua DPR Ingatkan Pemerintah Hati-hati Soal Rencana Pelonggaran PSBB]

Bahkan anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengkritik rencana dari pemerintah tersebut, khususnya terkait wacana memperbolehkan warga berusia di bawah 45 tahun yang boleh bekerja di tengah pandemi. Anggota DPR dari fraksi PAN itu menilai, kebijakan pelonggaran akan mengubah makna dari PSBB itu sendiri. Ia juga menambahkan, keputusan melonggarkan PSBB pada akhirnya hanya akan menambah kasus corona.

Saleh memahami bahwa pelonggaran PSBB bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat berusia produktif dari PHK. Akan tetapi ia mengingatkan pula bahwa 47 % masyarakat yang terjangkiti corona, berusia di bawah 45 tahun. Artinya mereka yang berusia produktif (di bawah 45 tahun) tidak lebih tangguh dari mereka yang berusia lanjut dalam konteks peluang terinfeksi virus corona.

Sumber : Detik [Komisi IX DPR Soroti Pelonggaran PSBB di Indonesia: Bisa Jadi PSBK]

Kita dapat melihat respon pengusaha terhadap pelonggaran PSBB ini dapat membuat masyarakat menyimpulkan bahwa pengusaha lebih mementingkan akumulasi modal ketimbang nyawa masyarakat. Bahkan banyak di antara perusahaan itu memilih mem-PHK karyawannya agar tidak rugi. Padahal banyak dari para pengusaha tersebut memiliki omzet hingga triliunan rupiah. Apa salahnya sedikit berkorban demi SDM yang telah membawa mereka ke posisi puncak seperti saat ini?

Sumber : Liputan 6 [Daftar Lengkap 50 Orang Terkaya di Indonesia versi Forbes]

Jangan sampai pula pemerintah di cap lebih memilih mementingkan kepentingan modal para pengusaha dibandingkan nyawa rakyat sendiri melalui pelonggaran PSBB.
Diubah oleh NegaraTerbaru 18-05-2020 13:44
nohopemiracle
sayaanakhilang
nona212
nona212 dan 17 lainnya memberi reputasi
18
1.2K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan